Empat belas

8.7K 381 11
                                    

Dua minggu berlalu, selama enam kali lisa telah mencoba untuk minta maaf dengan malvin, baik secara langsung maupun via telpon. Dan enam kali juga, dia di tolak mentah mentah oleh malvin.

Hari ini, dia terlalu sibuk hingga tidak sempat untuk mengunjungi malvin dan meminta maaf kepadanya. Sementara malvin, sedang di kantornya juga mengurusi beberapa pekerjaan.

"Cemberut aja lu" ucap mallarie, malvin tidak peduli dengan ucapan kakaknya tersebut. Dia fokus dengan laptopnya.

"Gue tau, lu kesepian sejak lisa keluar kan?" Tanya mallarie

"Gak usah sebut sebut dia deh ci" ucap malvin

"Gue tau lu kangen dia" ucap mallarie

"Gue kangen sama dia? Ngapain gue kangen sama penipu kayak dia gitu" ucap malvin

"Kalau kantornya gak nyuruh dia buat meneliti, lu gak akan ketemu dia. Iya gak sih? Orang tuanya udah cerai, terus dia juga benci sama bapaknya. Sedangkan, mama itu temen papanya, otomatis dia gak akan ikut bapaknya reuni. Dan kalau kantornya gak nyuruh dia buat neliti kesini, lu gak akan ketemu dia. Betul kan?" Ucap mallarie, malvin memberhentikan pekerjaanya sebentar.

"Cici udah bilangin ya, penyeselan dateng belakangan. Dia cewek cakep, banyak cowok yang naksir pasti. Hati hati aja, mendadak dapat undangan nikahan dari dia " ucap mallarie, kemudian dia keluar dari ruangan malvin sambil tersenyum puas.

Sementar malvin, dia terus berpikir keras.

Disisi lain, lisa kini sedang berjalan menuju meja nya. Ia baru selesai melayani konsultasi. Semua orang sudah tahu, jika ia gagal dalam menjalankan tugasnya. Sebenarnya, dia malu karena hal tersebut. Padahal, satu kantornya menganggap biasa saja.

"Mbak lisa, nanti jam tiga tolong anterin laptop mas irwin ke ruang terapi" ucap maman, OB kantor lisa. Lisa hanya mengangguk dengan lesu.

"Lu kenapa lesu begitu?" Tanya olivia

"Pertama, gue sedih belum di maafin sama si malvin. Kedua, gue sedih karena gue jadinya berkurang satu objek penelitian" ucap lisa.

"Yaelah, nyelo aja Lisa demi tuhan. Mereka ga berpikiran aneh aneh kok" ucap olivia, lisa tersenyum tipis. Dia pun melihat telpon, dan berusaha untuk menelpon malvin lagi.

Selama delapan kali mencoba, dia tidak mengangkat telpon Lisa juga. Dan itu, membuat Lisa sangat sedih.  Ia menaruh kepalanya di atas meja, dan ia mulai menangis lagi.

Lisa paling tidak suka jika ia berbuat kesalahan. Jika ia melakukan kesalahan, ia akan langsung minta maaf, sampai mendapatkan maaf dari orang tersebut. Oleh karena itu, tidak banyak orang yang kesal kepadanya.

Baginya, hidup tanpa masalah adalah hal yang terbaik.

"Gak di angkat juga?" Tanya olivia, Lisa mengangguk dengan lemas.

"temenin gue makan yuk, daripada lu galau melulu" ucap olivia, kemudian ia menarik lisa keluar dari gedung kantornya itu dan mencari makan. Mereka berdua, makan di McDonald.

Mungkin karena stress, lisa terlihat memesan banyak menu. Burger, dua paha ayam, coca cola dan juga kentang. Padahal, biasanya dia makan tidak terlalu banyak.

"Lis, lu yakin bisa habisin semua ini?" Tanya olivia, lisa mengangguk sambil makan burger.

******

Jam menunjukan pukul tiga, lisa langsung bergegas ke meja Irwin, dan langsung mengambil laptopnya. Kemudian, langsung berjalan menuju ruang terapi kantornya.

Setelah mengetuk pintu, ia langsung masuk dan menghampiri irwin, rekan kerjanya.

"Permisi.. Kak.. Nih gue bawain laptop" ucap Lisa, sambil menaruh laptop di atas meja. Irwin sedang menterapi seorang anak perempuan dewasa, ysng sepertinya sedang stress berat.

"tumben lu Lis mau bawain laptop gue. Biasanya gue minta tolong susah bangettt" ucap irwin

"Kebiasaan, gara gara satu setengah bulan jadi maid. Haha. Whatever! Giliran gue baik, gak mau!" Ucap Lisa, kemudian ia membalik badan dan.. Terdiam!!

Terdiam karena kaget.

Orang yang ia tunggu selama ini, hadir di depannya dan menatapnya dengan tanpa ekspresi sama sekali di wajahnya.

*****
"Ko. Mal..vin?" Ucap ku. Ya.. Dia ada di depan ku saat ini, menatap ku tanpa ekspresi sama sekali. Sepertinya, dia sedang menemani wanita itu melakukan terapi bersama irwin.

"Ternyata ini kantor lu" ucapnya, aku menggangguk. Minta maaf! Iya! Aku harus minta maaf! Segera ku tarik dia, untuk keluar dari ruang terapi dan pergi ke tangga darurat. Karena disitu, tempat paling sepi.

"Ngapain lu tarik gue?" Tanya malvin, dia terus berbicara dengan dingin kepada ku.

"Gue minta maaf, demi tuhan gue gak ada maksud buat menipu lu sama sekali. Gue gak ada niat buat jadi pembohong, gue gak ada niat jahat sama lu. Gue cuman mau ngelaksanain apa yang jadi tugas gue. Dan gue gak tau kalau akhirnya gue bakalan suka sama lu dan lu suka sama..."

Astaga! Apa yang baru saja aku bicarakan! Secara tidak langsung, aku mengaku jika aku menyukainya. Aduh! Bodoh bodoh!

Sedetik kemudian, senyum terkembang di wajahnya dan dia menarik ku, dan memelukku. Aku tersenyum, apa ini artinya dia telah memaafkan ku? Setelah memeluk, dia langsung menyapu bibirku dengan bibirnya.

Entah kenapa, mungkin magnet dalam dirinya terlalu kuat hingga aku membiarkannya mencium ku.

"Jangan pernah minta maaf lagi, dan ini hari pertama kita" ucap malvin. Aku tersenyum lebar, kemudian memeluk dia dengan erat. Kami berdua berpelukkan disana, aku rasa aku tidak ingin melepaskan pelukan ini.

"first day?" Ucap ku, malvin mengangguk dan dia tersenyum.

"First day mau jalan gak?" Tanya malvin

"nanti, belum selesai kerja. Jam setengah empat, nanti gue kabur" ucap ku, malvin mengelus kepala ku. Kami berdua tersenyum.

Selesaiiiii
Mungkin, ini cerita agak aneh. Maklum, dibuat di tengah kegabutan malam imlek atau tahun baru gitu. Kalau suka ceritanya, klik vote dan comment juga.
Love, xoxo
+Rochealine Lau+

(Not a) Real Maid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang