• enam belas •

19.4K 1.5K 17
                                    

Karena Julian dan Jaden akhirnya juga memutuskan untuk tidak datang ke pesta ulangtahun Sherin, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya, aku merasa bersalah jika mereka semua ikut tidak datang karena aku. Jika Sherin tahu, mungkin dia akan marah padaku karena mengacaukan semuanya.

"Mau ngumpul di rumah Jaden aja nih?" tanya Julian dari dalam mobilnya begitu ia sampai di rumahku untuk menjemput aku dan juga Axel. Elena juga sudah duduk manis di samping Julian.

"Nggak tau. Axel! Cepetan!" teriakku ke arah rumahnya. Sedaritadi aku menunggunya datang tapi ia sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Tidak lama kemudian, ia keluar dari rumahnya dengan rambut basah dan juga acak-acakan.

"Dia pasti baru selesai mandi," ucapku pada Julian dan Elena.

"Pasti lah itu mah. Keliatan banget tuh," balas Julian sambil tertawa pelan. "Woi, telat bangun ya lo?" tanyanya pada Axel begitu Axel masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sampingku.

Axel memberikan cengiran dan menyisir rambutnya ke belakang. "Tau aja lo. Nih masih basah rambut gue. Hai, Kiara," sapanya dengan senyum lebar.

Aku memutar kedua bola mataku. "Siapa suruh coba tidur malem-malem?"

"Gue nggak ngantuk soalnya. Udah, yuk jemput Violet," ucap Axel sambil menepuk pundak Julian.

Julian menurut dan mulai menginjak gas meninggalkan rumahku dan Axel. Perjalanan menuju rumah Violet sangatlah singkat karena jarak rumahnya yang tidak jauh dari rumahku. Ia sudah menunggu di depan pagar rumahnya saat kami tiba. Dari wajahnya yang memerah, aku tahu ia sudah menunggu cukup lama di sana. Pipinya pasti akan merah jika berpanas-panasan di bawah matahari terlalu lama.

"Gila ya. Lo bilang udah mau nyampe! Tapi nggak nyampe-nyampe!" gerutu Violet yang sekarang sudah duduk di sampingku dan segera menggeser semua ac ke arah wajahnya.

Julian tertawa. "Maaflah. Kan macet tadi."

"Bohong!"

"Tanya aja Elena."

"Bener kok. Macet tadi," ucap Elena sambil memberikan cengiran. "Nggak papa lah panas-panasan bentar. Buat muka lo nggak putih pucet."

"Sialan lo, dikira gue sepucet apaan," dumel Violet sambil mengipas-ngipas wajahnya.

Kami semua hanya tertawa dan mengalihkan topik untuk dibicarakan. Tidak lama kemudian, kami sampai di rumah Jaden yang besarnya bukan main. Ia benar-benar dikaruniai kekayaan melimpah.

"Kenapa mendadak lo diem aja?" tanyaku pada Violet saat kami sedang diantar ke kamar Jaden oleh pembantunya. Semenjak kami turun dari mobil, Violet terlihat diam. Mungkinkah karena ia gugup?

"Gugup ya cie mau ketemu Jaden," goda Julian sambil tertawa pelan.

Ucapan Julian sukses membuat pipi Violet yang sebelumnya merah menjadi semakin merah. Tentu saja hal ini membuat kami semua ikut tertawa. Rupanya dugaanku benar bahwa ia sedang gugup.

"Apaan sih kalian? Emang salah gitu gue gugup mau ketemu sama cowok yang gue suka?" balas Violet dengan kencang dan bersamaan dengan pintu kamar Jaden yang terbuka dari dalam.

Jaden keluar dari kamarnya dan langsung bertatapan Violet. Ekspresinya datar seperti menunjukkan bahwa ia mendengar perkataan Violet barusan. Sedangkan Violet, ia hanya menundukkan kepala dan tidak mengucapkan apa-apa.

"Eh, ada si bos," ucap Julian untuk memecahkan keheningan. "Yuk, masuk," lanjutnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar Jaden seenaknya. Demikian pula dengan Axel. Dilihat dari tingkah laku mereka, aku yakin mereka sudah sering datang kemari.

Hidden TruthWhere stories live. Discover now