15. I Love You

849 47 4
                                    

Derap langkah kaki terdengar cepat melintasi lantai yang dingin nan sepi. Nuansa putih menyerbu menyinari mata indah milik Viona. Tetapi mata indah itu kini di hiasi dengan bulir-bulir airmata yang seakan berdesakkan ingin keluar membasahi pipi pemiliknya.

Viona sampai didepan ruang UGD menemui teman-teman dari orang yang sedang gawat didalamnya.

"Yan, Fahril gimana?" tanya Viona lirih.

Brian menoleh, "Vi, lo yang sabar ya. Fahril masih diperjuangin kok"

Dengan terpaksa, Viona diam walaupun hatinya bertanya-tanya apa penyebab semuanya ini.
Viona duduk dikursi tunggu dengan gelisah. Berharap semoga ada titik terang yang membuat orang terkasihnya selamat.

"Yan. Gimana?" tanya Viona lagi dengan tidak sabaran.

"Sabar Viona. Ini mereka lagi usaha" ucap Brian tegas.

Orang tua Fahril menoleh dan terkejut melihat Viona ada didepan mereka.

"Viona?" panggil Sita seperti bertanya.

Viona yang merasa dirinya terpanggil menoleh. Dan menemukan teman Ayahnya yang bernama Om Ardi sedang ada disini.
Ia baru saja ingat, bahwa mereka adalah orang tua dari Fahril.

"Sayang, kamu kapan datangnya?" tanya Sita yang berusaha tersenyum walaupun hatinya tidak tenang.

"Barusan Tante, aku dapat kabar dari Brian" jawab Viona dengan tangan yang sudah berada di genggaman Sita.

"Kita tunggu ya" ucap Ardi berusaha menguatkan.

Dokter keluar setelah lama mereka menunggu. Sepertinya kabar yang akan disampaikan adalah kabar baik bisa dilihat dari wajah dokter itu, ia bahagia.

Orang tua Fahril yang melihat itu, segera berdiri menemui Dokter yang telah menangani Fahril.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Sita dengan tidak sabaran.

"Alhamdulillah, Fahril selamat. Dia mengalami retak tulang di bagian kakinya. Tapi itu tidak apa-apa" jelas Dokter itu.

Patah tulang adalah hal biasa untuk Fahril dan teman-temannya.

Orang tua Fahril dan teman-temannya juga Viona menghembuskan nafas lega. Mereka sangat berterima kasih kepada dokter yang telah menangani Fahril.

"Bisa dilihat, Dok?" tanya Viona pelan.
Dokter itu mengangguk, lalu berpamitan untuk menangani pasien selain Fahril.

Ardi dan Sita yang pertama masuk menjenguk anaknya.

Mereka masuk dan pintu ditutup.

-o0o-

Viona duduk dengan tenang dikursi tunggu bersama Brian dan lainnya. Tidak ada percakapan yang tercipta, hanya keheningan yang mereka rasakan.

"Fahril celaka gara-gara lo" Brian membuka suara.
Viona menoleh kearah Brian, memastikan siapa yang ia maksud.

"Iya. Lo Viona" kata Fajrin meyakinkan.
Viona kaget dan bingung. Ia hari ini tidak berkabar dengan Fahril tapi kenapa mereka bisa menuduhnya sebagai penyebab atas kecelakaan Fahril dengan sembarangan.

"Gue? Gue kenapa?" tanya Viona heran.

"Semua karena lo! Lo yang udah buat Fahril celaka" teriak Fajrin kepada Viona. Ia merasa terasingkan disini. Untung saja ada Brian yang segera menenangkan temannya itu.

"Bisa gak sih, kita bicara dengan kepala dingin?" tanya Viona.

"Oke, duduk dulu semuanya" Brian menengahi keributan yang ada. "Viona, lo harus tau kesalahan lo itu dimana" lanjut Brian.

Baru saja Viona ingin membuka suara, Brian segera menyambung perkataannya itu.

"Ini semua salah lo. Lo sama Reza. Itu kesalahan lo"

Viona terdiam. Brian benar, ia salah. Viona merutuki dirinya yang banyak membuat masalah.

"Yan, lo gak tau apa yang terjadi" ujar Viona.

"Gue tau Vi. Gue tau semuanya" potong Brian.

"Tapi gue gak bermaksud gitu, Yan"

"Lo tau, Reza datang di basecamp dengan bawa semua pasukannya hanya untuk Fahril. Untuk ngabisin Fahril" ujar Fajrin emosi.

"IYA. GUE TAU" teriak Viona.

"Mereka ngejar Fahril dijalan. Mereka nabrak Fahril dari samping dan belakang, yang ngakibatin Fahril jatuh" Fajrin mencoba menjelaskan dengan nada yang lembut. "DAN ITU SEMUA GARA-GARA LO. SEMUA KARENA LO!!"
Emosi Fajrin tidak bisa dibendung lagi. Ia sangat marah.

Brian yang melihat itu, segera menenangkan temannya dengan cara membawanya keluar, meninggalkan Viona sendirian.

Tak lama, Ardi dan Sita selesai melihat Fahril, sekarang giliran Viona yang menjenguknya.

"Fahril sudah sadar sayang" ujar Sita

Viona mengangguk dan masuk kedalam ruangan yang di iringi dengan tertutupnya pintu.

Ia berjalan pelan mendekati bangkar yang ditempati Fahril kesayangannya. Mata Fahril tertutup, berarti ia sangat lelah.

"Fahril" panggil Viona pelan. Sangat pelan.

Fahril membuka matanya dan mendapati Viona sedang berdiri disampingnya, "Viona"

"Aku disini" Viona tersenyum pedih, mengingat bahwa kecelakaan yang dialami Fahril ini, semata-mata hanya karenanya.

"Kamu gak usah khawatir, aku baik baik aja kok" jelas Fahril berusaha meyakinkan Viona agar tidak khawatir.

"Tapi-- aku takut" ujar Viona lirih.

Fahril tersenyum, "Takut kenapa sayang? Bilang sama aku"

"Aku takut kehilangan kamu"

Satu tetes airmata jatuh membasahi pipi Viona. Fahril tetap tersenyum melihat tingkah gadis kesayangannya.

"Aku disini" ujar Fahril mengikuti kata-kata Viona beberapa menit yang lalu.

Viona berhambur kepelukan Fahril, ia tidak mau kehilangan kekasihnya. Sudah cukup, ia kehilangan Alva. Kali ini tidak ada yang bisa mengambil Fahril dari genggamannya, kecuali Dia.

"Jangan kenceng-kenceng dong. Aku susah nafasnya" lawak Fahril yang sebenarnya kenyataan.

Viona melepaskan pelukannya sebelum ia duduk menatap pasien yang sangat disayanginya ini.

"Kamu kenapa bisa gini?" tanya Viona walaupun ia sudah tau kebenarannya.

"Aku hampir nabrak kucing, jadi aku ngehindar eh terus oleng deh. Jatuh" jawab Fahril yang 100% berbohong. Viona bisa mengerti maksud Fahril berbohong kepadanya. Itu semata-mata hanya tidak ingin membuat Viona khawatir.

"Kamu jangan gitu lagi ya?" pinta Viona dengan sayang.
Satu tangannya digenggam erat oleh Fahril, dan satunya lagi mengelus-elus rambut Fahril dengan lembut.

"Hey" panggil Fahril yang membuat Viona menoleh, menatap kekasihnya itu. Viona mendekatkan wajahnya bermaksud mengejek Fahril.

"Aku mencintaimu"

"Aku mencintaimu juga"

Lalu, Fahril mengangkat kepalanya dan bibir mereka menyatu dengan indah.

"Udah adegan romantisnya?" sebuah suara mengacaukan segalanya. Suara Brian yang terdengar diseluruh penjuru ruangan yang ditempati Fahril.

"Ah, lo mah. Gak bisa liat gue seneng" ujar Fahril berusaha membuat semuanya tertawa. "Lagi asik juga" lanjutnya.

Viona mencubit lengannya kuat yang membuat Fahril mengeluh kesakitan.
"Aw sakit bro" kata Fahril kepada Viona.

Viona tertawa bebas, lalu menyandarkan kepalanya dibahu Fahril yang sedang mengobrol dengan Brian.

-o0o-

HAI GAIS. GUE HARAP KALIAN GAK AKAN BOSAN DENGAN CERITA INI. MAAF UPLOADNYA LAMA DAN MALAM MALAM KEK GINI. TAPI INI MENDADAK SEKALI, KARENA KEBETULAN IDE MELINTAS DIOTAK SAYA. YA UDAH. HAPPY READING SEMUANYA.
BTW KEYBOARDNYA BERAT BANGET. JADI LAMBAT NULISNYA.
BYE😘😘😘😘

I HATE YOU BUT I LOVE YOU (END)Where stories live. Discover now