14

1.4K 83 0
                                    

14

Menyetujui, kamu masih menghargai dia ...

Perpustakaan mendadak menjadi tempat yang sering dikunjungi kami sambangi. Tama dan tim komiknya menggunakan perpustakaan sebagai tempat paling nyaman untuk melanjutkan komik mereka. Pameran sudah semakin dekat, yang berarti harus segera diselesaikan komik tersebut.

Aku sering menemani Tama berdiam di perpustakaan, walau tak banyak membantu. Tama senang jika aku ada di senang, katanya kehadiranku menginspirasinya. Setiap detail gambar Tama selalu membuatku kagum. Semuanya berhasil menjelaskan apa cerita di berhasil.

"Aku besok ikut ya." Kataku.

"Kemana?" tanya Tama.

"Ke pameran, pasti seru, kan." Jawabku.

"Nggak usah, kamu di sini aja. Nanti kalo sudah selesai aku langsung balik ke sekolah kok." Ungkap Tama.

Aku sudah membayangkan bagaimana serunya ada di tengah-tengah pameran itu. Langsung di sana.

"Kenapa emangnya? Aku pengen ikut."

Tama membelai rambutku, "di sana tempatnya, kecil, panas lagi. Nggak usah ikut ya."

Senyumnya ingin membujukku, coba katakan jika aku lebih baik mengambil apa yang ia katakan.

"Pulang dari sana, aku langsung balik ke sekolah. Ketemu sama kamu. " Ulang Tama.

Entah sihir apa yang Tama gunakan sampai membuatku berhasil menuruti semua kemauannya. Dia berhasil membuat apa yang menjadi keinginku berubah menjadi sesuatu yang dia inginkan.

***

Hari ini pameran di adakan, sebenarnya aku masih mau ikut menemani Tama. Seharusnya aku sudah melihat di mama kalau nanti aku akan ke pameran, jadi usahakan cepat menjemput. Tapi terpaksa, Tama melarangku untuk ikut. Dia terus mengatakan jika aku harus tetap di sekolah.

Aku melihat Tama dan Putra bergoncengan dengan motor Tama. Tama semoat melambaikan persetujuan sebelum benar-benar keluar dari gerbang sekolah. Melihat mereka yang sudah pergi membuatku sadar kalau aku harus benar-benar ada di sekolah, dan menunggu Tama sore nanti.

"Ayma .." teriakan kecil berhasil melewati langkahku di depan kantin.

Jalan menuju Langkahku menuju Raya. Wajahnya berbinar, senyum pun melekat di sana.

"Kamu mau kemana?" tanyaku.

Raya membenarkan tas biru yang dia gendong di belakang, "ke pameran sekolah. Paduan suara sekolah kita bisa ikut acara di sana nanti." Jawab Raya.

"Kok aku nggak tau?" tanyaku.

"Jelas aja kamu nggak tau, akhir-akhir ini kamu sibuk sendiri. Sering ilang dari kelas." Ucap Raya.

Aku tersenyum tipis dengan ucapan Raya. Tindakanku akhir-akhir ini membuatku jauh dengan sahabatku yang lain.

"Yaudah ya, aku. Aku berangkat dulu sudah di tungguin soalnya."

Setelah itu Raya berjalan menjauh, bertemu dengan teman-teman paduan suara yang sudah disetujui di kantin.

Aku yang tak tau harus melakukan apa dan kemana, memutuskan untuk berdiam di kelas saja. dari kemarin banyak pelajaran yang kosong. Guru mendadak sering sekali menghadiri rapat.

Diam membuat saya berpikir tentang pameran itu. Tama dan Raya ada di tempat yang sama. Tidak mungkin mereka tak bertemu. Apa kira-kira yang akan Tama lakukan jika bertemu dengan Raya? Apa Tama tidak tau jika Raya juga ada di sana? Tidak mungkin

Seharusnya Aku Tau | ✔Where stories live. Discover now