4

2.3K 138 1
                                    

Rasa nyaman memang lebih berbahaya daripada jatuh cinta...

Aku melihat wajah bahagia teman sekelasku sesaat setelah keluar dari ruang ujian. Mereka bersorak gembira menyambut libur sekolah yang sebentar lagi akan datang. Aku menatap kelima sahabatku yang juga ikut menampakkan wajah bahagianya. Ada yang berbeda hari ini. Seperti ada sesuatu yang kurang. Hari ini aku belum mengobrol dengan sahabat laki-laki ku. Yoga dan Amar. Dua laki-laki kocak yang selalu saja mewarnai hari-hari ku.

Ku dekati mereka berdua yang sedang asik mengobrol dengan temannya. Sepasang mata Yoga mendapatkanku. Entah seperti diperintah, Yoga dan yang lain langsung berjalan menjauhiku. Aku menghentikan langkah dan menatap punggung mereka yang semakin menjauh dariku. Apa salahku? Apakah aku berbuat salah? Aku berbalik arah, menghampiri tas oranye ku yang terdiam di bangku depan ruang ujianku. Aku duduk tenang disana.

"Happy birthday Aym... Happy birthday Aym..." nyanyian itu mulai terdengan ketika aku tengah sibuk dengan ponselku.

Sebuah kue tart berbungkuskan coklat dengan lilin angka '17' dibawa indah oleh Aira. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi melihat semua sahabatku ternyata mengingat hari ulangtahunku, dimana aku hampir lupa jika hari ini aku sedang berulangtahun.

"Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya.. Tipu lilinnya sekarang juga.. Sekarang juga... Sekarang juga.." aku memejamkan mataku mengucapkan beberapa keinginanku untuk tahun ini. Dan dengan segera meniup lilin tersebut.

Beberapa pelukan hangat bergantian diberikan Shania, Bella, Maya, Raya dan Aira. Aku hampir saja meneteskan air mata. Ku lihat sekeliling tak ku temui Yoga ataupun Amar. Satu pun tidak.

"Makasih ya.." kataku pada kelima sahabat baikku ini. Aku tau pasti rencana ini sudah mereka rencanakan jauh hari.

Aku membagikan kue tart ini pada setiap temanku yang masih ada disana. Beberapa mencium pipiku sambil mengucapkan selamat ulangtahun padaku. Aku senang. Tapi tidak bahagia. Yoga dan Amar seolah lupa ulangtahunku. Apakah mereka sengaja tidak mengucapkan atau bagaimana aku tidak mengerti.

Aku menunggu dibangku depan kelas seperti biasa. Hari ini mama menjemput tepat waktu. Katanya, Mama ingin memberikan kado untukku. Aku terus memutar-mutar ponselku menunggu pesan dari mama. Ku buka galeri foto di ponselku dan melihat dua wajah berkaca mata. Yoga dan Amar. Benarkah mereka lupa dengan ulangtahunku.

Dari : Mama

Mama sudah didepan sekolah..

Sebuah pesan singkat membuatku beranjak dari dudukku. Dengan cepat aku keluar sekolah untuk menemui mama. Sekolah sudah mulai sepi karena memang jam berakhir sudah sekitar satu jam yang lalu. Tanganku penuh dengan kotak tempat kue tart yang di hadiahkan kepadaku tadi. Aku tersenyum tipis memandang kotak dengan isi kue tart yang tinggal separuh ini.

"Selamat ulang tahun..." sebuah kalimat terdengar bersamaan dengan seorang lelaki yang lewat disampingku menggunakan motor. Aku menghentikan langkahku dan menamatkan siapa yang mengucapkan selamat kepadaku itu. Tama. Aku mempercepat langkahku berusaha mengejar lelaki bersweater hitam tadi. Lelaki tadi sudah jauh dengan motornya.

Ku hampiri mobil putih milik Mama yang berparkir tepat di depan gerbang sekolah. Ku buka pintu penumpang dan masuk kedalamnya.

"Bawa apa, dek?" Tanya Mama saat sadar aku membawa kotak besar. Ku taruh kotak itu di kursi penumpang belakang bersama dengan tas oranye kesayanganku.

"Tadi dikasih surprise sama anak-anak." Jawabku sambil mecium pipi Mama. Kebiasaan yang selalu kami lakukan.

Mama segera menurunkan hand rem dan perlahan mulai menjalankan mobil ini. Katanya Mama akan membawaku ke restoran baru milik temannya. Aku mengganti seragam sekolahku dengan sweater pink yang sudah disiapkan Mama tadi pagi.

Seharusnya Aku Tau | ✔Where stories live. Discover now