• dua puluh enam •

16.7K 1.4K 55
                                    

"Mama! Kangen!" pekikku dengan senang sambil berlari memeluk Mama yang baru saja turun dari mobil.

Mama langsung membalas pelukanku dengan erat. "Kangen juga. Rasanya kayak udah lama banget nggak ketemu kamu."

Aku menganggukkan kepalaku tanda setuju. Walau aku hanya tidak bertemu mereka selama dua minggu, rasanya sudah berbulan-bulan. Ini karena minggu lalu Brandon ada acara fieldtrip ke Malang sehingga mereka tidak datang ke sini.

"Papa!" Aku melepas pelukan Mama dan berganti untuk memeluk Papa. "Kok Papa gendutan ya?"

"Yeh, kamu tuh ya. Baru ketemu aja udah langsung komentarin Papa gendut. Anak kurang ajar," balas Papa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Emang. Kak Kiara kan emang kurang ajar, Pa," sahut Brandon.

Aku menatap Brandon dengan sinis dan melepaskan pelukan Papa. Aku berjalan di sampingnya sambil mengulurkan tanganku.

"Mana oleh-oleh?" tagihku.

Brandon memutar kedua bola matanya. "Nggak sempet beli."

"Ih! Kok gitu?" protesku.

"Ya, pas itu ujan gede. Jadi gue males turun basah-basahan cuma buat beli oleh-oleh buat lo," jawab Brandon sambil duduk di sofa.

"Adek kurang ajar," gumamku dengan sebal.

"Biarin. Udah ah, gue mau cari Ryder dulu. Dadah!" Brandon bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar Ryder.

"Tante mana, Ra?" tanya Mama sambil celingak-celinguk.

Aku mengambil remote tv dan menekan tombol on. "Lagi pergi beli makan sama Om Rudy. Bentar lagi juga pulang."

"Gimana kamu di sekolah? Nilainya bagus nggak?" tanya Papa.

"Bagus dong," jawabku dengan bangga.

"Awas aja ntar pas ambil raport ada warna merahnya ya," ancam Mama dengan nada bercanda.

Aku mengacungkan jempolku dengan mantap. "Tenang aja. Tuh kayaknya Om sama Tante udah pulang," ucapku begitu mendengar suara mobil Om Rudy.

Benar perkataanku. Tidak lama kemudian, Tante Lily datang dengan beberapa kantong plastik di tangannya.

"Eh, hai. Udah lama sampenya?" tanya Tante Lily sambil menaruh plastik-plastik tersebut di atas meja makan.

Mama segera bangkit dan berjalan ke arah meja makan. Ia mengintip ke dalam kantong plastik tersebut.

"Belom kok, baru sampe bentar. Kamu beli apa, Li?"

"Itu aku beli nasi uduk. Kata temenku, itu enak. Makanya aku beli sekalian buat coba-coba," jawab Tante Lily dengan cengiran. "Udah laper belom? Makan sekarang aja kali daripada ntar udah nggak panas lagi."

"Sana kamu panggilin Brandon sama Ryder," ucap Papa.

Aku menganggukkan kepalaku dan berjalan ke arah kamar Ryder. Mereka berdua, seperti biasa, sedang duduk di hadapan komputer Ryder dengan ekspresi wajah senang.

"Ayo, makan!"

"Iya sabar. Tanggung nih udah mau naik level," balas Brandon tanpa menatapku.

"Yaudah. Kita-kita makan duluan ya. Bye!" Aku menutup pintu kamar Ryder dan berjalan ke meja makan.

Baru saja aku duduk di kursi, Ryder dan Brandon sudah muncul. Aku rasa mereka tidak ingin ditinggal makan duluan. Jika tadi aku tidak ancam, aku yakin mereka tidak akan keluar dari kamar secepat itu.

"Don, gue punya berita," ucap Ryder dengan heboh di tengah-tengah acara makan kami.

"Apa? Apa?" tanya Brandon dengan tidak sabaran.

Hidden TruthWhere stories live. Discover now