BAB 48 Rahasia Masa Lampau

1.3K 28 0
                                    

"Nak ! kau harus mampu mengendalikan diri, kalau ingin membenci, bencilah ibumu. sudah kuduga kejadian hari ini pasti akan terjadi Aaai... dua puluh tahun berselang bila kau mati tenggelam di sungai, tak akan terjadi banyak urusan macam hari ini, seharusnya kubiarkan kau mati tenggelam dulu, aku tak seharusnya selamatkan jiwamu..."

"Ibu, ananda tak berani membenci ibu..." tukas Lim Han- kim sedih.

Dari sakunya nyonya Lim ambil keluar sebuah sapu tangan dan dipakai untuk menghapus air matanya, kemudian katanya:

"Dua puluhan tahun berselang, dalam dunia persilatan terdapat tiga orang gadis yang cantik dan pandai, mereka selalu luntang lantang bersama, hubungan mereka begitu akrab melebihi akrabnya saudara kandung, meski mereka bertiga bukan sedarah namun masing-masing saling hormat menghormati sayang menyayangi aku rasa hubungan dengan saudara sekandung sendiri pun belum tentu semesra itu..."

"lbu adalah salah satu di antaranya?" sela Lim Han- kim seraya menyeka air mata. Nyonya Lim manggut- manggut.

"Benar, orang persilatan menyebut kami tiga dewi, ibu menduduki urutan kedua, sedang urutan pertama adalah nyonya Li yang telah kau jumpai selama ini..."

Bayangan manusia tampak berkelebat lewat, Li hujin muncul di depan pintu seraya menghardik ketus:

"Tutup mulut"

Lim Han-kim berpaling cepat, ia terkesiap begitu melihat wajah Li hujin membeku bagaikan es dan hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya, hawa murni segera dihimpun dan ia bersiap sedia melindungi keselamatan ibunya.

Lim hujin angkat wajahnya dengan tenang, ditatapnya Li hujin sekejap lalu menegur.

"Ada apa enci pertama?"

"Siapa yang kesudian jadi encimu?" tukas Li hujin ketus.

"Kau toh sudah tahu bahwa ilmu silatku telah punah, bila ingin membunuhku sekarang, kau cukup melakukannya secara gampang."

"Hmmm, bila aku berniat membunuhmu, tak nanti kubiarkan kau hidup hingga kini, kau anggap dengan bersembunyi di lembah Hong-yap-kok maka aku tak sanggup mencarimu? sejak belasan tahun berselang, jejakmu telah berhasil kulacak secara jelas, aku sudah bersikap cukup murah hati kepadamu."

Lim hujin menengok Lim Han- kim sekejap. lalu katanya:

"Selama dua puluh tahun ini, aku tak pernan ingkar janji, aku tak pernah melanggar sumpahku dengan menceritakan kisah lama kepada putraku ini. Tapi situasi saat ini berbeda, badai besar telah melanda seluruh dunia persilatan, budi dan dendam di antara kita tiga bersaudara pun sudah saatnya untuk diselesaikan aku rasa tak perlu rahasia ini kusimpan terus apalagi terhadap putra kandungku sendiri"

"Tidak bisa, kita sudah ada perjanjian, pokoknya selama kita masih hidup, rahasia ini tak boleh diungkap oleh siapa pun-"

Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan nada dingin dan menyeramkan lanjutnya: "Masih ingat tidak, siapa yang mengusulkan perjanjian ini?"

"Yaa, memang aku yang usulkan"

"Kau sendiri yang membuat perjanjian tersebut kenapa kau pula yang akan melanggarnya hari ini?"

"Aku hanya ingin beritahu kepada putra kandungku, bahkan mengungkap sejujurnya tanpa berusaha membela diriku sendiri, akan kubuat dia mengerti bahwa ibunya adalah seorang wanita yang sangat jahat,seorang wanita yang telah merebut pacar orang lain."

Li hujin gelengkan kepalanya berulang kali:

"Sudahlah, yang lewat biarkan lewat, apa gunanya diungkit kembali..." Dia angkat wajahnya sambil menghembuskan napas panjang, terusnya:

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang