5. Flashback

3.8K 608 131
                                    

Flashback ON!

Pagi-pagi sekali Qia sengaja datang lebih awal untuk datang ke sekolah barunya. Ia tidak ingin bila ada insiden telat datang dan harus mendapat hukuman kejam dari seniornya. Karena MOS sudah pasti menjadi ajang penyiksaan bagi junior baru. Qia harus menyingkirkan kata telat dalam kamusnya saat ini.

Kini ia duduk di pinggir lapangan seraya menunggu waktu untuk MOS dimulai. Tidak terima menunggu lama, Qia pun ingin berjalan mengelilingi sekolahnya sendirian. Mengenal lingkungan baru yang akan ia jalani selama tiga tahun kedepan.

Dia bangkit dan berjalan dari tempatnya kini. Beberapa langkah Qia sudah berjalan, tak disangka seseorang yang terlihat tengah berlari dari arah lawan menabraknya cukup kencang sehingga membuat Qia terjungkal jatuh. "Aduh...." lirih Qia.

Sabar-sabar ... gue masih anak baru disini. Belajar aja belom udah sok-sok mau ngelawan orang.

Dia membersihkan telapak tangannya yang kotor tanpa ingin menatap orang yang berada di depannya itu.

"Maaf," ucap suara berat yang tadi menabraknya, tanpa ingin membantunya ataupun mengulurkan tangan untuknya.

"Tadi gu---"

Tanpa basa-basi lagi, Qia pun bangkit sendiri. "Bantuin kek, apa kek gitu!" Qia menatap tajam seorang pemuda jangkung di hadapannya, "emang dasar cowo, gak mau bantuin lagi!" cecar Qia dan langsung berlalu pergi dari hadapan sang laki-laki tanpa ingin mendengarkan penjelasannya.

Tet ... Tet ... Tet...

Bel pun berbunyi. Bertanda bahwa waktu untuk Mos segera dimulai.

Setelah baris-berbaris menurut kelompok yang sudah ditentukan oleh para senior tadi, kini seluruh siswa kelas sepuluh sudah menjadi beberapa kelompok dan melaksanakan kegiatan Mos mereka di lapangan. Ada sekitar enam kelompok yang terbentuk. Kelompok pertama, berada di ujung lapangan.

Kelompok kedua, berada di samping kelompok satu. Begitu juga seterusnya. Kelompok satu dengan yang lainnya diberi jarak sekitar lima meter.

"Sebelum kita memulai Mos ini, lebih baik kalian saling mengenal satu sama lain," ucap seorang senior di hadapan adik kelasnya, khususnya di depan kelompok Qia kini.

"Nama gue Julya Khanza. Panggil aja gue Juli."

"Nama gue Tania Ekanina. Panggil gue Tania."

"Nama kakak Ariandika, kalian bisa panggil kakak dengan sebutan Ari, Andi, Dika. Apa aja deh asal jangan 'beib' ya. Jangan pernah deh, cewe gue galak, kalo marah serem lagi ... hehe..."

"Idih! Gilanya kambuh, punya pacar aja kaga!" sahut Julya.

"Lo kenapa Jul? Kalo suka ama gue bilang. Jangan gini terus dong! Gue mah tau, gue gantengnya melebihi Cameron Dallas. Tapi jangan kaya gini juga kali ya," sahut Dika.

"Ga malu apa bacotan di depan junior?!" lerai Ifa.

Siswa yang berada di kelompok itu pun hanya diam memperhatikan senior-seniornya tanpa ingin berkutik.

Sinting! Batin Qia menggerutu.

"Kenalin nama gue Ifa Secillia. Panggil aja gue Ifa. Kita semua kelas duabelas," katanya, "nah adik-adik, kita semua udah ngenalin diri sama kalian, sekarang giliran kalian yang harus saling berkenalan. Tidak perlu masing-masing dari kalian maju ke depan, yang gue mau kalian harus saling mengenal satu sama lain. Oke, maksud gue kalian harus berkenalan, dalam waktu dua menit kalian harus tau nama temen kalian semua tanpa terkecuali. Kalau udah, kita-kita bakal tanyain kalian satu persatu nama temennya. Paham?"

"Paham kak," balas mereka serentak.

"Mulai!"

Masing-masing dari mereka pun saling berkenalan dan ribut kesana kemari untuk bisa bertanya nama.

Fix You! √Where stories live. Discover now