3. Pulang Bareng

6.3K 801 199
                                    

Qia membereskan buku dan peralatan belajarnya dengan loyo saat ini karena tidak ada semangat untuk pulang bersama Raafi. Padahal pulang adalah surga dunia bagi anak sekolah.

Seluruh penjuru kelas sudah memuntahkan isi di dalamnya, tampak murid SMA Pelita Bangsa sudah berhamburan keluar dari kelas masing-masing.

"Eh, ada apaan nih rame-rame di luar kelas?" tanya seorang ketua kelas X-5 itu yang bernama Martin.

"Oi Qi, tuh cewek-cewek di luar kelas pada nungguin lo keluar tuh!" sahut salah seorang teman perempuan sekelasnya, memberitahukan keberadaan segerombolan perempuan yang di luar kelas mereka itu sedang bermaksud menunggu Qia keluar.

"Ngapain coba? Ah rempong bener deh, tambah kesel!" jawab Qia asal karena moodnya saat ini sedang kacau sebab urusan pulangnya bersama Raafi.

Qia pun akhirnya berjalan dengan sangat-sangat tak bersemangat ke depan pintu kelas saat sudah selesai membereskan buku pelajaran dan segala alat tulisnya tadi.

"Pada ngapain?" tanya Martin duluan bermaksud baik sebelum Qia angkat suara.

"Gue kesini mau ketemu ama calon adik ipar gue," sahut salah seorang perempuan yang berada paling depan dari gerombolan itu, sambil melirik ke arah Qia yang berdiri tepat dari belakang Martin.

"Gue mau ketemu Qia."

"Mana Qianya hah?!"

Pertanyaan demi pertanyaan terus dilemparkan kepada Martin saat Qia belum juga mengambil alih tempat Martin saat ini. Di samping Qia, sudah berdiri para sahabatnya yang setia menyaksikan tontonan alay yang jarang mereka lihat.

"Gue disini!" Qia langsung menerobos jalan ke depan Martin untuk bisa berbicara pada komplotan perempuan jablay tersebut. "Ada perlu apa nyari gue?" tanya Qia malas.

"Heh! jaga sopan santun lo dong! Lo itu lagi ngomong ama senior lo nih!" tukas seorang perempuan yang tepat berada di depan Qia sambil menunjuk-nunjuk arah mukanya.

"Lah, udah-udah. Dia 'kan calon adek ipar lo, gimana sih?!" lerai perempuan lainnya, sepertinya mereka berada di satu genk.

"Oh iya, gue lupa! Untung aja lo adek nya Siddiq, kalo gak--"

"HAH?! ADEK IPAR? Adek ipar nenek lu kiper!" sungut Qia, mengerutkan dahinya.

"Gak ada kakak ipar gue disini bego. Lagian gue belom punya ipar, ih!" cetus Qia keseluruh perempuan-perempuan disana.

"Dan satu lagi!" Qia mengacungkan jari telunjuknya ke udara atau lebih tepatnya ke depan wajah sang perempuan di hadapannya kini. "Lo-lo-lo semua, gue gak tak--eeehhh...."

Belum sempat Qia melanjutkan perkataannya, tiba-tiba saja tangannya ditarik keluar dan mengajaknya pergi meninggalkan kerumunan para komplotan yang diketahui 'gangster Siddiq' tersebut.

"Eh lo mau kemanain Qia?"

"Kami belum selesai ngomong, woii!" sahut yang lainnya.

Seluruh perempuan yang berada disana pun langsung menggerutu kesal karena Qia dibawa pergi oleh seseorang.

Saat langkah mereka terhenti di pinggir lapangan, Raafi pun menatap mata Qia dengan malas. "Lo lama amat dah keluarnya! Gue nungguin lo di depan gerbang sekolah noh. Aelah, terpaksa deh gue jemput lo ke kelas 'kan!"

Fix You! √Där berättelser lever. Upptäck nu