13. Kutukan Empu Bharata

Start from the beginning
                                    

"Jadi senjata yang bertahun-tahun Empu buat ini hendak diserahkan pada Kerajaan?" tanya Untung Pararean heran.

"Ya."

"Aku kira tadinya untuk Empu pakai sendiri." Empu Bharata tertawa pelahan.

"Aku sudah tua, Untung. Sebentar lagi bakal mati. Dan kalau aku mati tak satupun yang akan kubawa ke liang kubur, Disamping itu apakah sumbangan dan balas jasaku kepada tanah air dan Kerajaan? Keris sakti itu berguna bagi Kerajaan dan bagi anak-anak cucuku ... termasuk kau."

Untung Pararean berpikir sejenak. Lalu tanyanya, "Apakah Mustiko Jagat boleh dipakai untuk membunuh, Empu... ?"

"Boleh! Memang boleh! Tapi untuk membunuh manusia-manusia jahat. Tegasnya untuk menumpas kejahatan dari muka bumi ini."

"Dan kalau dipakai untuk membunuh orang baik-baik, bagaimana Empu?" tanya Untung Pararean pula ingin tahu.

"Itu berarti melakukan satu kejahatan besar. Yang melakukannya akan berdosa besar. Dan setiap kejahatan sudah barang tentu ada pembalasannya," jawab Empu Bharata. "Nah, sekarang kau pergilah ambil keris itu didalam lemari."

"Baik Empu." Untung lalu masuk kedalam sebuah kamar. Di kepala tempat tidur yang terbuat dari jambu terletak satu lemari kayu jati. Ketika lemari dibuka, sinar biru yang amat terang rnerambas keluar. Itulah sinar keris Mustiko Jagat yang terletak diatas sehelai kain putih. Keris itu sengaja tidak dimasukkan ke dalam sarungnya karena ada beberapa bagian yang masih belum diperhaluskan dan dipertajam. Untung Pararean pernah mendengar dari Empu Bharata bahwa senjata sakti apa saja sebelum selesai benar tak boleh dimasukkan kedalam sarungnya. Apa sebabnya Untung Pararean pernah menanyakan pada orang tua itu, tapi Empu Bharata tak mau menerangkannya.

Meskipun sudah pernah beberapa kali disuruh oleh Empu Bharata untuk mengambil senjata ini tapi saat itupun kedua tangan Untung Pararean menjadi bergetar sewaktu mengangkat kain putih di mana keris Mustiko jagat terletak. Dirasakannya ada satu hawa aneh mengalir dari keris sakti kelengannya. Dengan menanting senjata itu di kedua tangannya Untung Pararean keluar dari Kamar.

Empu Bharata dlihatnya sudah duduk dimuka perapian membelakanginya, tengah mengatur-atur perkakas. Dalam melangkah mendekati orang tua itu tiba-tiba selintas pikiran jahat muncul di benak pemuda ini. Selintas pikiran jahat itu datangnya seperti satu bisikan melalui telinga Untung Pararean.

"Untung Pararean, kenapa kau begitu buta hingga tak melihat kesempatan baik di depan matamu? Bukankah sudah sejak lama terniat di hatimu hendak menjadi pendekar sakti mandraguna, hendak memiliki keris Mustiko Jagat itu? Kau tunggu apa lagi? Kau punya kesempatan untuk memiliki keris itu sekarang!"

"Tapi Empu Bharata tentu akan marah," jawab kata hati Untung Pararean.

Dan suara aneh jahat berbisik lagi ketelinga pemuda itu. "Tolol, sungguh kau pemuda tolol! Kalau orang tua itu marah padamu, tusuk saja dia dengan Mustiko Jagat. Bunuh! Dan kalau dia sudah mati, kau bisa memiliki keris itu dan kau akan jadi pemuda sakti mandraguna, ditakuti di delapan penjuru angin. Disamping itu jika namamu sudah dikenal kau akan mudah menduduki jabatan Perwira Bala tentara Kerajaan! Perwira ... ! Tidakkah kau inginkan jabatan yang tinggi dan terhormat itu? Ayolah! Bunuh orang tua tak berguna itu!"

"Kalau aku membunuhnya berarti aku berbuat dosa," kata hati Untung Pararean, "dan aku jadi orang jahat. Lalu kelak aku bakal menerima pembalasan!"

"Betul-betul kau tolol orang muda! Jika keris itu sudah berada ditanganmu, jika kau sudah menjadi seorang sakti mandraguna siapa yang sanggup dan berani turun tangan terhadapmu? Kalau tidak kau bunuh si tua renta itu, kau bakal menjadi manusia tak berharga, jadi hamba sahaja seumur-umurmu!"

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoWhere stories live. Discover now