• epilog •

21.6K 1.7K 111
                                    

Pintu hotel diketuk dengan kencang, menandakan siapapun yang mengetuk pintu itu sudah tidak sabar. Aku merapihkan rambutku sekilas sebelum berjalan menuju pintu.

"Udah belom, Len, Vio? Udah nggak sabar nih cowok-cowok," ucapku sambil membuka pintu untuk melihat tiga laki-laki yang berdiri di depan pintu kamar hotelku, Elena dan Violet. Ditambah dengan ekspresi datar di wajah mereka.

"Lama amat sih kalian? Ngapain aja coba? Kan cuma taroh barang sama ganti baju," ucap Axel sambil menghembuskan napasnya dengan berat.

Aku tertawa. "Namanya juga cewek. Kan rempong siap-siapnya," jawabku sambil membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan para laki-laki untuk masuk. "Tuh, liat aja mereka berdua masih dandan."

"Astaga, emang ke pantai doang harus pakai acara dandan segala?" tanya Julian dengan kaget. "Kan nanti main air juga basah."

"Gue nggak ngerti jalan pikiran cewek," gumam Jaden pelan.

Julian dan Axel menoleh ke arah Jaden dan mengucapkan satu kata secara bersamaan. "Sama."

Violet menyisir rambutnya dengan cepat sebelum akhirnya berbalik badan dengan senyum lebar di wajahnya. "Udah nih. Yuk, kita ke pantai! Elena udah kan?"

"Udah nih," jawab Elena sehabis memoleskan lipbalm berwarna ke bibirnya.

"Akhirnya..." ucap ketiga laki-laki itu secara bersamaan. Sedangkan kami, para perempuan, hanya bisa tertawa.

"Kalian nggak tahu udah berapa lama kita nungguin kalian di lobby," ucap Julian sambil menekan tombol lift.

"Maaflah. Kan namanya cewek mau keliatan cantik." Elena memberikan tatapan memelas ke arah Julian.

Julian mendengus sebal. "Kalian kan udah punya pacar semua. Ngapain pakai dandan-dandan segala? Mau ganjen ke siapa?"

"Oh, jadi maksudnya dandan buat godain cowok lain," sahut Axel dengan nada tidak senang.

"Jadi gitu ya," tambah Jaden sambil menggelengkan kepala. Aku, Elena dan Violet langsung menggeleng dengan cepat, panik dengan tuduhan yang mereka berikan.

"Bukan gitu. Kita kan dandan buat kalian juga. Emang nggak malu kamu, Xel, jalan sama cewek jelek kayak aku?" tanyaku sambil menyikut perutnya.

Axel menggeleng. "Ngapain aku malu? Toh, menurut aku itu kamu cantik."

"Tapi, kan kata orang lain enggak," ucapku lagi.

"Yaudah. Kamu mau dengerin pendapat aku apa orang lain yang kamu nggak kenal? Aku sih masa bodo sama pendapat orang. Yang penting kan aku sayang kamu."

Aku tersenyum lebar mendengar ucapan Axel. Walaupun sedang ngambek, ia masih saja bisa membuatku terbang dengan kata-katanya. Inilah mengapa aku masih sangat menyayanginya. Ia selalu bisa membuat hatiku berdegup dengan kencang seperti pertama kali jatuh cinta.

"Yuk," ajak Axel sambil menarik tanganku untuk masuk ke dalam lift.

"Jul, marah?" tanya Elena, memecah keheningan di dalam lift yang hanya ada kami berenam.

Julian menggeleng. "Nggak, ngapain aku marah. Suka-suka kamu mau cantik buat siapa," jawabnya dengan cuek.

Elena mengerucutkan bibirnya. "Aku kan juga mau keliatan cantik kalau jalan sama kamu. Apalagi sekarang kita lagi di Bali. Banyak cewek-cewek yang cantik dan sexy."

"Bener tuh. Kita sebagai pacar kan pengen buat kalian tetep sayang sama kita," sahut Violet sambil menatap Jaden dengan tatapan memohon.

Jaden mendengus sebal. "Emangnya di Bali nggak ada cowok yang lebih ganteng dari kita?"

Hidden TruthWhere stories live. Discover now