Part 3 | Kejutan

274K 13.5K 231
                                    

Nata merasa mual lagi pagi ini. Dia mulai merasa cemas apalagi dia sudah telat satu minggu. Dia harus segera memastikannya. Nata keluar dari kamar mandi dan duduk di kursi meja makan, disana sudah berkumpul semua anggota keluarganya yang sedang sarapan.

"Apa kau sakit sayang? wajahmu terlihat begitu pucat," Tanya ibu sambi menyuapi cucunya, Riko.

"Sepertinya begitu, Bu," Jawab Nata sambil berjalan ke arah kulkas.

"Lebih baik kau ambil cuti saja. Ibu takut ada apa-apa padamu."

Nata menoleh ke arah ibunya dan tersenyum lembut, "Tidak apa-apa, Bu. Ini hanya sakit sepele."

Nata membuka kulkas untuk mengambil jus jeruk. Namun bau menyengat dari sayuran dan juga daging membuatnya meras mual. Dia segera menutup kulkas dan berlari ke kamar mandi. Semua tampak terkejut sekaligus cemas melihat keadaan Nata. Sudah beberapa hari ini dia sering muntah-muntah, mereka takut terjadi sesuatu padanya.

Nata merasa sudah cukup lega setelah memuntahkan semua isi perutnya. Dia keluar dari kamar mandi dan langsung berhadapan dengan Aryo yang sudah berdiri dengan bersedekap menunggunya.

Matanya menatap Nata tajam, "Siapa lelaki yang sudah menghamilimu?" tanya Aryo tegas.

Nata membulatkan matanya, kaget luar biasa. Bagaimana kakaknya bisa tahu? Dia bahkan masih belum yakin.

"Siapa lelaki yang menghamilimu, Nata?!" ulang Aryo tidak sabar melihat Nata yang diam. Nata menundukan kepalanya tidak sanggup menatap mata Aryo.

"Jawab Nata!!" bentak Aryo.

"Sudah, Mas. Kita tanyakan baik-baik masalah ini," Sela Dini mencoba menenangkan suaminya.

Aryo menghela napas berat, "Kita bicarakan di ruang tengah." Dia berjalan meninggalkan Dini dan Nata yang diam di tempat.

Dini menghampiri Nata yang masih pada posisinya sambil meremas jemarinya. "Ayo, Dek." Dini segera menghelanya menyusul Aryo.

Nata duduk di depan Aryo dengan didampingi ibunya, "Jawab, Dek. Siapa yang menghamilimu?" tanya Aryo mulai tenang.

"Ini.. ini hanya kesalahan, Mas," Jawab Nata gemetar.

"Meskipun kesalahan tapi kami harus tahu."

"Tapi aku juga belum yakin, Mas, kalau aku hamil." Mata Nata mulai berkaca-kaca, terasa sangat panas. Dadanya terasa sesak sampai dia harus menarik napas dalam berkali-kali.

"Ibu sama Mbakmu sudah pengalaman Nata, kau tidak usah mengelak. Sekarang katakan siapa yang menghamilimu?!" tanya Aryo yang mulai kembali emosi.

Nata masih bungkam. Dia bingung harus menjawab apa. Aryo pasti akan meminta pertanggung jawaban pada Ednan  jika dia tahu Ednan yang telah menghamilinya.

"Jawab!!" bentak Aryo yang benar-benar geram dengan Nata yang hanya diam.

"Pak Ednan," Jawab Nata lirih namun masih dapat terdengar.

Semua tampak terkejut mendengar jawaban Nata, bahkan ibunya tidak sanggup menahan air matanya. Bagaimana nasib putrinya jika benar Ednan yang menghamilinya?

"Mas akan bicara padanya."

Aryo mulai beranjak namun segera ditahan oleh Nata, "Jangan, Mas!" air mata Nata yang sudah sedari tadi dia tahan akhirnya pecah membanjiri pipi mulusnya.

"Apa maksudmu jangan? Dia harus bertanggung jawab."

"Jangan, Mas! Pak Ednan tidak sengaja melakukannya. Dia.. dia sedang mabuk saat melakukannya," jawab Nata di sela isakannya.

Because Our Baby ✔Where stories live. Discover now