BAB 21 Kekasih Bagaikan Orang Asing

1.5K 27 0
                                    

Sadar kalau wajahnya yang berwarna-warni paling gampang menarik perhatian orang, maka ia berjalan dengan kepala tertunduk dan langkah tergesa-gesa, ternyata para penjaga pintu pun tidak berniat menghalanginya.

Dengan langkah cepat ia menempuh perjalanan sejauh puluhan li sebelum memperlambat kembali langkahnya, sambil menghembuskan napas panjang, tiba-tiba saja ia merasa perutnya amat lapar. Rupanya
selama berada di rumah makan tadi ia hanya minum arak sambil melamun terus, jadi tak heran kalau ia mulai merasa lapar setelah menempuh perjalanan sekian jauh.

Lim Han-kim mencoba memeriksa keadaan di sekitarnya. Di antara bentangan ladang nan hijau, lebih kurang dua-tiga li ke arah Barat-laut, di bawah sebatang pohon besar ia jumpai ada sebuah warung arak.

Selama beberapa waktu belakangan ini Lim Han-kim betul-betul menjalani kehidupan sebagai seorang pengembara. ia tak pernah memilih tempat untuk menginap dan rumah makan untuk ber-santap. bahkan kalau kemalaman di tengah hutan ia tak segan-segan mengisi perutnya dengan hasil buruan dan tidur di alam ter-buka, ia seolah-olah sudah tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap kejadian apa pun di dunia ini. Dia pun tidak mempercayai siapa pun- satu-satunya orang yang tak pernah dilupakannya hanyalah Pek si-hiang yang lemah lembut.

Gaya dan sikap Li Tiong-hui sebagai seorang Bu-lim Bengcu meski memberikan sedikit rangsangan baginya, namun rangsangan itu ibarat sebutir kerikil yang dilempar ke dalam kolam, hanya terjadi sedikit riak yang kemudian pulih kembali dalam ketenangan kegagahan serta kehebatan seorang Bu-lim Bengcu sama sekali tidak membangkitkan semangat serta ambisinya untuk bersaing dengan orang lain-

Tampak sebuah rumah gubuk yang terbuat dari bambu berdiri di tepijalan, Gubuk itu dibangun persis menempel pada sebuah hutan- sebatang pohon Pek- yang berdiri tegar di depan rumah gubuk itu. Dua meja dengan delapan bangku bambu menciptakan sebuah warung makan kecil yang amat sederhana,

Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah masuk dan mencari sebuah tempat duduk dekat jendela, lalu dengan suara keras teriaknya: "Ada orangkah di sini?"

walaupun hanya sebuah warung kecil yang sederhana, ternyata keadaannya amat bersih dan rapi, meja maupun bangku bambu semuanya bersih.

Terdengar seseorang menyahut dengan suara yang lembut: "Tunggu sebentar" Dari balik tirai muncullah seorang gadis berbaju biru.

Perasaan hati Lim Han-kim segera tergerak setelah memandang gadis itu sekejap. pikirnya: "Aneh, dari mana munculnya seorang gadis secantik ini di tengah hutan sepi begitu?"

Gadis itu mempunyai sebuah kuncir yang panjang sepinggang dengan sebuah pita merah menghiasi pangkalnya, Matanya bening, hidungnya mancung dan bibirnya kecil menarik dengan dua baris gigi yang putih bersih.

"Tuan, mau pesan apa?" tanyanya sambil tertawa.

sebetulnya ia muncul dengan senyuman dikulum, tapi begitu melihat wajah Lim Han-kim yang aneh menyeramkan senyumannya kontan lenyap. sedang tubuhnya berdiri tak berkutik,

Agak tersipu-sipu Lim Han-kim tundukkan kepalanya rendah-rendah, sahutnya:

"ToIong siapkan sepoci arak dengan empat macam hidangan"

sebetulnya dia masih ingin memesan nasi atau kueh sejenisnya, tapi mengingat gadis itu memandangnya dengan sikap muak. la pun tak berani banyak bicara lagi,

Begitu hidangan siap. ia segera menyantap dengan terburu-buru, lalu setelah meletakkan sekeping uang perak di meja, buru-buru ia beranjak dari tempat itu.

siapa sangka baru saja badannya bangkit bediri, tiba- tiba kepalanya terasa sangat berat, matanya berkunang- kunang dan tak tahan lagi tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang