"Ada," jawab kami secara bersamaan.
"Cuma kan aku sayangnya cuma sama kamu," ucap Violet pada Jaden.
"Nah, yaudah. Jawabannya juga berlaku buat kalian. Kita sayangnya cuma sama kalian," ucap Jaden sambil menatap Violet.
"Oke. Fine. Maafin kita yang siap-siapnya lama. Kan abis ini kita mau seneng-seneng di pantai. Masa kalian tampangnya begitu?" Elena menaikkan sebelah alisnya dengan jahil.
Setelah itu, kami pun sampai di lantai lobby dan berjalan keluar dari hotel. Kami semua saling bergandengan dengan pasangan masing-masing karena takut terpisah nantinya. Walaupun ini bukan musim liburan, namun banyak sekali orang yang datang berlibur ke Bali. Padahal kami sengaja memilih bulan September agar tidak ramai. Tapi rupanya sama saja.
"Asik!" pekikku dengan senang begitu kami sudah sampai di pantai yang sangat amat indah. Karena hari sudah mulai sore, pemandangan yang ada pun semakin indah.
"Yuk, berenang," ajak Julian sambil membuka bajunya dan menitipkannya pada Elena. Begitupun dengan Jaden dan Axel.
Akhirnya, kami memutuskan untuk mencari tempat yang bisa diduduki sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang sedang bertiup. Sesekali kami tertawa melihat tingkah kekasih kami yang aneh-aneh. Mereka terlihat sangat menikmati ombak yang datang.
"Gue baru tahu kalau Axel badannya berotot," ucap Violet sambil tertawa.
Aku mengangguk. "Dia belakangan ini rajin ke gym sih. Makanya jadi gitu."
"Oh, pantesan aja. Ntar gue suruh Julian ikut Axel ke gym ah," ucap Elena yang membuat aku dan Violet tertawa.
"Jangan dipaksa Juliannya kalau dia nggak mau. Kita sebagai pacar hanya bisa mendukung." Aku terkekeh pelan sambil menyelipkan rambutku ke belakang telinga karena sangat menganggu jika tertiup angin.
"Iya, jangan dipaksa dia. Lagian Julian badannya juga udah bagus," ucap Violet sambil menatap ke arah Axel, Julian dan Jaden.
Elena tertawa dan mengangguk. "Iya, nggak deh. Nggak jadi. Gue sayang dia apa adanya kok."
"Cie," godaku dan Violet secara bersamaan.
"Apaan sih cie cie? Kalian kan juga sama." Elena memutar kedua bola matanya.
"Iya sih. Gue nggak nyangka deh. Kalau bakal ada saat-saat kayak gini, dimana kita pacaran sama mereka bertiga," ucap Violet sambil tersenyum lebar.
Aku mengangguk setuju dan menatap Axel yang sedang mengubur Julian dengan pasir. Ekspresi wajahnya sangatlah bahagia. Jarang sekali aku bisa melihatnya sebahagia itu. Jika aku bisa, aku ingin terus melihatnya sebahagia itu.
"Gue nggak nyangka lo sama Jaden bakal jadian. Secara kan tahun lalu itu dia masih dingin-dinginnya sama lo," ucapku sambil tertawa begitu mengingat sikap dingin Jaden pada Violet. Namun, mereka pada akhirnya bisa bersama setelah perjuangan yang menguras air mata.
"Gue juga kok. Awalnya gue nggak nyangka bakal jadian sama Julian. Secara kan awalnya Julian tergila-gila sama Kiara," ucap Elena sambil tertawa.
Aku kembali tertawa. Aku jadi teringat waktu dimana Julian yang terus berusaha mendekatiku namun tak pernah aku hiraukan. Walaupun aku merasa bersalah karena jahat pada Julian, tapi Elena tidak akan jadian dengan Julian jika saat itu aku berbaik hati pada Julian bukan? Dan mungkin saja aku tidak akan bersama dengan Axel sekarang. Mungkin aku akan sedang menonton drama di kamarku.
"LEN! FOTOIN AKU DONG!" teriak Julian dengan heboh walau ia sudah terkubur oleh pasir. Yang tersisa hanyalah bagian leher ke atas.
"Yaampun, pecicilan banget jadi anak." Elena menggeleng-gelengkan kepalanya namun bangkit dari posisi duduknya untuk berjalan menghampiri Julian.
Aku dan Violet pun akhirnya menyusul Elena yang sedang memotret Julian. Axel dan Jaden sedang bermain air sambil mencuci tangannya yang terdapat pasir.
"Woi, bantuin gue keluar kek!" Julian berteriak pada kedua temannya yang asik berenang.
"Bangun aja sendiri!" sahut Axel sambil tertawa.
"Bantuin dong, Len, Vio, Ra," ucap Julian dengan tatapan memelas ke arah kami bertiga. Mau tidak mau, kamipun berjongkok dan menggali pasir-pasir yang menutupi Julian sampai akhirnya ia bisa berdiri kembali.
"Berenang nggak kalian?" tanya Julian sambil berusaha membersihkan pasir dari tubuhnya.
"Nggak ah," jawab Violet. "Kayaknya airnya dingin."
"Iya tuh, banyak angin pula," timpalku sambil melirik ombak yang datang dan segera menghindar.
Julian mengangguk-anggukkan kepala lalu berjalan menghampiri kedua temannya yang asik berenang. Ia memanggil Axel dan Jaden untuk membisikkan sesuatu di telinga mereka. Tidak lama setelah itu, mereka bertiga datang menghampiri kami. Perasaanku sudah tidak enak saat melihat ekspresi jahil di wajahnya mereka.
"Kabur, guys!" teriakku sambil berusaha lari. Namun aku terlambat karena Axel sudah terlanjur menangkapku.
"Jangan, Xel, jangan!" teriakku sambil memberontak dalam gendongan Axel.
Axel tertawa. "Nggak papa. Masa ke pantai tapi nggak basah? Kan nggak seru."
Aku bisa mendengar teriakan Violet dan Elena yang memohon untuk diturunkan. Belum sempat aku mengatakan apa-apa lagi pada Axel, aku dijatuhkan ke air. Seluruh tubuhku seketika basah kuyup. Aku menjerit karena dinginnya air laut. Sedangkan Axel tertawa dengan puas.
"Mission accomplished, guys!" teriak Axel pada Jaden dan Julian yang sudah menjatuhkan kekasih mereka masing-masing ke air.
"Yay!" teriak Julian dengan senang.
"Ide siapa nih?" tanya Violet dengan kesal. Axel dan Jaden langsung menunjuk Julian.
Julian memasang tampang datar. "Teman macam apa kalian? Malah menjatuhkan teman sendiri."
"Kan emang itu ide lo, Jul," sahut Jaden sambil memutar kedua bola matanya.
Aku, Elena dan Violet saling menatap sebelum akhirnya berlari ke arah Julian untuk menyerangnya. Sialnya, Julian sudah terlebih dahulu kabur dari kami. Namun kami tidak akan menyerah sampai bisa menangkap Julian. Ialah penyebab kami basah kuyup sekarang.
"Udah weh, udah. Gue nggak bisa napas lagi," ucap Julian sambil mengangkat kedua tangannya di udara tanda menyerah.
Aku, Elena dan Violet juga sudah kehabisan napas karena terus berlari mengejar Julian. Kami semua terduduk di atas pasir dengan napas tidak beraturan. Axel dan Jaden berjalan menghampiri kami sambil tertawa.
"Capek?" tanya Jaden sambil merapihkan rambut Violet yang berantakan.
Violet mengangguk. "Banget. Si Julian kok larinya cepet banget sih."
"Kan gue cowok. Wajar kalau larinya lebih cepet dari kalian para wanita," sahut Julian dengan bangga.
"Udah yuk, main air aja kita. Toh udah terlanjur basah," ajak Elena sambil bangkit berdiri.
Kami semua mengangguk dan berjalan mendekati air laut. Kami saling menyipratkan air layaknya anak kecil. Tidak ada yang bisa menandingi rasa bahagia yang kami semua rasakan. Aku harap aku selalu bisa berada dalam moment bahagia seperti ini bersama mereka, orang-orang yang aku sayangi.
***
Ini epilognya, guys! Semoga memuaskan kan ya karena gue udah nggak sabar cerita ini bener-bener completed. Jadi gue nggak ada utang lagi sama kalian HAHAHA. Thankyou so much for 400k readers! You guys are definitely the best ;) see you!
YOU ARE READING
Hidden Truth
Teen Fiction"We all have secrets we'll never tell anyone." ••• Kiara trauma akan acara ulang tahun. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang membuatnya begitu takut untuk berhubungan dengan acara ulang tahun. Kejadian ini juga yang membuatnya begitu membenci Axel...
• epilog •
Start from the beginning
