Satu

12.7K 501 4
                                    

  Suara petir, menggelegar dimana mana. Hujan, turun sangat deras sore hari ini. Padahal, tidak sedang musim penghujan saat ini. Kemarin kemarin, cuaca sangat sangat panas. Tapi, herannya hari ini mendadak hujan deras.

  Perempuan itu, duduk di barisan tengah sebuah kafe, sendirian. Saat itu, memang bukan sedang jam makan siang. Jadi, pantas saja dia sendirian. Dia sedang memegangi latte panasnya, karena kedinginan. Bayangkan saja, Ac di café besar itu, hanya di pakai oleh ia sendiri dan lima pelayan yang ada disana.

Dia tidak sedang sedih, melainkan sedang ingin sendiri. Suasana hatinya, sangat ingin sendiri saat ini. Di kantornya, terlalu berisik dan membuatnya sanagt tidak nyaman. Jadi, ia pergi untuk menyendiri disana.

Ah, hampir lupa!

Perempuan itu, bernama Lalisa Abreana Lu. Biasa di panggil Lisa, atau Licha. Terserah kalian, panggil dia seperti apa.

Usianya, dua puluh dua tahun, dan freshgraduate. Tapi, dia salah satu mahasiswa terbaik. Jadi, kantor tempatnya bekerja saat ini, langsung menarik dia untuk menjadi salah satu karyawan.

Sore itu, ia sedang bebas karena pekerjaannya sudah selesai. Jadi, ia memilih sendirian di café, pas juga moodnya sedang tidak baik.

Handphonenya bergetar, dan ia segera membuka pesan yang ia terima. Ternyata, dari atasannya yang menyuruhnya untuk cepat kembali ke kantor, karena akan ada rapat untuk tugas baru.

Ia pun mengambil payungnya, dan langsung berjalan menuju kantornya.

Lisa berjalan dengan santai, memasuki ruangan kerjanya. Ternyata, rapat belum dimulai karena yangnlain masih di meja masing masing,

Oh iya, dia adalah seorang psikolog. Walaupun dia mengambil psikolog perkembangan, selama tiga bulan belakangan ini, dia sedang diajari tentang psikolog sosial.

Dia hanya membaca bukunya, dan membacanya, untuk membuang waktu menunggu rapat dimulai.

"Kak, emang mau ada apaan sih??"  Akhirnya, dia penasaran juga.

"Itu, katanya sih ada projek besar. Entah penelitian atau apa kali, aku juga gak ngerti" jawab lia, salah satu senior dari Lisa

Ia mengangguk ngangguk dan membaca bukunya lagi.

Namun, berselang tiga puluh menit, yang akan melakukan tugas di panggil untuk masuk ke dalam ruangan rapat. Lisa berjalan bersama Lia, masuk kedalam ruang rapat. Sejujurnya, lisa sangat gugup dan super penasaran dengan apa tugas penting yang akan ia dapatkan.

Tapi, lisa suka dengan tantangan. Jadi, seberat apapun, pasti akan ia coba untuk lakukan. Dan tidak akan menyerah, sebelum mencoba.

"Selamat pagi. Saya punya tujuan, kenapa saya mengumpulkan kalian disini" ucap putri, salah satu senior di kantornya. Lisa mengeluarkan catatannya, dan bersiap untuk menulis tentang tugasnya.

"Jadi, divisi kita mendapatkan tugas untuk meneliti tentang pebisnis kaya. Yang harus kalian teliti adalah, manner mereka, sikap  mereka terhadap uang, masalah yang umum di hadapi, dan juga cara mereka berteman" ucap putri, lisa tersenyum sambil mencatat tentang projeknya. Lisa sangat suka meneliti. Karena, di banding harus duduk dan berbicara kepada klien yang berkonsultasi, dia lebih suka di kirim kirim untuk meneliti sesuatu.

"Lalu, bagaimana cara kita meneliti mereka?" Tanya donny

"Itu yang sedang saya pikirkan, ada yang punya ide?" Tanya putri, semua orang terlihat berpikir tentang bagaiaman cara mereka meneliti orang orang tersebut.

"Gimana kalau kita nikahin aja?" Tanya endy

"Eshhh... Sinting kau" ucap lia

"dan gak mungkin juga kali kak.. Kita nikah demi beginian" ucap lisa, kemudian mereka terta

"Bu, berarti kita harus masuk ke dalam rumah dong bu? Dan aneh kan, kalau kita bilang mau meneliti mereka dan minta nginep disana?" Tanya lisa, putri mengangguk. Lisa berpikir, sebetulnya dia sudah ada ide di otakny?

Namun, idenya itu adalah sebuah ide gila. Mungkin saja, mereka tidak setuju dengan ide lisa tersebut. Jadi, ia lebih memilih untuk diam saja.

"Lisa ada sesautu yang pingin kamu sampaikan kan?" Tanya putri. Lisa menyengir, ia lupa kalau semua orang disini adalah psikolog. Pasti, mereka membaca gerak gerik lisa yang labil antara memberitahu atau tidak.

"Hehehehe.. Saya punya ide bu, tapi rada gila sih" ucap lisa, putri memberi lampu hijau untuk lisa, agar ia berbicara.

"Yang cewek jadi pembantu, yang cowok jadi supir. Kalau menurut saya, itu satu satunya jalan untuk kita bisa masuk. Gak lama, mungkin tiga bulan?" Ucap lisa, setelah itu ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Nice!" Ucap semua, kemudian bertepuk tangan. Lisa membuka mukanya, dan tersenyum. Ia kira, ia akan di marahi karena memberikan ide gila yang harus mereka lakukan. Tapi, ternyata di respon dengan baik oleh mereka semua.

"Saya terima. Walaupun.. Kalian harus bekerja capek capekan. Oh iya, terus bilang nanti ke mereka. Kalau sabtu, kalian harus pergi. Cari alasan masing masing aja ya. Dan, terserah kalian mau mulai kapan, karena ini proyek jangka panjang" ucap putri. Mereka semua mengangguk.

"Sabtu, kalian kumpul dan evaluasi. Nanti, yang gak kebagian orang yang akan bikin laporan" ucap putri. Semua mengangguk.

Lalu, di lanjutkan dengan pembagian rumah. Maksudnya, orang ini akan dapat di rumah siapa dan semacamnya. Lisa terima saja, ia dapat rumah siapa. Karena, ini pekerjaan dan dia tidak tahu harus memilih siapa. Baginya, sepertinya sama saja.

789 words
+ Rochealine's Second Story +
Haloha, back with the new story. So guys, aku gak minta apa apa. Cuman minta klik vote, comment, dan recommend ke temen kalau bagi kalian ceritanya seru. Ngek.
Xoxo

(Not a) Real Maid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang