9

1.5K 97 0
                                    

Ku akui, aku menyayanginya ...

Mataku terpaku pada pemandangan siang ini. Untuk pertama kali dalam hidup aku pergi ke luar kota tanpa Mama. Pemandangan di sini sangat tenang, indah dan sangat nyaman. Aira sibuk mengabadikan tempat ini. Yoga dan Amar masih sibuk memarkirkan motor mereka. Amar jika akan lebih seru jika kita menggunakan motor, walau banyak sekali yang bisa terjadi.

"Ayo foto." ajak Aira saat Yoga dan Amar datang.

Aku sangat senang hari ini. Bisa menghabiskan waktu bersama tiga sahabatku. Waktu terakhir dalam beberapa waktu Terakhir ini saya dapat tanpa beban.

"Aku, Shania ngomentarin postingan ku nih." Kata Aira sambil menunjukkan ponselnya.

Oh nggak ngajak ..

Begitu komentarnya. Aku hanya tersenyum membaca. Aku memang sudah mempersiapkan diri untuk hal ini. Shania memang selalu ingin kami bersama-sama. Dia menuntut jika kami harus melakukan apa pun bersama, tak ada yang berkhianat akan hal itu.

"Yaudah nggak papa besok diurus." Kataku.

"Aku, ke sini, deh, bagus banget pemandangannya." Kata Amar mengundangku.

Aku dan Aira langsung melangkah Amar dan Yoga yang sudah lebih dulu melangkah ke titik tertentu. Aku terkagum melihat pemandangan yang dibahas Amar. Memang indah.

"Coba aja kita bisa lebih jauh lagi." Kata Yoga.

"Bersyukur kita bisa ke sini, Yoga." Kata Aira.

Yoga terkekeh mendengar ucapan Aira. Yoga mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan setiap momen kami di sini. Wajar jika kami sebahagia ini, karena ini adalah pertama kalinya, sebelumnya kami hanya disetujui tanpa terencana.

"Laper nggak sih?" tanya Amar.

"Banget. Kita cari makan yuk." jawabku cepat.

Kami berangkat lumayan pagi, tak sempat sarapan. Amar membawa kami ke satu warung pinggir jalan yang lumayan ramai. Jam sudah menunjukkan pukul sua belas siang, pantas jika warung ini ramai dengan orang yang akan makan siang.

Aku dan Aira menunggu di meja, membiarkan Amar dan Yoga memesankan makanan untuk kami. Walau warung ini ada di pinggir jalan, tapi suasananya nyaman. Makanan yang ditawarkan pun bermacam.

"Makan sederhana tapi istimewa kalo bareng temen kayak gini." Kata Yoga.

"Bahasa mu macem orang bener, Yog." Cela Aira sambil mengunyah makanannya.

"Haha.. sok ngomong gitu. Nggak pantes sama muka mu, Yog." Timpa Amar.

Aku terbahak mendegar ocehan mereka, "apa, Ayma, mau nyela aku juga? Nggak papa biar lengkap gitu lo." kata Yoga setelah menyeruput air mineralnya.

"Uuu sayang .." kataku.

Tak lama setelah becandan itu, ponselku berbunyi. Dan terkejut saat tau jika pengirim pesan itu adalah Tama.

Dari: Tama
Hati-hati jalan-jalannya ya :)

Ada perasaan senang dan bingung. Senang karena ternyata dia sangat perhatian, juga bingung darimana Tama bisa tau jika aku pergi dengan anak-anak. Aku tak memberitahunya tentang kepergianku kali ini. Tapi tak usah ku pikirkan darimana ia dapat informasi, yang penting dia begitu perhatian padaku.

Setelah makan siang, kami memutuskan untuk pulang. Karena waktu sudah mulai sore. Amar dan Yoga mulai khawatir jalanan akan gelap dan takut jika nanti membahayakan aku dan Aira. Walau tak bisa sampai malam, aku tetap sangat bahagia hari ini.

***

Suasana kelas menjadi aneh saat Shania mendiamkan aku dan Aira. Dari pagi dia sama sekali tidak menghiraukan kehadiranku dan Aira. Melihat Aira yang tidak begitu peduli, membuatku ikut tidak mengambil

Seharusnya Aku Tau | ✔Where stories live. Discover now