17. Pertemuan

2.5K 373 43
                                    

"Qia 'kan?" tanya seorang lelaki.

Qia mengangguk samar. "Masih ingat gue gak?!" Ia mengacak rambut Qia manja.

"Rafa?" tanya Qia pelan dan sedikit ragu. Yang ditanya pun hanya menampilkan senyum manis yang ia punya. "Ya ampun Rafael Genofefa yang begonya gak ketulungan? Gue kangen banget sama lo!" Qia segera memeluk erat cowok yang diketahui bernama Rafa tersebut. "Kok lo bisa tau kalau gue disini?"

"Iya, soalnya tadi gue udah ke rumah, kata nyokap, lo lagi pergi. Yaudah gue samperin aja! Tujuan gue ke sini kan buat nemuin elo bego'!"

"Eh? Kapan balik? Kok nggak ngabarin gue sih?!" rutuknya.

"Baru kemaren," ia tersenyum hangat, "sama siapa nih?" Rafa melirik Raafi.

"Pacarheemm.." sahut Raafi sambil berpura-pura batuk.

"Pacar? Kenalin kek gitu, mentang-mentang udah ada yang baru, gue ditinggalin deh.." rengek nya.

"Enggak kok, bukan gitu," sambung Qia membenarkan, "Raafi kenalin ini Rafa dan Rafa kenalin ini Raafi," Qia saling memperkenalkan mereka.

Keduanya berjabat tangan, tanda mereka telah berkenalan.
"Raafi, ini Rafa, sahabat kecil gue yang mendadak pergi ninggalin gue dan nggak pernah ngasi kabar!" sungut nya sambil melirik Rafa. "Dan Rafa, ini Raafi, dia temen gue."

"Friend zone?" tanya Rafa sambil terkekeh ringan.

"Sahabat zone?" Kini Raafi yang tertawa hambar.

Keduanya pun kini saling menatap tajam satu sama lain, seperti melihat musuh yang berkeliaran.

"Terus ngapain kesini?" tanya Qia sambil terus memperhatikan Rafa tanpa jenuh.

"Gue weekend ke sini. Soalnya gue cuma dikasi libur beberapa minggu doang di London. Kuliah gue disana padat banget!" Tuturnya menjelaskan.

Qia tersenyum simpul, "jadi, siapa nih adek lo sekarang? Apakah ada pengganti gue sebagai adek lo?"

"Sampai sekarang sih belom ada," ucapnya terkekeh.

"Jadi, niat mau cari pengganti gue?"

"Ya enggak lah bego! Cuma lo satu-satunya adek yang gue punya."

Raafi masih saja memperhatikan mereka dengan seksama, perasaan Raafi kini mulai gelisah.

"Habis ini mau kemana Qi?" Raafi bertanya agar ia dianggap keberadaannya oleh Qia.

Qia menoleh sebentar, "suka-suka lo aja."

"Bagaimana kalau kita balik ke rumah lo aja? Sekalian nonton bareng, barusan gue beli DVD terbaru." tawar Rafa sambil melirik jam tangannya.

Qia tersenyum menanggapi nya, "oh yaudah kalau gitu,"

Raafi mendengus, "gue masih mau jalan bareng Qia, gimana dong?"

"Ya terserah aja sih," Rafa menghelas napas panjang. "Menurut lo Qi?"

"Hah? Gue?" Qia terlihat bingung kini, "eh anu.."

"Janji harus ditepati ya 'kan?" Raafi bersuara.

"Eh iya.." Qia tersenyum dengan paksaan, "gue masih ada janji sama Raafi, jadi lo duluan aja ke rumah, ntar gue nyusul."

"Oh yaudah deh kalau gitu, gue tunggu lo di rumah Qi!" sahut Rafa lalu berjalan meninggalkan Raafi dan Qia di meja tersebut.

"Aelah, pakai ganggu segala lagi nih onta!" sungut Qia menatap Raafi.

Raafi mengedikkan bahu sambil tersenyum, "kenapa emangnya?"

"Gue kangen banget sama dia,"

Raafi memudarkan senyuman nya, "segitu kangen nya? Gue mau dong dikangenin kaya gitu sama lo!"

Fix You! √Where stories live. Discover now