BAB 5 Gadis Cantik Berhati Ular

1.1K 35 0
                                    

Waktu itu punggung Lim Han-kim sudah menempel pada dinding ruangan hingga mustahil baginya untuk bergerak mundur lagi, padahal kedua tangannya sudah terbelenggu oleh tekanan tenaga dalam yang dipancarkan Seebun Giok-hiong hingga tak mampu mengembangkan jurus perlawanan, maka ketika melihat telapak tangan musuh menyapu tiba, ia tak sanggup menghindarkan diri lagi.

Blaaaammm... pipi kanannya termakan sebuah bogem mentah. Gempuran ini keras sekali membuat tubuh Lim Han-kim sempoyongan dan nyaris jatuh terjengkang.

Sambil tertawa dingin Seebun Giok-hiong berseru:

"Jika kau berani kurang ajar lagi, jangan salahkan kalau kupunahkan seluruh ilmu silatmu"

Sambil pejamkan matanya Lim Han-kim mencoba menyalurkan tenaga murninya untuk menahan rasa sakit, sementara mulutnya membungkam diri dalam seribu basa,

Diam-diam Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap.ia melihat kulit wajah pemuda itu gemetar keras. Meski ia berusaha mengendalikan hawa amarah yang bergejolak dalam dadanya, namun tak dapat menutupi hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya, ia jadi sangat khawatir, pikirnya:

"Sebagai seorang pemuda yang keras hati, bagaimana mungkin ia dapat mengendalikan diri terhadap penghinaan yang diterimanya, padahal ilmu silatnya bukan tandingan lawan. Andaikata terjadi pertarungan, ia tentu terdesak di bawah angin, dalam keadaan demikian aku terpaksa harus turun tangan membantunya, padahal dengan taraf kepandaianku sekarang, biar kami turun tangan berbareng pun masih bukan tandingannya... apa yang harus kulakukan sekarang?"

Ia mencoba memeras otak untuk mencari jalan pemecahan, namun usaha itu tak berhasil, ia gagal menemukan cara yang paling baik untuk mengatasi persoalan tersebut.

Dalam pada itu Lim Han-kim telah membuka matanya kembali, setelah memandang Seebun Giok-hiong, ujarnya seraya tertawa dingin: "Hebat betul ilmu silat yang nona Seebun miliki"

Tiba-tiba Seebun Giok-hiong tertawa, "Tampaknya kau termasuk manusia yang pandai menyesuaikan diri dengan keadaan"

Paras muka Lim Han-kim berubah hebat, segera sambungnya ketus:

"Cuma, aku sama sekali tidak kagum."

"Dengan cara apa kau baru mau kagum kepadaku?"

"Kecuali nona Seebun menghabisi nyawaku sekarang juga, kalau suruh aku mengatakan kagum padamu... Hmmm Lebih baik jangan bermimpi disiang hari bolong"

"Aku telah berjanji kepada Pek si-hiang untuk tidak membunuh orang dalam tiga bulan, meski susah bagimu untuk mampus di tanganku, tapi aku masih mampu untuk memunahkan seluruh ilmu silatmu"

"Buat seorang lelaki sejati, lebih baik mati hancur lebur daripada menerima penghinaan Kini kau telah mempermalukan diriku, perasaanku sekarang lebih enak mati daripada hidup, aku ingin menjajal juga kehebatan ilmu pedangmu"

Seebun Giok-hiong berpaling dan memandang Li Tiong-hui sekejap. katanya kemudian sambil tertawa:

"Kata-kata pedasnya yang memojokkan aku membuat aku betul- betul tersudut jadi kalau aku terpaksa akan memunahkan seluruh ilmu silatnya, kau pun tak usah kesal kepadaku, Anggap saja hal ini termasuk salah satu bantuanku kepadamu untuk menyingkirkan segala kemurunganmu"

Li Tiong-hui menghela napas panjang, "Aaaai.. asalkan dia masih hidup di dunia ini, selama hayatku, aku tetap akan berada di sampingnya"

"Kalau begitu aku akan melanggar janjiku dengan mencincang tubuhnya hingga hancur berkeping-keping" teriak Seebun Giok-hiong dengan wajah berubah.

Mendadak Li Tiong-hui tertawa terkekeh, "Kami sudah sepakat sehidup semati, ada rejeki dinikmati bersama, ada malapetaka ditanggulangi berbareng, Jika kau ingin membunuh, habisi saja kami berdua"

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang