33. Peringatan Telak! (2)

2.5K 243 55
                                    

Saat udara pagi menyeruak memasuki pernapasan, Qia berjalan dengan santainya di lorong lobi sekolah yang hendak menuju kelas.

Sendiri. Tanpa ada yang menemani.

Siddiq seperti biasanya akan mampir dahulu ke ruangan basket dan membiarkan Qia berjalan sendirian menuju kelas. Namun, ini sudah biasa Qia lakukan. Dia bukan type anak manja yang kemana-mana harus diantarkan.

Ia melihat sekelilingnya, sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang berada di sana. Menghela napas berat. Seketika ia teringat akan Raafi.

Entahlah. Harinya begitu sepi saat tak ada seseorang itu di sampingnya. Disepanjang jalan menuju kelas, Qia berpikir akan ucapan Raafi kemarin mengenai dirinya yang tengah bersama Aldo.

"Siapa coba paparazi-nya si Onta? Najis banget gak ada kerjaan tuh orang!" gumam Qia merutuk saat berjalan di koridor.

"Woi anjir, Gila lo!" sahut Valen menepuk pundak Qia. Kini ia sudah menyamai langkahnya dengan Qia. "Paparazi-paparazi apaan dah? Siapa paparazi?"

Qia mengedikkan bahunya, "gak tau. Gue heran...." ucapnya sambil memegang dagu layaknya berpikir. "...kayanya ada yang ngadu domba gue ama Raafi deh."

Valen menautkan kedua alisnya bingung. "Eh gimana-gimana? Gue masih gak paham."

"Masa kemaren Raafi tau gue lagi bareng Aldo!"

"Ha?! Apaan banget dah."

Saat sampai di depan kelas, tampak baru beberapa siswa yang berada di dalamnya. Qia dan Valen masuk ke dalam kelas dan mengambil tempat duduk untuk bisa saling berbagi cerita ini.

"Soalnya kemaren waktu gue ketemu Raafi, masa dia nanyain gue bareng cowo siapa? Berarti itu ada yang bilang sekaligus ngadu domba gue ama dia. Masa dia curiga kalo gue ada apa-apanya ama tuh anak, si Aldo!" tutur Qia menatap lurus mata Valen.

Valen menyimak, masih terus berpikir atas hal ini. "Eh-eh, kok gue mikirnya langsung ke si ... Nen--"

"Qia...!" sahut Vera dan Yurini serentak. Baru saja langkahnya memasuki kelas, mereka langsung menuju meja Qia dan Valen.

Mereka tampak tergesa-gesa. "Eh, Qi ... gimana keadaan Kak Raafi?"

"Dia luka parah?"

"Dia kesakitan banget, ya?"

Vera dan Yurini menyahut bergantian saat bertanya pada Qia. Ia hanya menatap kedua orang itu dengan jenuh.

"Fine," jawab Qia enteng.

Keduanya melongo. "Just 'fine'?" sahut Yurini tak terima.

"Yaelah, Qi! Berbagi info tentang kak Raafi napa si," lanjut Vera sedikit kesal.

"Trus, lo pada maunya gue jawab apa?"

"Eh--ngg ... mampus lo, Ver, Qia marah noh!" Yurini memukuli lengan Vera.

"Lah? Kok salah gue, dih! Kan elo yang--"

"Kenapa jadi pada nyalahin dah?" sambung Valen kebingungan menatap mereka yang tengah berdebat tak menentu.

Qia hanya memutar bola matanya jengah menatap ke sisi ruangan. "Dia ... mendingan." Valen menyahuti.

"Oh ya?!" sahut mereka serentak.

"Alhamdulillah, do'a gue diijabah!" Vera menengadahkan tangannya seperti berdo'a.

"Do'a orang teraniaya itu emang selalu diijabah sama Allah, Ver. Syukur gue punya temen yang teraniaya." Yurini ikut menengadahkan tangannya.

Fix You! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang