8

1.7K 102 3
                                    

Rasa ini mulai terasa nyata ...

Senior, menjadi satu pangkat baru saat kami kembali masuk sekolah. Masa SMA terasa begitu cepat, mungkin karena suasana yang membuat hari-hari selalu indah, atau orang-orang yang membuat hidup terasa indah akhir-akhir ini. Walau senang, tapi ada rasa senang yang datang. Tahun ini menjadi tahun terakhir di sekolah dengan orang-orang yang sudah membuat masa remajaku indah.

"Senior .. senior." Kata Isa saat duduk ke arahku dan Shania yang duduk di bangku depan kelas.

"Apa sih, Sa." Takis Shania.

Perang Dunia Ketiga rasanya akan terjadi jika dua orang ini saling bertemu. Walau banyak perbedaan antara mereka, aku tau jauh di dalam kemenangan kepedulian terhadap sesame begitu besar. Seperti manusia kebanyakan, hanya respon masing-masing yang berbeda.

"Bentar lagi lulus." Ucapt Isa lagi.

"Masih lama, gila," hujatku yang membuatnya kesal.

Tak lama setelahnya Putra, Aze dan Tama datang dan duduk di dekat kami. Membuat senyumku mengembang begitu saja.

"Habis darimana?" tanya Shania.

"Biasa, dari kantin." Jawab Aze.

Tama hanya diam, dia hanya berdiri dengan headset hitam kesukaannya. Pandanganku terpecah antara Shania dan Isa yang sedang bercanda dengan Tama yang masih berdiri tanpa mengucap apapun. Mata kami saling beradu, lalu duduk di sampingku, hingga aku bisa merasakan hentakannya.

"Kenapa sih harus nempel-nempel gini," omelku pada Tama untuk menarik perhatiannya.

Dia yang menggenakan headset seolah-olah mendengar perkataanku. Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku, ku tarik headset yang ia pakai, dan benar-benar tertarik akan hal yang ku lakukan.

"Kalo lagi diajak ngomong orang itu di dengerin. Nggak sopan tau."

Dia hanya menatapku sinis, "banyak omong." Lalu dia pergi dari sana.

Luar Biasa Rasa, satu kalimat yang ia keluarkan begitu menusuk dadaku. Tak pernah dalam sejarah selama ini, ia meminta sekasar itu meminta. Aku terus menatapnya yang masuk ke dalam kelas, suara Tama tadi terus terngiang. Menyakitkan.

"Kenapa, aku?" tanya Shania.

Aku hanya bisa menjawab dengan gelengan dan senyum tipis. Kalimatku habis dibawa oleh Tama dan kalimat kasar yang baru saja ku dengar dari mulutnya.

***

Aku menonton Yoga dan Amar yang bermain asik dengan ponsel mereka. Sesekali 'Bodoh' kata itu yang ku dengar dari mulut mereka. Seru rasanya melihat mereka bermain seperti ini, walau aku tak mengerti apa yang sedang mereka mainkan.

" Tama sedang apa ya ."

Ku beranikan diriku melirik ke arah tempat duduk Tama. Menggambar. Ya, Tama sedang asik bergelut dengan pensil dan kertas di bangkunya. Kegiatan yang berusaha selalu dilakukan di kelas. Aku menatapkan dalam, penasaran dengan apa yang kira-kira ada di sana sampai dia bicara sekasar sudah disetujui.

"Liatin apa, aku?" suara Yoga berhasil membuatku tersentak.

"Liatin anak-anak aja." Jawabku gugup.

"Aku, gimana kalo hari Sabtu kita pergi jalan-jalan?" ajak Amar.

"Kemana? Tumben ngajak jalan." Kataku.

"Luar kota, kita berempat pergi. Kamu, aku, Yoga sama Aira. Selama ini kan kita nggak pernah jalan bareng, ya itung-itung sebelum ujian." Jelas Amar.

Seharusnya Aku Tau | ✔Where stories live. Discover now