51 // Kenyataan Pahit

89.3K 7K 232
                                    

"Apa yang kamu lakukan?" desis Adrian marah pada kelakuan Almaira yang mencium pipinya, apalagi tepat di depan Sofia.

"Aku hanya mengecup pipimu sebagai salam saja, kenapa jadi marah begini," ucap Almaira.

"Seingatku kita tidak ada janji bertemu, kenapa kamu tiba-tiba ada disini. Kau mengikutiku?" tanya Adrian marah.

"Aku hanya kebetulan makan di sini sayang. Saat aku melihatmu aku menyapamu," jelas Almaira santai.

"Lalu apa maksudmu mengatakan kau datang terlambat? seolah-olah kita memang berjanji untuk bertemu di sini," geram Adrian.

"Kenapa kamu mengatakan keberatanmu sekarang, bukan tadi saat gadis itu masih ada di sini?" tanya Almaira datar.

Adrian menggeram marah. Ya, kenapa harus sekarang ia marah? Kenapa tidak pada saat Sofia masih di sini, gadis yang dicintainya dan sangat dirindukannya itu pasti salah paham padanya. Apalagi ucapannya yang tadi pasti menyakiti Sofia.

"Shit," makinya dalam hati.

Adrian langsung berlari keluar restoran. Matanya mencari-cari sosok Sofia di antara banyaknya orang yang berlalu lalang.

Adrian tidak melihat Sofia di manapun. Dia pasti sudah pergi. Dengan lesu Adrian kembali ke mobilnya.

Lama dia duduk di dalam mobilnya. Tatapannya kosong ke depan perlahan ia menarik napas panjang.

Rasa sakit di hatinya semenjak pertengkarannya dengan Sofia tidak juga menghilang. Rasa rindu justru semakin menyiksanya.

Bodoh bodoh bodoh .

Dia terus merutuki kebodohannya yang mengikuti emosinya. Bahkan sampai saat ini pun rasa ingin tahunya masih sangat besar.

Apalagi tentang hubungan Sofia dengan orang-orang yang tidak bisa dianggapnya remeh.

Adrian melajukan mobilnya. Dia sudah memutuskan apa yang akan dilakukannya

***

"Maaf Kak, Sandra datang terlambat," kata Sandra.

"Nggak papa, kakak juga baru datang. Kuliahmu sudah selesai?" tanya Alan lembut.

"Sudah. Kakak belum pesan makanan ya? Sandra lapar sekali," kata Sandra sambil nyengir.

"Kakak nunggu kamu," kata Alan mengacak rambut Sandra.

Alan tidak tahu sikapnya ini membuat jantung Sandra ingin melompat keluar. Wajahnyapun merona, untung Alan tidak melihatnya karena sedang memanggil pelayan cafe.

Huftt Sandra menarik napasnya panjang dan pelan agar Alan tidak mendengarnya.

"Kau mau makan apa?" tanya Alan.

"Aku ingin makan steak sama kentang goreng porsi jumbo Kak. Minumnya mmmmmm orange juice aja," pesan Sandra.

"Steaknya dua. Orange juice 2. Kentang goreng jumbo 1 sama kopinya satu Mbak," pesan Alan.

"Akan segera kami antarkan. Permisi," ucap si pelayan.

"Oya, ada apa Kakak mengajakku ketemu?" tanya Sandra yang merasa penasaran sekaligus senang Alan mengajaknya bertemu.

"Ada alasan khusus sih, tapi nanti saja kita bicarakan setelah makan. Kau dan orang tuamu pindah ke Jakarta?" tanya Alan.

"Ayah dan Ibu masih di Jogja. Aku kuliah saja Kak di sini," jawab Sandra.

Alan mengernyitkan dahinya, "Tinggal dikontrakan atau rumah saudara?" tanya Alan lagi, seingat Alan Sandra memiliki beberapa kerabat dekat di Jakarta dan entah kenapa dia berharap Sandra akan tinggal dengan salah satu kerabatnya itu.

HOLD ME  (TERBIT)Where stories live. Discover now