Delapan

5.9K 351 3
                                    

Aku bersyukur, seharian dia kerja, dengan kata lain dia pergi ke perusahaannya. Jadi, setidaknya dia tidak akan menganggu ku. Dan untungnya, aku mendapatkan shift pagi. Jadi, nanti malam.. Aku tidak akan bertemu dengan dia!

Saat ini, sudah pukul empat sore. Aku sedang di kamar, sambil menyusun laporan ku. Ada beberapa hal yang ku ketahui.

1.    Keluarg middleton akan memberikan maid terbaik award, berupa uang saku tambahan.

2.    Nyonya besar middleton, sering ngasih perhiasan kepada tamu.

3.    Baju bekas, kadang di kasih ke maid.

4.    Mereka sering mengadakan baksos, bersama orang orang kaya lainnya. Dengar dengar, mereka duluan yang mulai tradisi itu.

Aku kira, semua orang kaya itu seperti Ibu dari Goo JunPyo di boys before flower. Menyebelkan, seenaknya dan seolah jijik pada kaum bawah. Tapi, ternyata mereka masih mengadakan baksos. Berarti, mereka masih dermawan lah ya.

Kini, aku tidak tahu harus melakukan apa

. Mendadak, ada bel berbunyi, yang artinya kita harus turun karena si tuan muda itu pulang. Aku langsung berlari.

"Selamat sore tuan muda, anda telah bekerja keras" ucap semua, termasuk aku. Kemudian, kita langsung kembali. Aku hendak ke kamar, namun tangan ku di tarik oleh sinta. Katanya, tuan muda ingin langsung makan.

Maid ayng sedang shift menyediakan makan, sementara yang lain hanya melihati. Aku bingung, kenapa semua maid harus ada di situ?

"Apa makanan hari ini?" Tanya malvin

"Ayam rebus ginseng, puyunghai, kangkung cah dan juga pudding sebagai desert" ucap bu dante.

Setelah lima belas menit, dia akhirnya selesai makan juga. Namun, dia tidak langsung kembali ke kamarnya. Dan saat ini, dia sedang melihat ke arah ku dan menunjuk ku.

"Bu eni, aku mau dia jadi maid pribadi ku. Jika tidak sedang shift, kau tidak wajib pakai seragam. Dia harus datang, kapanpun aku panggil" ucap malvin, aku kaget tentu saja. Mengapa jadi seperti itu, mendadak? Itu tidak adil! Erggghh. Artinya, jam kerja ku akan lebih panjang.

"Tapi. Bagaimana bisa?" Ucap hilda, bu eni dan alda berbarengan. Aku menutup mata ku. Tiga orang itu adalah squad big fans of malvin. Dan aku, bisa mati di tangan mereka. Banyak maid, langsung berbisik. Aku tahu, mereka pasti berbicara tentang ku.

"Aku majikan mu, jadi bisa apa saja" ucapnya sambil berjalan. Namun, dia mendadak berbalik, dan menunjuk ku.

"Dan kau.. Jangan lupa janji mu. Jam tujuh, di kamar ku" ucapnya, aku melotot kepadanya. Dia langsung pergi, sementara aku hanya bisa pasrah mendapat tatapan dari yang lain.

"Janji? Janji apa yang lu buat sama dia?" Tanya hilda. Jeng jeng!

Astaga! Dia kan bisa menggunakan kata "jangan lupa lanjutin kerjaan" ketimbang "jangan lupa janji mu". Itu sangat membuat ambiguitas, dan bisa membuat yang lain salah kaprah. Bodoh!

"Tidak, hanya kerjaan yang belum tuntas. Ah.. Aku mengantuk, aku ke kamar ya!" Ucap ku, dan aku langsung berlari menuju kamar yang ada di lantai dua. Kalian harus tahu, betapa lelahnya aku saat berlari ke kamar menggunakan heels.

"Aduh, harusnya aku bisa menemukan cara lain, harusnya jangan jadi maid. Ini menyusahkan"

Aku membanting badan ku di kasur, dan membuka handphone ku. Banyak pesan masuk, jadi aku bermain handphone. Kalian tahu, tiga teman ku itu terus menagih foto si malvin. Aku tidak tahu, bagaimana cara mendapatkan fotonya.

Tiba tiba.. Sinta, amel dan mela masuk ke dalam kamar dengan tergesa gesa. Dinda juga masuk, namun agak sedikit telat. Aku heran, kenapa mereka sangat tergesa gesa. Sinta langsung mengunci pintu, dan menarik nafas dalam dalam.

"Kenapa lu?? Kok kayak gitu?" Tanya ku, aku penasaran juga jadinya.

"Hahh.. Huhh.. Itu.. Si.. Itu si hilda.. Dia kayaknya dia mulai iri sama lu. Jadi, lu harus hati hati. Dan juga, dia kayaknya mau kesini" ucap amel, aku melebarkan mataku. Apa? Dia mau kesini?

Betul saja, sehabis amel bicara langsung ada yang berusaha membuka gagang pintu. Dia itu psikopat atau gimana sih?

"Lisa, ke kamar saya sekarang"

"Waduh!!" Ucap kami semua satu kamar, aku memegang tangan sinta. Aduh! Bagaimana ini?! Kenapa dia memanggil disaat keadaan seperti ini sih? Aku melirik jam. Ini baru lewat setengah jam! Baru setengah lima! Kenapa dia memanggil ku??

Aku pun menarik nafas, dan membuka pintu itu. Kemudian, aku melihat hilda dan alda yang dengan tatapan seperti iblis. Aku tersenyum, dan langsung berlari menuju kamar malvin. Kalian harus tahu, mereka mengejar ku. Sehingga, aku bablas dan masuk kamar malvin tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dan..

"Aahhhhhh!!!!" Teriak ku.

Aku melihat malvin, hanya menggunakan celana! Dan.. Dan.. Dia tidak pakai baju!! Oh tidak!! Aku langsung balik badan dan berjongkok sambil menutup mataku.

"Gak pernah liat orang topless ya?" Tanya malvin dengan santainya, aku berdiri dan menunduk.

"Maaf.. Tadi. Itu.. Tadi.. Tadi saya di kejar hilda sama alda. Jadi, saya masuk tanpa ngetok terlebih dahulu! Maaf.. Maaff" ucap ku, sambil menunduk.

"Lupakan! Eh? Kenapa tadi? Di kejar hilda dan alda? Mengapa?" Tanya malvin

"Dia.. Fans berat tuan.. Jadi, ketika tahu saya jadi maid pribadi tuan, dia langsung menghantui saya" ucap ku. Dia kini sedang mencari baju, dan aku tetap menunduk saat ini.

Aku langsung duduk di depan komputer, dan mengerjakan laporan kemarin. Sepuluh halaman lagi! Semangat semangatt.. Aku harus menyelesaikannya, hari ini juga.

Aku melirik dia, dia sedang tidur tiduran di kasur sambil memegang PSPnya. Dia ini umur berapa sih? Kenapa masih adiktif dengan game?

Biar kutebak.. Berapa ya umurnya? Tidak lebih dari tiga puluh deh kayaknya. Dua puluh enam mungkin?

Eitss.. Itu tidak penting! Aku tidak boleh memikirkan hal yang aneh. Aku harus mengerjakan ini.. Hmm.. Tapi aku malas sejujurnya.

"Lisa, kau sudah selesai?"

"Belum, baru 12 halaman"

"Lisa ambilkan remot tivi dong"

Aku langsung berjalan dan mengambilkan remot tv dan memberikan kepadanya.

Sama seperi kemarin, dia terus menyuruhku untuk melakukan ini dan itu. Kalian tahu, itu sangat sangat sanagt melelahkan. Melelahkan!

(Not a) Real Maid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang