10 // Rindu

123K 6.8K 68
                                    

"Berteman, apa tidak salah," batin Sofia.

***

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian melihat Sofia kembali terbatuk karena tersedak oleh teh manisnya untuk yang kedua kalinya.

Adrian membantu Sofia meredakan batuknya dengan menepuk-nepuk punggungnya.

Bukankah kalau mereka berteman, mereka akan sering bertemu.

"Pertemanan seperti apa yang akan kami jalani, nggak mungkin kan kami akan bermain kartu, usia kami juga tidak sebaya walaupun hanya berbeda tiga atau empat tahun di atasnya, " batinnya.

"Aku nggak apa-apa," jawab Sofia kemudian sambil menepis tangan Adrian dari punggunggnya.

"Bagaimana?" tanya Adrian.

"Kenapa kamu meminta aku untuk berteman denganmu?" tanya Sofia.

"Aku hanya ingin punya banyak teman, tidak masalah bukan?" jawab Adrian.

"Termasuk dengan seorang pelayan cafe? ayolah masih banyak gadis di luar sana yang mau berteman denganmu," jawab Sofia.

"Tapi aku mau berteman denganmu, memang di luar sana gadis-gadis itu mau berteman denganku bahkan mereka ingin berkencan denganku. Tapi sesekali punya teman pelayan cafe juga tidak apa-apa," kata Adrian dengan percaya diri.

Sombong.

Sofia sudah lelah berdebat dengan Adrian, harapannya tadi untuk bisa jauh dari laki-laki ini hilang sudah.

Sofia berpikir kalau Adrian akan meminta sejumlah uang padanya, kalau itu terjadi tentu ia akan senang sekali. Sofia hanya bisa mengangguk lemah mengiyakan permintaan Adrian.

Untuk berteman dengannya, ia terlihat tidak berminat sama sekali, ia akan memikirkan cara untuk menghindari laki-laki ini nantinya.

Sofia mengambil ponselnya, ia menekan beberapa nomor kemudian menempelkannya di telinganya

"Halo, taxi," ucapan Sofia terpotong karena ponselnya tiba-tiba diambil oleh Adrian.

"Hei kembalikan ponselku!" seru Sofia kaget dengan yang dilakukan Adrian.

"Apa yang kamu lakukan?" bentak Adrian.

"Kamu nggak perlu naik taxi, aku yang akan mengantarmu pulang," jawab Adrian .

"Nggak perlu, aku naik taxi saja," bantah Sofia tak terpengaruh oleh bentakan Adrian.

Adrian menghela napas. "Kita sudah berteman, jadi tidak ada alasan menolak bantuan seorang teman," ucap Adrian dengan suara dinginnya.

"Apa yang bisa gue lakukan kalau sudah begini, gue tahu kalau lo itu cakep tapi please, jangan resek, bisa?" gerutu Sofia dalam hati.

Sofia mengikuti Adrian kembali menuju mobilnya, tidak ada yang berbicara selama di dalam perjalanan hanya suara Sofia yang terdengar sekali saat memberitahukan alamat tempat tinggalnya.

Adrian berhenti di depan sebuah rumah sederhana, ah tidak sangat sederhana menurutnya, rumah type 21 di depannya terlihat sangat mungil, penataan tamannya yang sempit sangatlah bagus membuat rumah itu tidak terlihat terlalu kecil.

Melalui kaca mobilnya, Adrian bisa melihat pohon mangga yang tumbuh di samping gerbang menjadikan rumah itu tampak rindang, dua lampu taman di depan terasnya yang kecil memberikan kesan yang hangat.

"Tapi apa sebuah keluarga bisa tinggal di dalam rumah itu tanpa terasa sesak," batin Adrian.

"Sudah cukup menilai rumahku?" tanya Sofia.

Adrian tersadar dari lamunannya, ia kepergok tengah menilai rumah gadis itu, ia tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf," ucapnya lirih.

Sofia turun dari dalam mobil, kemudian diikuti oleh Adrian. Sofia jalan memutar melalui depan mobil Adrian dan berhenti di depan gerbangnya.

"Terima kasih sudah membuatku sport jantung malam ini, dan terima kasih sudah mentraktirku makan serta mengantarku pulang," ucap Sofia panjang.

"Kau menyindirku," ucap Adrian.

"Tapi aku nggak peduli, ayo buka gerbangmu!" kata Adrian memaksa.

"Mau ngapain? sebaiknya kamu pulang, ini sudah malam," kata Sofia sambil terus saja mendorong Adrian menjauh dari rumahnya.

"Aku hanya ingin pamit pada orang tuamu," kata Adrian.

Ucapan Adrian membuat Sofia berdiri mematung, tatapan kaget terpancar dari wajahnya yang memucat, beruntung ini malam hari jadi Adrian tidak bisa melihat perubahan raut wajahnya dengan jelas.

"Ini sudah sangat malam, kamu pulang saja," ucap Sofia berusaha terdengar biasa-biasa saja.

"Baiklah aku pulang, tapi nggak begitu juga kamu mengusirku," ucap Adrian kesal karena merasa Sofia tidak mengizinkannya untuk mampir.

"Issh dasar kucing garong," gerutu Sofia pelan setelah mengunci pintu gerbangnya.

"Aku mendengarnya!" teriak Adrian.

Sofia kaget dan langsung berbalik.

"Kenapa kamu masih di situ?" tanya Sofia melihat Adrian masih berdiri tidak jauh di depan gerbangnya.

"Aku pergi setelah kamu masuk, husss," balas Adrian ditambah seringaiannya dengan sebelah tangannya yang menyuruh Sofia masuk.

Sofia memutar bola matanya malas, ia membuka kunci rumahnya dan langsung menguncinya dari dalam, tak lama terdengar suara mobil menjauh.

Tubuh Sofia meluruh ke lantai, ia menenggelamkan wajahnya di atas lutut, air matanya kembali mengalir deras, ia menangis dalam kesendiriannya lagi,

Ayah....ibu aku merindukan kalian, aku lelah.

Yasa.....

Akhirnya nama itu terucap dari bibirnya, setelah tiga tahun ia belum mampu melupakan nama itu, ia masih merindukannya. Sangat.

***

Maafkab typo yah
Luph u phul 😘

HOLD ME  (TERBIT)Where stories live. Discover now