13

1.4K 87 0
                                    

Aku bisa membuatmu bahagia, lebih dari yang bisa dia lakukan

"Aku, pinjem bolpoin dong," kata Yoga.

Yoga mencolek punggungku, aku menatapnya kesal. Tak terima sudah lebih dari bolpoin yang ia pinjam dan takkan kembali.

"Kapan saja kamu bisa membeli bolpoin sendiri Yoga." Omelku.

"Nah iya, gitu mau cari pacar. Beli bolpoin aja nggak mampu, bayarin makan cewek kamu nanti." sahut Aira.

Yoga membenarkan kacamatanya, "makasih loh sist ." Katanya.

Menggoda Yoga adalah hiburan khusus untukku dan Aira di tengah tegangnya untuk ujian nasional mendatang. Baru saja melepaskan pandangan dari Yoga, aku menemukan Amar yang sibuk memandang ponsel yang ia taruh di bawah meja.

"Amar main hp ya." Celetukku.

Spontan Amar terjingkat mendengarku.

Aku dan Aira semakin terpingkal melihat Amar yang kaget di bangkunya. Aku tau Amar kesal melihatku dan Aira yang menertawainya. Hiburan sekali melihat mereka seperti ini.

Kegiatan akhir tahun membuat waktu kami terkuras habis. Aku dan yang lain harus fokus mengerjakan ujian nasional yang semakin dekat. Les dan bimbel kami jalani agar berhasil ujian mendatang. Kami tak ingin mengecewakan dibatalkan.

Aku beranjak dari tempat dudukku untuk menghampiri Tama yang sedang sibuk bergelut dengan pensil dan kertas di tempat. Anak itu begitu santai, sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian, dia malah sibuk bersenang-senang dengan menggambar. Tak bisa dikalahkan, semua ini pilihan.

"Gambar apa sih?" tanyaku

Kehadiranku membuatnya berhenti, senyumnya menyambutku. Senang sekali akhirnya hubungan kami bisa semanis ini lagi.

"Komik," jawabnya.

Aku melihat gambar yang ia sebut komik itu, memang tampak seperti komik. Gambarnya selalu memukauku.

"Tumben gambar komik gini." kataku mulai penasaran.

Aku menopang kepalaku dengan sebelah tangan, memandang Tama yang kembali asik melanjutkan gambarannya.

"Aku ada proyek bikin komik buat sekolah sama Aze dan Putra." Jelas Tama.

"Komik sekolah? Kok aku baru tau?" tanyaku.

Tama tersenyum lalu membelai lembut rambutku, "iya, Bu Yuni ngasih projek ini sama kita buat pameran besok." Jelas Tama.

"Kalian cuma bertiga aja bikin komik ini?" tanyaku lagi.

"Enggak, ada Ridho IPA-4, sama ada adik kelas...." Jawab Tama.

"...kita bikin ceritnya sendiri-sendiri, nanti bakal digabungin jadi satu buku." Lanjut Tama.

Ku pandangi satu persatu kertas yang berserakan di atas meja ini. Ceritanya hamper selesai, aku bisa melihat kesungguhan Tama mengerjakan setiap detail gambarnya. Luar biasa, aku selalu dibuat kagum dengan gambaran Tama ini. Walau aku tak paham dengan cerita yang ia buat, tapi hanya dengan melihat gambar ini membuatku mengerti jika tema yang ia buat adalah masa kerajaan. Seperti yang selalu ia gambar selama ini. Tidak heran jika Tama memilih tema itu untuk komik pertamanya.

"Komikmu pasti laku banget nih nanti."

"Semoga ya."

"Aku dukung kamu sepenuhnya."

Dia tersenyum, "Aku emang butuh banget dukungan kamu."

Suara dan tatapannya adalah dua hal yang paling aku sukai dari dirinya. Selalu berhasil membuatku terpaku.

Seharusnya Aku Tau | ✔Where stories live. Discover now