Part 14 : Ditolak Ibunya

Start from the beginning
                                    

Akhirnya tiba di rumah berpagar merah. Gue turun dari mobil, memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Dean "assalamualaikum" tiga kali berucap seperti itu.

Keluar seorang mama Dean "Kenapa Edgar kok rapih banget nih" Sapanya ramah.

"Mau ketemu Dean tante, boleh gak saya ketemu?" Gue tersenyum ramah, berusaha mengendalikan diri dari perut yang terus meronta. Dari pagi belum sama sekali makan.

"Maaf, Deannya lagi gak mau diganggu dan gak mau ketemu kamu"Ibu Dean berkata pelan, namun cukup untuk menggetarkan hati gue. Gue bersusaha tegar "Kenapa tante?"

"Eng... dia sudah cukup menemui banyak masalah akhir akhir ini. Dia butuh tenang nak Edgar, katanya-----" Ucapannya terpotong, Mama Dean menatap bawah engga menatap mata ini langsung.

Gue menaikkan alis "Katanya apa tante?" Mama Dean menarik nafas panjang "Dia gak mau diganggu dan gamau ketemu sama kamu lagi. Maaf yah Edgar, kalau kamu mau Deandra untuk bahagia lebih baik kamu menjauh dari dia"

Perkataannya cukup membuat jantung berhent berdetak. Gue mengambil nafas, membuangnya pelan pelan, badan berkeringat "Okelah kalau emang keputusan dia kaya begitu. Tapi tante saya mau ngucapin terima kasih"

"Terima kasih buat apa gar?" Mata Mama Dean sayu juga terlihat sedih. Walau sudah memiliki dua anak, dia masih terlihat cantik. Sama seperti anaknya.

"Terima kasih sudah melahirkan Deandra. Terima kasih sudah merawat dia, mungkin saya akan berusaha untuk mundur satu demi satu langkah agar anak tante bahagia. Sekali lagi terima kasih, karena berkat tante perempuan yang saya cinta sudah bisa terlahir didunia" Gue mencium tangan Mama Dean, kemudian pergi ke jok belakang mobil. Mengambil bunga yang tadi dibeli.

"Tan, ini untuk anak tante. Juga saya titip salam dan kata maaf tadi sudah memaksa dia. Jika dia tidak mau, yasudah buat tante saja. Sudah yah tante, Edgar mau pulang. Selamat malam"Mama Dean meraih bunga yang gue beri kemudian gue memasuki mobil dan mengendarainya.

Didalam perjalanan, gue memukul stir,mengeluh sendiri. Badan dan hati sudah amat letih. Masih saja bisa bertahan dengan tolakan yang bertubi tubi. Bingung rasanya mau bagaimana lagi. Badan sudah lemas dan Dean masih saja tidak bisa luluh.

Malam ini, Dean kembali mematahkan hati melalui ibunya. Sungguh pandai sekali dia meminta gue berhenti mengejar melalui orang tua. Langsung dapet tolakan dari orang tuanya. Benar benar tidak habis pikir, selalu saja ditolak olehnya.

Dan sekarang sudah malam, lalu gue harus apa? Pulang ke rumah rasanya engga. Mungkin menepi sebentar di suatu tempat cukup mengasyikan. Tiba tiba, handphone gue berdering. Terdapat pesan masuk dari seorang teman Dean yang selalu teman teman cowok gue kagumi. Gina.

Gina : ehh kakk

Edgar : hah?

Gue menjawab seperti itu karna sangat kesal dengan Dean. Tapi gue baru sadar, siapa tau dia bisa menjadi penghibur lara. Dia kembali gue chat.

Edgar : ada apaa?

Tidak dia balas sampai gue sampai di McDonald dekat rumah Dean yang buka 24jam. Pakaian sama sekali tidak rapih, kancing kemeja sudah terbuka juga rambut yang sudah acak acakan .

Gina : lu sabtu sibuk kagaaa?

Edgar : sangat sibuk

Gina : sibuk ngapaainnn?

Edgar : pergi bolak balik Australia – Kongo – China - Inggris dan Brazil

Gina : alahhh bohong

Edgar : benar. Gue berani bersumpah

Gina : yahhh gakk mungkinn lahh, bagaimana caranya?

Edgar : main monopoli

Gina : ah apaansi -_- nonton gue sama temen temen lomba donggg

Gue meminum fanta float yang tersedia dan menghabiskan kentang yang tersisa. Malam ini gue benar benar lapar. Dua ayam, satu nasi sedang, sup dan telur tersedia diatas meja. Ditambah kentang large juga dua minuman. Lemon tea dan fanta float.

Edgar : Engga ah males

Gina : Ih kan ada Dean masa males nonton dia sih

Edgar : Yaudah deh gue nonton. Dimana?

Padahal tadi sudah ditolak melalui ibunya, namun tetap saja hati masih belom rela dia sepenuhnya dilepaskan.

Gina : SMA Taruna Jaya. Nonton yah kakk

Edgar : iyaa, btw gue belom pulang masa

Gina : kenapaaa?

Lalu gue ceritakan semuanya tentang hari ini dan kejadian Dean menampar. Gina melihat Dean menampar. Dia sempat shock temannya melakukan hal tersebut. Dia juga bilang ke Dean kalau hal itu tidak pantas dilakukan. Gue juga bilang ke Gina kalau gue enggan untuk pulang.

Gina : kak Edgar pulang aja ishhh

Edgar : engga ah belum minta maaf

Gina : Kak! Pulang aja pulang. Buat apa minta maaf sama orang yang udah nampar dan buat kacamata rusak. Dia yang seharusnya minta maaf bukan kakak. Udahh kak pulang aja atau aku samper dan paksa pulang. Kakak dimana?

Gue begeming. Tidak menyangka masih ada orang yang peduli sampai ingin menghampiri.

Edgar : gue di McD , jangan kesini Gin. Sudah malam sekarang jam sembilan. Nanti lo lupa jalan pulang. Jangan pikirin gue.

Pesan hanya didiamkan. Tidak di balas namun sudah dibaca. Gue kaget masih saja ada orang yang ingin menghampiri padahal sekarang sudah sangat malam. Bahkan hanya tinggal beberapa orang saja yang masih disini.

Seorang laki laki dan perempuan yang sedang berpegangan tangan sambil bermanja manja di depan gue yang sedang berantakan dan kekenyangan.

Satu orang laki laki yang duduk di pinggir ruangan mengetik keyboard laptop dan mendengarkan musik menggunakan earphone.

Juga ada satu keluarga yang beranggotakan lima orang sedang tertawa.

Sementara gue hanya mengelus perut karna kekenyangan. Kentang belum habis ketika tangan ingin meraih kentang lalu dioper ke mulut, mata dengan jelas melihat seorang perempuan menggunakan jaket berwarna pink dengan sendal berwarna biru memasuki ruangan.

Dia berjalan mencari seseorang, menghampiri gue. Langkahnya makin lama makin mendekat, setelah mata diperjelas. Wanita ini adalah sosok yang familiar oleh gue juga Dean. Dia juga orang yang memaksa pulang.

"Halo kak?" Tegur Gina.

d0��N�? 

Edgar StoryWhere stories live. Discover now