bc: chen!

8K 473 59
                                    


Hello, ini bonus chapter buat kalian! Kelanjutan dari imagine chen ya, ada yang masih inget? Kalo ga baca ulang aja :p wehehe

Happy readings~

Jongdae pov's

"Happy failed anniversary, Jongdae-ssi"

Bahkan kalimat itu masih terus terngiang di otakku meski sudah dua minggu lamanya kami resmi berpisah.

Dia mengakhiri hubungan kami dan semuanya karena salahku.

Seandainya saat itu aku menepati janjiku padanya, seandainya waktu itu aku datang dan tidak membiarkannya kedinginan menungguku terlalu lama.

Seandainya kala itu aku tak membentaknya, untuk kesalahan yang sama sekali tak ia lakukan.

Seandainya aku lebih memikirkannya yang selalu datang ke apartemenku untuk bersih-bersih, dan membuatkanku makanan.

Lebih memikirkan perasaannya saat khawatir karena aku terlihat kelelahan dan kurang sehat.

Ia bahkan membelikanku vitamin tapi aku malah memarahinya karena terlalu banyak bicara, karena saat itu aku menganggapnya terlalu menggangguku.

Aku tau aku menyakitinya terlalu dalam karena keegoisanku, tetapi setiap kami bertemu dia akan selalu tersenyum dan bilang "tidak apa-apa, aku mengerti kau begitu karena lelah."

Kemudian aku akan menganggap itu kebenarannya dan melupakan kesalahanku.

Tanpa pernah berpikir apakah itu benar-benar apa yang dia rasakan, ataukah karena tak ingin membuatku merasa terbebani.

Selama hampir tiga tahun, tak pernah terpikirkan olehku semuanya akan berakhir seperti ini.

Malam itu, malam di dua minggu yang lalu dia memutuskan hubungannya denganku.

"Chen, kau melamun lagi?" Suara Hani dan tepukan tangannya pada bahuku membuat lamunanku jadi buyar.

"Tidak." Ucapku cepat.

"Dasar tukang bohong. Kau kenapa? Masih memikirkan mantanmu?"

Ya, ini Hani. Dia temanku sesama sukarelawan dan dia juga teman yang satu jurusan dengan mantanku, y/n. Jadi kurang lebih dia sangat tau apa yang terjadi antara kami.

"Aku hanya merasa bersalah. Bukan berarti aku masih mengharapkannya." Ujarku sembari menelusuri bibir cangkir yang isinya sudah ku habiskan.

"Hei, aku tidak bilang kau masih mengharapkannya. Jadi, kau masih mengarapkannya?" Hani mencondongkan kepalanya padaku agar dapat melihat jelas bagaimana perubahan ekspresiku namun dengan cepat ku dorong kepalanya dengan jari.

"Berhenti bermain dengan kata-kata."

Dan Hani tersenyum, dia sudah tau tebakannya benar karena biasanya jika dia salah aku akan langsung mendebatnya sampai dia lelah dan mengaku kalah.

Tapi kali ini tidak, karena sekeras apa pun aku mendebat Hani aku tidak akan menang.

Hani benar, aku memikirkannya dan juga masih mengharapkannya.

"Kalau begitu ajak dia bicara."

"Tidak semudah itu, bodoh."

"Sampai kapan kalian akan terus menghindar dan berpura-pura untuk tidak saling kenal?"

Benar juga sih. Selama dua minggu ini kami sama sekali tidak pernah bertemu. Jika tidak sengaja melihatnya berjalan sendirian di lorong aku akan bersembunyi atau berbalik arah.

Aku memang payah tapi kepayahanku tidak sebanding dengan apa yang ku rasakan.

Rasanya sakit membayangkan dia tidak menatapku lagi saat kami berjumpa, rasanya sakit membayangkan dia akan mengacuhkan kehadiranku, rasanya sakit membayangkan aku ini bukan siapa-siapa lagi baginya.

exo imagine series; spring love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang