15 // Tidak Ada Akses

108K 6.4K 26
                                    


"Im waiting." Sandra menatap kedua sahabatnya bergantian, ia menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Lo jelasin sendiri sana." ucap Sofia malas, jelas sekali ucapan Sandra ditujukan ke Dion.

Mereka sedang duduk dikursi taman Fakultas Hukum, karena Sofia dan Dion dikampus yang sama jadi Sandralah yang selalu mendatangi mereka.

2 : 1

"Gue berkelahi, cukup?" kata Dion akhirnya.

"No." kata Sandra.

"Di club."

"Apa?" suara Sandra melengking mendengarnya.

"Bisa-bisanya hal ini kalian sembunyiin dari gue?"

"Bukannya Bunda lo ada di apartemen lo? Nggak mungkin lo gue telpon jam 1 dini hari buat jemput gue di kantor polisi." kata Dion kesal.

"Paling tidak paginya lo kabarin gue." kata Sandra nggak mau kalah.

"Mama lo udah tau?" tanyanya kemudian.

"Jangan sampai dia tahu." ucap Dion.

"Lo kok diem aja sih dari tadi?" tanya Sandra melihat kearah Sofia.

"Bukannya lo berdua lagi pada ngobrol, gue cuma jadi pendengar yang baik dan benar." jawab Sofia santai.

"Nyonya Winata harus tahu." ucap Sandra meraih ponselnya, tapi sedetik kemudian ponselnya sudah diraih Dion.

"Dion, kembaliin ponsel gue." Sandra berlari mengejar Dion yang sudah berlari merebut ponselnya.

"Ini alasan pertama gue nggak ngasi tau lo, mulut ember lo nggak bisa dipercaya." ucap Dion sambil terus berlari.

"Lo bakal nerima akibatnya, Dion." kata Sandra terus mengejar Dion dengan wajah kesalnya.

Sofia mendesah pelan, pikirannya kembali pada Adrian, apa benar laki- laki itu mencintainya? lalu bagaimana dengan perasaannya sendiri?

Bukankah ia juga bahagia saat laki- laki itu bersamanya, hidupnya bahkan terasa lebih berwarna dari 3 tahun terakhir ini.

Tapi dengan apa yang terjadi sekarang apakah semuanya akan tetap sama?

Aku harus melupakannya, aku tidak boleh jatuh cinta lagi.

Sofia terus saja memikirkan tentang apa yang terjadi belakangan ini, 3 tahun ia sudah hidup dengan tenang walaupun tak jarang ia menangisi keadaannya.

Sampai ia bertemu dengannya, laki- laki yang entah bagaimana telah mengusik hatinya.

Hati yang telah ia tutup rapat selama ini.

***

"Proyek dengan Smith Corp sudah mendapat kesepakatan Pak, beliau ingin bertemu langsung dengan anda." kata Santi.

"Buatkan jadwal untuk bertemu dengannya."

"Baik pak, ada lagi yang bisa saya bantu pak?" kata Santi.

"Dimana Alan?" tanya Adrian.

"Pak Alan berpesan akan kembali setelah makan siang."

"Apa jadwalku hari ini?"

"Tidak ada jadwal meeting pak, tapi bapak bisa memeriksa beberapa dokumen kerjasama yang ada dimeja bapak." kata Santi.

"Baiklah."

"Saya permisi pak, jika anda membutuhkan bantuan silahkan menghubungi saya." katanya lagi setelah itu langsung keluar dari ruangan itu.

Adrian menatap dokumen-dokumen yang ada dimejanya, ia mulai membukanya dan mempelajari isinya satu persatu.

"Lo melewatkan makan siang lo." ucap Alan yang tiba-tiba masuk keruangan Adrian.

"Bisa nggak lo ketuk pintu sebelum masuk?"

"Nggak." kata Alan melangkah santai dan duduk didepan kursi Adrian.

Adrian memutar bola matanya malas.

"Informasi apa yang lo dapatkan?" tanya Adrian.

Alan menyerahkan sebuah amplop coklat pada Adrian, yang langsung dibukanya.

isinya hanya foto-foto Sofia yang sedang beraktivitas dicafe dan beberapa foto memperlihatkan ia sedang berada dikampus.

"Dia mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Jaya Sakti, dia satu Universitas denganmu."

"Gue tahu hal itu."

Alan mengernyit heran.

"Gue ketemu saat meeting di rektorat dan dia perwakilan dari Fakultas Hukum."

"Hmmm."

"Ada lagi selain ini?"

"Dia mendapat beasiswa penuh sampai lulus kuliahnya."

"Dia tinggal sendiri di rumah kontrakannya di jalan sudirman."

Adrian menggeram, tangannya mengepal kuat mengetahui kalau selama ini Sofia tinggal sendiri.

"Jangan khawatir, lingkungan tempat tinggalnya tergolong aman, tidak ada kejadian buruk yang dialaminya selama ini." kata Alan menenangkan.

Alan menarik napasnya pelan, kemudian berkata. "Tidak ada lagi informasi tentangnya." jelas Alan.

"Yang gue tahu dia berasal dari Bali, tidak ada akses untuk mengetahui asal usul gadis itu." kata Alan.

"Bahkan pihak universitas pun tidak mau memberi informasi tentangnya." lanjutnya kemudian.

"Lo bisa bertanya pada Prof Adam kenapa pihak universitas menutupinya?" kata Alan menyarankan.

"Kenapa nggak lo saja, lo kan anaknya?" sahut Adrian.

"Ya ya ya tapi kalian lebih cocok jadi Ayah dan Anak, kalian sama-sama mencintai dunia pendidikan." kata Alan malas.

"Kalau gue nanya, dia akan bertanya lebih banyak dari pertanyaan gue." kata Adrian.

"Menurut lo, kenapa data-data tentang gadis itu terkunci A? seperti ada yang disembunyikan, bukankah ini aneh?" ucap Alan.


***

IG : Dewie Sofia

Luph u phul 😘



HOLD ME  (TERBIT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon