Hayo, Axel siapa HAHAHA
Enjoy, guys!
Aku baru selesai memarkir mobil saat sebuah mobil berwarna hitam terparkir di sampingku. Aku mengambil tasku dari jok belakang dan keluar dari mobil dengan terburu-buru. Bel baru saja berbunyi, menandakan aku sudah harus berada di kelas secepat mungkin. Begitu aku berniat berjalan menuju kelas, pintu mobil di sampingku terbuka dan muncullah seorang laki-laki dengan seragam sekolahku.
Ah, benar-benar penghancur moodku. Batinku dalam hati begitu melihat siapa orang tersebut.
Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan berjalan menuju kelas. Tapi, dia malah memanggilku. Aku memutuskan untuk berpura-pura tidak mendengar dan terus berjalan. Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Tidak lama kemudian, aku merasakan seseorang berjalan di sampingku.
"Morning, Kiara," sapa Axel dengan senyuman.
"Hm," ucapku tanpa repot-repot menoleh ke arahnya. Aku mempercepat langkahku agar bisa jauh-jauh darinya. Tapi, dia masih saja mengikutiku seperti anak bebek.
Aku pun berhenti berjalan dan menoleh ke arahnya. "Lo ngapain?"
"Jalan kan?" tanyanya balik.
"Ya, gue juga tau lo lagi jalan. Tapi, lo mau jalan kemana? Ngapain ngikutin gue terus?" tanyaku dengan nada kesal.
Ia menggaruk bagian belakang lehernya sekilas. "Abisnya, gue gak tau mesti kemana. Lo kan satu-satunya orang yang gue kenal."
"Kenal? Sorry ya, tapi gue gak kenal sama lo," balasku dengan dingin. Aku benar-benar malas berurusan dengannya pagi-pagi.
"Yah, tapi kan cuma lo yang gue tau," jawabnya lagi dengan nada biasa.
Aku kira dia akan tersakiti dengan nada sinisku padanya. Ternyata dia masih biasa saja. Padahal, setiap dia berbicara kepadaku, tidak pernah sekalipun aku membalasnya tanpa nada sinis atau dingin. Tapi, dia terlihat tidak terpengaruh dengan nada bicaraku. Malah, dia masih saja ingin mengobrol denganku. Dia itu tidak peka atau apa sih?
Hal ini malah membuatku semakin tidak suka padanya. Tidak bisakah ia meninggalkanku sendiri? Tidak bisakah ia melihat bahwa aku tidak mau berada dekat-dekat dengannya? Setiap aku melihat wajahnya, aku selalu teringat dengan apa yang telah ia lakukan pada hidupku. Dan setelah itu, aku akan lebih membencinya.
Aku menghembuskan nafasku dengan berat lalu berkata, "lo tuh mesti ke ruang tata usaha terus tanya dimana kelas lo."
"Tata usahanya dimana?" tanyanya lagi.
Aku menunjuk ke arah sebelah kanan kami. "Lurus, belok kanan, ruangan pertama."
Ia menganggukkan kepalanya lalu tersenyum ke arahku. "Thankyou ya!"
Aku tidak repot-repot lagi menjawab ucapannya dan kembali berjalan menuju kelasku dengan kecepatan ekstra. Dalam hati aku terus berharap bahwa guru belum masuk ke kelas. Tapi, sepertinya keberuntungan tidak berpihak padaku hari ini. Guru pelajaran PKN sudah duduk dengan nyamannya di depan kelas.
Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu. Begitu mendengar perintah dari dalam, aku membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam kelas.
"Maaf, Pak, saya terlambat," ucapku sambil menundukkan kepala.
"Kenapa kamu telat? Telat bangun ya?" tuduh Pak Derren sambil membetulkan letak kacamatanya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Tadi itu saya tunjukkin ruang tata usaha ke orang."
"Yaudah, sana cepat duduk dan buka buku cetak halaman lima," perintahnya.
ESTÁS LEYENDO
Hidden Truth
Novela Juvenil"We all have secrets we'll never tell anyone." ••• Kiara trauma akan acara ulang tahun. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang membuatnya begitu takut untuk berhubungan dengan acara ulang tahun. Kejadian ini juga yang membuatnya begitu membenci Axel...
