• lima belas •

19.5K 1.6K 45
                                    

Hari terus berlalu, berganti dengan bulan. Hubunganku dan Axel semakin akrab. Kami berdua juga sering pergi bersama. Tapi jika ditanya apa hubungan kami, kami pasti akan menjawab, "cuma temen kok." Memang itu kenyataannya.

Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana perasaanku pada Axel. Ada waktu-waktu tertentu aku merasa ingin sekali berkata bahwa aku menyukainya. Tapi ada waktu lain dimana aku tidak ingin dia mengetahui bahwa aku menyukainya. Jadi, aku berniat untuk menyimpan semua perasaanku sampai aku tahu apa yang akan aku lakukan. Aku tidak mau dianggap sebagai cewek yang labil.

Tiba-tiba saja selembar amplop berwarna tosca ditaruh di atas mejaku. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat siapa orang tersebut. Ternyata Sherin, perempuan cantik yang terkenal ramah di satu angkatan.

"Ini apa, Sher?" tanyaku sambil membuka amplop tersebut.

"Invitation birthday party gue. Dateng ya! Cowok lo juga gue undang kok," ucapnya dengan cengiran lebar.

Aku terdiam memandangi undangan yang kupegang. Mataku menelusuri seluruh kata-kata yang tertulis di undangan tersebut.

You are cordinally invited to
Sherin Pamela's
sweet seventeen birthday party

Floating Beach Restaurant
Sunday, 28 August 2016
6.00 PM
Dresscode: White

"Lo nggak papa?" tanya Sherin dengan khawatir. "Kok muka lo pucet sih? Sakit?"

Aku menggeleng dengan susah payah. "Nggak papa. Thank you ya udah undang gue," ucapku dengan senyum terpaksa.

Sherin menganggukkan kepalanya. "Oke! Jangan lupa dateng ya. Gue mau kasih undangan ke yang lain dulu," ucapnya sebelum berjalan ke arah murid-murid lain yang sedang berkumpul karena jam pelajaran yang kosong.

Aku menatapi undangan tersebut dengan perasaan campur aduk. Sweet seventeen birthday party. Pikiranku seakan-akan tertarik kembali ke kejadian tahun lalu. Keramaian yang ada dan tawa yang terdengar. Semuanya terasa sempurna sampai Ray datang dan merusak semuanya,

"Ra? Lo nggak papa?" tanya Elena yang baru saja kembali dari toilet bersama Violet. Aku memang sedang malas untuk berjalan kemana-mana sehingga aku tidak mengikuti mereka ke toilet.

Violet ikut menatapku dengan bingung. "Kenapa lo? Kok pucet sih?"

Aku mengangkat undangan yang sedaritadi kupegang. Mereka berdua menatap undangan tersebut lalu menganggukkan kepala secara bersamaan. Memang aku sudah pernah memberitahu mereka bahwa aku benci pesta ulang tahun. Tapi aku tidak pernah memberitahu alasanku. Yang mereka tahu hanyalah aku anti dengan segala bentuk pesta.

"Pantesan," gumam mereka pelan.

"Tenang aja, kita berdua nggak bakal ikut juga kok," ucap Violet sambil tertawa. Sepertinya ia sudah tidak galau lagi seperti kemarin-kemarin.

Aku tersenyum tipis. "Nggak papa sih, kalian pergi aja. Ngapain sih ikut-ikutan nggak pergi ke pesta orang? Kan nggak enak," ucapku dengan lemah. Ini yang membuatku merasa bersalah. Mereka tidak pernah datang ke pesta ulangtahun manapun karena aku tidak datang. Mau seberapa keras aku memaksa mereka, mereka tetap bersikeras untuk tidak pergi.

"Ih, lo mah apaan sih. Kita kan kompak. Lo nggak ikut, kita nggak ikut," decak Elena.

Violet menganggukkan kepalanya tanda ia setuju. "Bener tuh. Nanti kita tinggal bilang kita nggak bisa. Tapi tetep kasih hadiah kayak biasa."

Hidden TruthWhere stories live. Discover now