• dua puluh dua •

18K 1.4K 44
                                    

Bisa dibilang bahwa cara keluargaku untuk membuatku kembali akur dengan Axel berjalan dengan mulus. Buktinya saja, keesokan harinya kami sudah kembali bercanda dan mengobrol seperti dulu. Tidak ada lagi keadaan canggung di antara kami. Tidak ada lagi aku yang menjauhi Axel. Bahkan, apa yang terjadi beberapa waktu lalu sama sekali tidak kami bicarakan lagi. Kami berdua benar-benar seperti mengulang semuanya dari awal. Dan aku merasa lega karena saat aku menyetujui permintaannya. Atau tidak, mungkin aku sedang merindukannya sekarang.

"Jalan sambil melamun," ucap Axel sambil menepuk pundakku dengan pelan. "Ntar nabrak loh."

Aku menoleh ke arahnya sambil memberikan cengiran. "Gue sendiri pun nggak bisa kontrol."

"Pagi, btw," ucap Axel dengan senyumannya yang selalu bisa menghangatkan hatiku.

"Pagi."

Kami berjalan masuk ke dalam kelas kami yang masih sepi. Mungkin hari ini aku datang terlalu awal. Dan aku lupa memberitahu kalian, Axel berhasil membujukku untuk pindah kembali ke tempat duduk semulaku, yaitu berada di sampingnya. Lagipula aku juga tidak suka duduk di depan sana. Mari kuberitahu bahwa Freddy, laki-laki yang duduk di sebelahku, bukanlah orang yang menjaga kebersihan. Maka dari itu, di kolong meja kami terdapat banyak sampah-sampah makanan dan juga bekas tisu. Menjijikan memang. Maka dari itu, saat Axel membujukku untuk pindah kembali ke tempat dudukku semula, aku langsung mengiyakan permintaannya.

"Gue mau ke lapangan dulu ya," ucap Axel sambil menaruh tasnya di atas mejanya.

Aku hanya menganggukkan kepala sebelum duduk di tempat dudukku dan memperhatikan Axel yang berpas-pasan dengan Elena dan Violet di pintu. Axel tersenyum ke arah mereka dan membiarkan mereka lewat terlebih dahulu. Ah, Axel memang boyfriend material seperti yang Violet ucapkan saat itu.

"Lo kenapa senyum-senyum sambil ngeliatin pintu deh?" tanya Violet dengan bingung.

"Mungkin abis ngeliatin Axel," sahut Elena sambil duduk di tempat duduknya.

Violet tertawa. "Bener juga. Pasti lo abis diromantisin sama dia ya?"

"Enggak tuh. Sok tau lo," jawabku sambil menggelengkan kepala. "Tumben lo berdua datengnya barengan?"

"Ah, mengalihkan pembicaraan," sindir Elena dengan senyum miring.

"Cie, ketauan deh suka sama Axel," ledek Violet dengan suara kencang.

Kedua mataku langsung melebar. "Nggak sih! Jangan sok tau kek."

Violet menaikkan kedua alisnya. "Ah, yakin nggak suka?"

Aku mengangguk dengan cepat. "Iyalah! Siapa yang suka sama dia? Nyebelin gitu."

"Oh begitu," ucap Elena dengan senyum jahil di wajahnya. "Nggak suka, Vio, dia nggak suka."

"Berarti nggak papa ya gue kasih tau lo kalau lagi ada cewek yang deketin Axel?" tanya Violet dengan santai.

"Hah?! Serius? Siapa?" tanyaku dengan cepat.

Demi apa ada yang mendekati Axel? Masa baru kujauhi beberapa saat saja ia sudah ada yang mendekati? Berani-beraninya perempuan itu mendekati Axel. Dia kira dia siapa?

"Wuuu, ada yang cemburu kah? Tadi kayaknya bilang nggak sayang deh," goda Violet sambil melirik Elena yang tertawa.

Aku menatap mereka dengan sinis. "Seriusan weh, siapa yang ngedeketin Axel?"

"Jujur dulu sama kita kalau lo suka sama Axel," ucap Violet dengan senyuman lebar di wajahnya.

Aku mendengus sebal. Mana mungkin aku suka dengan Axel. Ia kan selama ini hanya kuanggap teman.

Hidden Truthحيث تعيش القصص. اكتشف الآن