7. Perjodohan yang Membuat Rasa itu Muncul

1.2K 66 1
                                    

Kata-kata Aziz terus saja berputar di pikiran Viona layaknya sebuah kaset rusak.

'Apa banget si Fahril pake acara suka sama gue. Gue kan benci banget sama dia' batin Viona.

"Bodo amat sih" gumamnya capek memikirkan kenyataan yang ia hadapi.

Disela lamunannya tersebut, terdengar sebuah suara pintu diketuk yang diiringi dengan suara ibunya dari luar, "Sayang? Kamu lagi ngapain?" teriak ibu sedikit keras.

Viona yang mendengar itu, segera bangun dan pergi menemui ibunya di luar, "ya bun?"

"Kamu siap siap dulu. Sebentar kita makan malam sama keluarga temen Ayah" ujar Bunda.

"Jadi ini beneran Bun? Aku mau dijodohin?" tanya Viona lirih.

Bunda Arsita tersenyum. Lalu mengelus rambut lurus milik Viona dengan sayang, "iya sayang. Kita coba dulu, mungkin itu cocok sama kamu. Soalnya dia temen sekolah kamu loh" ujar bunda seraya mengangguk.

"Tapi kan Bun, aku bisa cari pacar sendiri. Aku juga masih terlalu mudah buat di jodohin" desak Viona.

"Udah ya. Kamu siap-siap. Dandan yang cantik sayang" kata Bunda meninggalkan Viona yang hampir menangis. Ia tidak mau dijodohkan seperti ini. Tapi apa boleh buat, ini semua adalah keinginan sang Ayah yang mutlak dan tidak bisa dibantah. Mau tidak mau, Viona harus mengikuti perjodohan ini. Viona berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menghilangkan sejenak pikiran yang melanda diri dan otaknya.

25 menit sudah ia menghabiskan waktu untuk membersihkan dirinya. Gaun malam sudah siap di atas tempat tidurnya. Gaun malam yang akan dikenakan pada acara makan malam antar keluarga. Sebenarnya ia malas untuk mengikuti acara ini. Tapi ini wajib. Belum hilang semua kenangan bersama Alva dari pikiran dan hatinya. Tetapi apa boleh buat dengan adanya perjodohan ia harus melupakan kenangan bersama Alva yang masih terekam jelas di benaknya.

Ia segera memakai gaun hitam selutut itu. Setelah selesai, ia menghias wajahnya dengan make-up natural yang sangat cocok dengan wajahnya. Tak lupa, ia memakai heels yang cocok dan pas di kaki jenjangnya. Setelah semua siap, ia segera turun menemui Ayahnya yang sedari tadi menunggu di ruang tamu.

"Cantiknya anak Ayah" puji Gilang -ayah Viona- kepada anaknya.

"Bang Valero pergi gak?" tanya Viona mengalihkan pembicaraan.

Ayah menggeleng, tak lama Bunda datang dengan setelan long dress dan hijabnya.

"Bisa pergi?" tanya Ayah lembut.

Bunda dan Viona mengangguk tanda setuju.

-o0o-


Di mobil keluarga kecil itu hanya diam. Tidak ada percakapan yang tercipta. Hanya rasa canggung yang menyelimuti suasana saat ini.

30 menit perjalanan yang mereka tempuh tanpa suara. Ayah, Bunda dan Viona masuk beriringan mencari meja yang ditempati oleh teman Ayah itu. Tidak lama mereka mencari, akhirnya Viona dan keluarga mendapati teman Ayah itu duduk di meja nomor 14. Mereka segera menuju meja tersebut untuk menemui teman ayah yang kira-kira sudah lama menunggu.

Setelah bersalaman, Viona duduk di kursi yang sudah disiapkan. Matanya tidak berhenti mencari orang yang akan di jodohkan dengannya karena ia dari tadi belum melihat sosok laki-laki yang duduk di meja yang ia tempati selain ayah dan teman Ayah itu.

Tak lama, ia mendengar suara laki-laki yang tepat berada di depannya.

"Maaf terlambat" suara bariton itu menggema di indra pendengaran Viona. Suara yang sangat dikenalnya. Suara dingin yang disekolah sangat ceria dan jahil.

I HATE YOU BUT I LOVE YOU (END)Where stories live. Discover now