Hati Yang Menghangat

2.5K 158 0
                                    

Ia datang lagi ke tempat ini. Tak pernah bosan karena ini tempatnya mencurahkan kesedihan dan kerinduannya. Kedua orang tuanya yang terkubur dan di atasnya diletakan nisan tertulis. Ceres meletakan dua buket bunga di masing-masing makam, ia katupkan kedua tangannya mengucap doa untuk orang tuanya.

Baru saja ia akan pergi dari sana seseorang datang menghampirinya. " biar kutebak, kau kesini untuk membawaku pulang,kan? "

Shin terkekeh, " tidak...sama sekali tidak ada niat untuk ku melakukannya " Shin menarik pergelangan tangan Ceres. Ia bermaksud mengajak Ceres ke suatu tempat. " ayo kita pergi " ajak Shin dengan paksa.

Mereka sampai di danau indah yang letaknya lumayan jauh dari pemakaman. Ceres terkejut melihat danau itu, kemudian ia tersenyum seolah-olah ia memiliki sesuatu yang indah disana.

" ada apa Ceres? Kau tidak menyukainya? Kita bisa mencari tempat yang lain " Ceres menggelengkan kepalanya. Justru ia duduk di pinggiran danau menikmati panorama indah yang disuguhkan oleh alam.

" tempat ini dulunya adalah kenangan terindahku...aku dan orang tuaku selalu menghabiskan waktu pekan disini. Itu sangat menyenangkan dan aku berharap kalau itu akan terjadi lagi " kata Ceres getir. Pelupuk matanya mengeluarkan air mata yang makin lama deras.

Shin miris mendengar penuturan Ceres, ia pun mengusap kepala merah gadis itu untuk menenangkannya. Ceres mendongak menatap mata biru Shin yang terpantul oleh cahaya matahari. Sekarang Ceres akui kalau Shin memang tampan.

Shin mengusap pelupuk mata gadis itu agar ia berhenti menangis. " aku mengerti...sekarang lihatlah ke depan, kau tidak sendirian. Ada Mizuki, Nazuno, keluargamu, dan...aku " kedua pipi Ceres memerah akan perlakuan Shin. Ia menundukkan kepalanya agar Shin tidak melihat wajahnya yang merona.

Ceres mendecih, " apa yang bisa mereka lakukan? Aku tahu kalau ayah dan ibuku tidak direstui oleh kakek hingga mereka berdua dikeluarkan dari rumah utama dan menetap di rumah yang telah gosong itu. Aku berpikir bahwa aku juga sama dan hanya di manfaatkan oleh mereka. Karena itu..."

" mereka mencemaskanmu, kau tahu jika kau disana kau akan mengetahuinya. Tapi sayangnya kau tidak disana saat itu " kata Shin membuat Ceres terdiam. Ia memikirkan perkataan Shin.

Pemuda itu menepuk bahu Ceres, " temui mereka dan dengar apa yang mereka katakan. Salah sangka akan memperburuk keadaan "

Ceres menganggukan kepala, ia memberikan senyuman terbaiknya kepada Shin. " terima kasih, kau orang yang baik " Shin ikut tersenyum dan mengalihkan perhatiannya ke jernihnya air danau. ' aku melakukan hal yang benar ' batin Shin menerawang.
.
.
.
Shin mengantar Ceres menuju rumah utama. Langit menggelap membuat suasananya menjadi sunyi. Mereka berjalan beriringan tanpa ada yang mau bicara. Sepertinya tidak ada topik di otak mereka.

Hingga mereka telah sampai, akhirnya Ceres membuka suaranya, " terima kasih, kau menyadarkanku dan aku menyukainya "

" tak masalah, sebaiknya aku pergi. Lakukan yang terbaik, Ceres " Ceres tersenyum dan tanpa di duga ia memeluk Shin membuat empunya kaget. Tapi ia menikmati semuanya. Ceres melepas pelukannya dan ia bergegas masuk ke dalam rumah. Shin terpaku sesaat dan ia juga pergi dari sana.
.
.
.
Ceres menatap langit malam dengan senyuman. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya terjadi hari ini. Apa ia menyukainya? ' ku harap ini tidak membebaniku ' batin Ceres memejamkan matanya.

Di tempat yang berbeda, Shin membaringkan tubuhnya dengan kedua tangan berada di belakang kepalanya. Kepalanya terngiang-ngiang kejadian tadi. Ia harap Ceres menyukainya, karena jika harapannya benar ia tidak akan pernah melepas gadis itu.

Shin mencintai gadis itu setelah ia tahu siapa sebenarnya Karina. Namun karena tugas, ia harus membuang jauh-jauh tentang Ceres. Sekarang ia bisa tersenyum puas, setidaknya Ceres sudah memberikannya respon.

" ku mencintaimu tanpa melihat apapun darimu. Kebahagianmu adalah kebahagianku. Penderitaanmu juga penderitanku. Ku ingin kau bahagia bersamaku selamanya "
- Shinawa Asuka.

" aku tidak tahu apa ini, di lubuk hatiku tak dapat menolaknya. Selama ini tidak menganggu tujuanku, aku akan menikmatinya"
- Ceres Heirblood.

The Golden RevolverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang