2 // Sahabat

212K 10K 110
                                    

Sofia terjatuh dengan posisi terduduk, walaupun bokongnya terbilang cukup padat tetap saja ia merasa sakit. Ia meringis sambil berusaha untuk berdiri.

"Lo nggak apa-apa Fi?" tanya orang yang sudah menabraknya sambil mengulurkan tangan berusaha membantu Sofia berdiri.

Mendengar orang yang menabrak memanggilnya dengan sebutan Fi dia langsung tahu siapa orangnya. Sofia berdiri setelah menerima uluran tangan itu.

"Dion, sakit tahu," kata Sofia dengan wajah kesalnya.

Yang menabraknya memang Dion Winata. Sahabatnya yang terkenal playboy di kampus. Semua wanita tergila-gila padanya. Selain karena tampan ia juga anak seorang pengusaha sukses di Jakarta. Tidak hanya itu, selain tampan Dion juga pintar, modal yang cukup lengkap untuk menjadikannya seorang playboy.

Sofia merapikan pakaiannya sambil mengibas-ngibaskan tangannya pada baju dan celananya. Tas ranselnya pun tak luput dari debu di sana.

"Sorry gue nggak sengaja. Tadi ada cewek, junior kayaknya ngejar- ngejar gue makanya gue lari," jelasnya dengan napas yang tersengal.

"Dia sakit mata kali nggak salah ngejar lo?" balas Sofia.

"Gue itu salah satu cowok the most wanted di kampus ini jadi wajarlah Fi," ucap Dion bangga.

"Yang wajar itu, kalo lo dikejar-kejar sama Satpol PP," kata Sofia sinis.

"Enak aja, lo kira gue PKL atau lekong apa? dikejar-kejar Satpol PP, terus digusur-gusur gitu ih amit-amit," balas Dion.

"Eh ada...," ucapan Dion terhenti karena dia sama sekali tidak tahu nama gadis yang sedang bersama Sofia.

"Rere," balas Rere tersenyum miris karena Dion tidak tahu namanya.

"Iya, Rere," ucap Dion sambil tersenyum.

"Ya sudah, buruan Fi kita masuk kelas. Males banget dah kalau sampai kena hukuman sama dosen killer yang satu ini," gerutu Dion.

"Gue dah bilang nama gue itu So-fi-a bukan Fifi, aneh tahu dengernya," protes Sofia.

"Itu panggilan spesial gue SOFIA ARUNA!" kata Dion penuh penekanan pada kata-katanya.

"Sama kayak Sandra gue panggilnya juga Sasan," jawab Dion sambil memasang wajah manisnya.

"Jangan sok manis gitu deh, mual gue lihatnya. Kalau spesial pakein telur sekalian," jawab Sofia sarkastik.

Sepertinya Sofia masih kesal karena Dion menabraknya tadi.

"Dasar gitu aja ngambek. Kita duduk di tengah aja ya biar nggak terlalu dekat sama dosen killer itu. Kalau dengar suaranya nanti pasti gue ngantuk banget," kata Dion.

"Kita ke kelas dulu ya Re?" ucap Sofia.

"Iya," jawab Rere yang masih memandang punggung kekar Dion dari belakang.

Dion berjalan menuju kelas sambil meletakkan lengannya di bahu Sofia. Kalau orang-orang yang belum mengenal mereka, pasti akan menganggap mereka berpacaran.

Sofia hanya mengikuti di mana tempat duduk yang dipilih Dion. Kali ini dia sependapat dengan sahabatnya ini tentang dosennya.

Pukul sebelas siang, jadwal kuliah Sofia sudah selesai begitu juga dengan Dion.

"Fifi lo ke mana setelah ini?" tanya Dion.

"Gue langsung ke cafe aja Di, bentar lagi pasti ramai menjelang makan siang," jawab Sofia sambil membereskan buku-bukunya.

"Gue anter lo ya sekalian gue makan siang di sana," kata Dion.

"Lo nggak pulang?" tanya Sofia heran.

HOLD ME  (TERBIT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu