BAB 51 Saling Mengatur Formasi

1.3K 24 0
                                    

Cukup lama sudah Dewa cebol Cu Gi malang melintang dalam dunia persilatan, selama ini dia ibaratnya seekor naga sakti yang nampak hidungnya tak kelihatan ekornya, setiap orang tahu bahwa ilmu silatnya amat tangguh, namun amat jarang orang melihat bagaimana cara dia merobohkan musuhnya.

Maka setelah melihat cara pendekar cebol ini merobohkan kedua orang musuhnya yang mengenakan pakaian lapis baja hanya dengan sekali sodokan, bahkan mengakibatkan lawannya luka parah, serentak para jago tertegun dibuatnya.

Dalam hati pangeran pedang sangat terkejut bercampur ngeri setelah melihat kedua orang Busunya roboh hanya dalam satu gebrakan saja, meski begitu namun demi gengsi dan harga dirinya ia pantang mengaku kalah dengan begitu saja. seraya meloloskan pedangnya ia balas membentak:

"Sebutkan dulu siapa namamu, aku tak sudi melukai seseorang yang tak punya nama."

"Bagus," jengek Dewa cebol Cu Gi sambil tertawa dingin, "Biar kuberi pelajaran dulu padamu sebelum membuat tuntutan kepada bapaknya."

Sang Lam-ciau yang selama ini hanya mem-bungkam, tiba-tiba melompat ke depan menghadang di muka kedua orang itu sambil tegurnya dingin :

"Hey, kehadiran kamu semua di sini demi menyokong, Li Bengcu atau ingin pamer kekuatan saja?"

"Bocah sialan ini kelewat tengik lagaknya, kalau tak diberi pelajaran tak enak rasanya hatiku," omel Dewa cebok.

"Kalau urusan sepele tak bisa ditahan, masalah besar akan berantakan jadinya, kau si cebol toh sudah cukup lama berkelana dalam dunia persilatan, masa prinsip macam ini pun tidak kau pahami?"

Terhadap orang lain sikap Dewa cebol Cu Gi selalu angkuh, tinggi hati dan enggan memberi muka kepada siapa pun, hanya terhadap sang Lam-ciau dia sanggup bersabar dan menahan diri

Teguran itu ternyata tidak membuatnya marah atau berbalik mengajak sang Lam-ciau ribut, setelah mendeham beberapa kali sahutnya:

"Betul juga ucapan saudara sang" Kepada pangeran pedang segera serunya sambil tertawa dingini

"Sebagai seorang tua aku tak sudi ribut dengan kurcaci macam kau, baiklah, saat ini aku tak akan ribut dulu, biar kubuat perhitungan ini dengan bapakmu nanti."

"Bagaimana menurut mendapatmu?" sang Lam-ciau mengalihkan mata tunggalnya kepada pangeran pedang.

Pelan-pelan pangeran pedang sarungkan kembali pedangnya:

"Aku memang bukan orang yang suka mencari gara- gara," katanya.

Begitulah, pertarungan yang nyaris meledak dapat dilerai dan diredakan hanya dengan sepatah dua patah kata Sang Lam-ciau.

Setelah suasana mereda dan menjadi tenang kembali, Li Tiong-hui baru menatap tajam pangeran pedang itu sambil menegur. "Pangeran pedang, apa maksudmu datang kemari?"

"Aku berniat turut menghadiri pertemuan para jago ini sambil menambah pengetahuanku tentang orang-orang daratan-"

"Berarti kau ingin memusuhi kami?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Sebagai musuh atau teman memang sukar dipastikan sebelum kehadiran ayahmu di sini."

Lim Han-kim yang duduk di sisi gadis tersebut segera berbisik:

"Sebagai seorang Bu-lim Bengcu yang memimpin dunia persilatan, kau harus tunjukkan sikap dewasa seorang pemimpin, terlepas apa pun tujuan utama kedatangannya, kau wajib menyediakan tempat duduk baginya."

Li Tiong-hui termenung berpikir sebentar setelah mendengar ucapan itu, katanya kemudian-

"Pangeran pedang, aku tak mau tahu apa maksud kedatanganmu yang sebenarnya, tapi setelah muncul dalam perkampungan Hong-san ini, selayaknya kulayani kau sebagai seorang tamu, silakan duduk."

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang