Sembilan

6.2K 338 1
                                    

Sudah satu setengah bulan, hampir dua bulan, aku bekerja disini. Oke, jangan sebut kerja. Melakukan penelitian disini. Rasanya, hari berjalan begitu lama selama sebulan ini. Kalian tahu, tanpa melakukan diet, berat badan ku turun sebanyak dua kilo dalam satu bulan ini.

Si malvin itu, dia terus menyuruhku untuk melakukan ini dan itu. Intinya, bisa dibilang kami mungkin agak menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Dia sedang makan pagi saat ini, dan ini adalah hari minggu. Kami semua sedang menunggunya makan, dan aku berdiri paling pojok. Kalian harus lihat tatapan mata si hilda dan alda. Dan juga, bu eni!

"Lisa" panggil malvin, aku bejralan menghampirinya. Tatapan mata hilda and the gang menyeramkan saat ini, dan juga maid lain juga berbisik bisik.

"Temenin makan disini. Gue bosan makan sendiri!" Ucap malvin

"Gak! Kalau maid lain marah sama gue gimana? Jangan aneh aneh ah, tuan muda" ucap ku. Bisa dilihat, kita memang sudah lebih akrab. Dia tidak mengijinkanku, untuk bicara formal kepadanya.

"Kalian, kalian gak akan marah kan kalau saya makan sama dia?" Tanya malvin, semua maid menunduk dan menggeleng.

"Tidak!" Ucap mereka semua, malvin langsung menatap ku seolah berkata "see? Mereka gak marah kan?" Aku langsung melotot ke arahnya, dan langsung duduk di sebelahnya. Kemudian, hanya melihati dia makan.

"Gimana, entar malam lu mengadakan makan bareng maid. Biar gak kaku kaku amat, kaku banget sih lu sama maid yang lain? Kalian setuju kan guys?" Ucap ku, kepada teman teman maid.

"Setuju!!!" Ucap para maid, aku tertawa. Malvin membuka mulutnya, dan aku menutup mulutnya.

"Gak ada penolakan, entar malam fix. Gak ada alesan. Lu juga gak ada acara kan? Di banding lu berkubang melulu di kamar?" Ucap ku, malvin menghela nafas panjang. Aku tertawa. Dia memanggil bu eni, dan bu eni segera datang dengan gaya centilnya.

"Bu eni, meja makan panjang siapin. Kita makan bareng, semua pekerja harus datang" ucap malvin, aku tersenyum dan mengacungkan jempol kepada malvin.

Selesai makan, Bu dante memanggilku, entah kenapa. Padahal, selama ini dia tidak pernah berbicara berdua doang dengan ku. Aku jadi heran.

"Bu, panggil saya?" Tanya ku, bu dante langsung mengajak ku duduk di taman rumah itu. Ada dua cangkir teh dan juga biskuit. Aku langsung duduk, dan tersenyum kepda ibu dante.

"Lisa, kau lelah kan? Dibanding pertama kali datng, kau lebih kurus sekarang" ucap bu dante, aku tersenyum dan meminum teh tersebut.

"Lelah sih iya bu. Tapi, aku menikmati kok bu" ucap ku

"Kamu tolong maklumya, kalau tuan muda seperti itu" ucap bu dante, aku memberhentikan minum teh, dan menatap bu dante dengan serius.

"Kenapa bu? Apa ada suatu masalah?" Tanya ku, ia terliaht menarik nafas dalam dalam.

"Saya ini, sudah bekerja dengan keluarga ini selama empat belas tahun. Daridulu, nyonya dan tuan middleton jarang pulang ke rumah. Paling paling, dua atau tiga bulan sekali. Dulu, masih ada si nona mallarie, kakak dari tuan muda. Tapi, sejak nona mallarie menikah lima tahun yang lalu, tuan muda jadi kesepian dan sifatnya berubah. Awalnya, dia sanagt asik. Ceria, suka bikin ketawa. Tapi, sekarang jadi dingin begitu. Cuman ke temen temen yang waktu itu dateng, dia bisa bercanda" ucap bu dante.

Astga! Dugaan ku selama ini benar. Dia memang betul betul kesepian. Pantas saja, dia selalu menyuruh nyuruh ku selama ini. Tunggu? Tadi siapa? Mallarie? Sepertinya aku kenal nama itu.

"Tuan muda sudah seperti anaka saya. Sejak ada kamu, dia agak mengalami kemajuan. Dia lebih sering tersenyum, dan lebih banyak bicara. Aku sangat senang karena hal tersebut" ucap bu dante, aku juga ikut tersenyum.

(Not a) Real Maid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang