BAB 3 Siasat Lawan Siasat

1.9K 36 0
                                    

"Aku telah berjanji dengan Seebun Giok-hiong Selain dengan dirinya aku tak akan bicara dengan orang lain, jadi aku tak perduli siapakah kau dan apa kedudukanmu Pokoknya kami merasa tak perlu menjalin kontak dengan dirimu Maaf, kami harus mohon diri" kata Li Tiong-hui tegas.

Pelan-pelan manusia berbaju hijau itu melepaskan topengnya hingga tampak sebuah raut muka yang tampan, bermata jeli, gigi putih rapi dan bibir berwarna merah, sekalipun rambutnya disisir ke atas namun dalam sekali tatap saja siapa pun bisa melihat bahwa dia adalah wanita yang mengenakan dandanan pria.

Tampak ia membalikkan badannya memandang ke arah meja panjang yang berisi meja abu itu, lalu serunya: "susah orang lain menganggap sudah ada janji denganmu, ia tak mau menjalin hubungan denganku, bagaimana sekarang?"

Dari belakang meja panjang segera terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dalam ruangan itu telah bertambah dengan seorang kakek berjenggot putih.

Li Tiong-hui segera berseru: "Apakah kau sangat berkesan dengan peristiwa lama dari pemilik bunga bwee itu?"

orang itu tertawa hambar, tidak menjawab ia malah balik bertanya: "Kau benar-benar ingin bertemu aku?"

"Yang ingin kami jumpai adalah Seebun Giok hiong"
"Akulah orangnya"
"Bohong, bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

Pelan-pelan Seebun Giok-hiong melepaskan topengnya hingga tampak seraut wajah yang cantik jelita, katanya kemudian: "sekarang kaucu tentu sudah percaya bukan?"

"Aku masih agak kurang percaya"
"Kenapa?"
"sebab suaramu tidak mirip"

Seebun Giok-hiong segera tersenyum, "Kau ingin mendengar aku bicara dengan dialek mana?" katanya,

"Dialek mana pun sama saja, tapi sekarang aku sudah percayai Jadi kau sudah tidak menaruh curiga lagi kepadaku?"

"Kau janji denganku untuk bertemu di sini tapi kau sendiri justru bersikap sok rahasia dan misterius. MuIa- mula kau suruh anak buahmu mempermainkan aku, lalu kau sendiri yang datang menggoda, sebetulnya apa maksud tujuanmu?"

"Aku harus berjaga-jaga seandainya kau tidak datang atau kau menyuruh orang lain menyamar sebagai dirimu, atau jika kau sudah mempersiapkan jebakan di tempat ini, maka bagaimana pun aku mesti berhati-hati"

"Baiklah, kita tak usah membicarakan masalah ini lagi, Apa maksudmu mengundangku datang kemari ?"

Seebun Giok-hiong memandang Lim Han-kim sekejap. kemudian ujarnya:

"Bagaimana kalau kau suruh pelindungmu itu keluar duIu?"

" Tidak usah, ia bersama aku adalah kekasih sehidup semati. Ada senang dinikmati bersama ada sengsara dipikuI berbareng ..."

"Lim Han-kim?" seru Seebun Giok-hiong. "Bukankah ia selalu bersama Pek si-hiang?"

"Tidak mungkin," jawab Li Tiong-hui sambil melepaskan kain kerudung mukanya, "Dia bukan manusia semacam itu"

Dengan sepasang matanya yang tajam Seebun Giok- hiong mengawasi anak muda itu tanpa berkedip. sesaat kemudian ia baru berkata:

"Kau mengatakan dia sangat baik kepadamu?"

"Yaa, biar samudra mengering, batu melapuk.. cintanya kepadaku tak akan berubah"

"Dari sepasang matanya yang romantis aku berani memastikan bahwa dia adalah seorang lelaki yang suka main perempuan, Bila kau kelewat percaya kepadanya maka kau sendiri yang akan menderita kerugian."

Melihat sikap yang diperlihatkan perempuan tersebut, dalam hati kecilnya Li Tiong-hui berpikir:

"Tampaknya apa yang diduga Pek si-hiang tepat sekali. ia segera akan masuk perangkap ..."

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang