13. Lagi?

3.1K 399 26
                                    

"Ayok pulang!" Raafi langsung menggenggam tangan Qia saat dia baru saja keluar dari kelasnya.

"Apa-apaan sih?!" bentak Qia sambil menyentakkan tangannya dari Raafi.

"Pulang bareng gue."

"Wooi ... minggir napa! Pacaran jan di depan pintu kelas, ngalangin jalan gue keluar, heh," sahut salah seorang teman lelaki kelasnya yang terhalang jalannya oleh mereka.

"Siapa yang pacaran, bego?!" balas Qia tak terima. "Ih, tu 'kan! Gara-gara lo tuh!"

Raafi langsung menarik tangan Qia menajuhi pintu kelas. Membuat Ia terkejut akan perlakuan yang tiba-tiba itu. "Pulang bareng gue," ulangnya lagi.

"Dih! Siapa lo, siapa gue? Seenak jidat lo nyuruh-nyuruh gue!" sahut Qia tak terima, "gue pulang bareng Siddiq elah!"

"Siddiq? Siddiq bilang aja lo pulang bareng gue," gelak Raaf dengan santainya.

"Enggak!" tukasnya. Lalu ia berjalan meninggalkan Raafi disana. Dengan langkah cepat ia menuju depan pintu gerbang sekolah. Raafi hanya mengekor Qia dalam diam, tak ingin mendahului ataupun mengejar langkahnya.

Qia hanya melihat Raafi dari ekor matanya, tak peduli akan hal itu.

"Nah ... itu Siddiq!" umpat Qia saat melihat seseorang itu mengeluarkan mobilnya. Qia bergegas menuju tempat Siddiq berada.

"Woohoo! Mau kabur dia!" sahut Qia menghalang jalan keluarnya mobil BMW Siddiq dari pekarangan parkir, "keluar!"

"Nah tu 'kan, mampus!" gumam Siddiq akhirnya keluar dari dalam mobil dengan wajah cengonya, "Eh Adek gue," sapa Siddiq kemudian dengan wajah sedikit panik itu. "Belom pulang dek?" ucap Siddiq hati-hati.

"Pintar banget abang gue yang satu ini ya," Qia tersenyum palsu. "Mau kemana?"

"Ah iya, gue mau jemput Ale dulu, lo tau 'kan kalau Ale marah bisa kiamat dunia?"

"Lah najis alay!" sungut Qia, " apa salahnya sih gue ikut jemput kak Ale, bego!"

"Eh iya ... anu-itu ... gue mau...," Siddiq berfikir keras, "...hah iya! habis itu gue mau latihan basket dulu...."

"Bagus-bagus...!" balas Qia, "terus si nih Onta kok kaga ikut?" lirik Qia pada Raafi yang berada di belakangnya "kan dia ketua basketnya!" Ia menunjuk Raafi yang masih berada di belakang.

Tampak wajah terkejut di wajah Raafi kini, yang awalnya biasa saja, namun kini berubah kepanikan.

"Hah? Gue? Yaelah gue mah gampang, ikut gak ikut latihan juga gue udah bisa," lagak Raafi.

Siddiq menjentikkan jarinya. "Nah iya tuh, dia mah udah jago kali dek, gak usah ditanyain, yang ada gue lagi yang perlu belajar lebih dalam lagi tentang basket," dusta Siddiq, "yaudah, gue cabut duluan ya. Takut Ale kelamaan nunggu, lo pulang bareng Raafi noh!" Siddiq bergegas masuk ke dalam mobilnya kini.

"Wah-waaah...." sungut Qia yang tampak sedih itu.

"See? Yuk pulang!" pinta Raafi dan hendak mengambil motor sport hitamnya yang tak jauh dari sana. Kini Qia benar-benar pasrah.

Raafi datang membawa motor ke hadapan Qia. "Naik," ucap Raafi kepada Qia.

"Gue heran."

"Apaan lagi?" tanya Raafi mengernyitkan dahi yang tampak dibalik helmnya.

"Lo kapan sih bosennya gangguin hidup gue? Lo yang gangguin mulu malah gue yang muak!" sahut Qia, "Kenapa lo gak jauh-jauh aja dari gue si?"

"Hah? Maksudnya?" Raafi benar-benar bingung pembicaraan Qia kali ini.

Fix You! √Where stories live. Discover now