BAB 32 Habis Hujan Terbitlah Terang

1.4K 29 0
                                    

Kembali Lim Han-kim berpikir dengan perasaan termangu:

"Tampaknya dia sedang mengatur pernapasan untuk mengendalikan diri. Aaai semenjak dia mempelajari ilmu sesat ini, watak maupun perangainya telah mendalami perubahan secara drastis, berbeda sekali dengan kelembutan Pek si-hiang yang dulu. Yaaa... kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk menotok jalan darahnya sebelum mengambil keputusan lain?"

Berpikir begitu, ia segera berjalan menghampiri gadis itu, ia mengerti ilmu silat yang dimiliki Pek si-hiang saat ini sudah jauh di atas kemampuan dirinya, bila ingin berhasil dalam sekali gempuran maka ia mesti menyergapnya secara tiba-tiba.

Dalam keadaan seperti ini, Lim Han-kim tak ingin banyak berpikir lagi, kendatipun ia mengerti bahwa tindakan tersebut bukan perbuatan seorang lelaki sejati, namun ia memaksakan diri untuk melakukannya juga.

Dengan langkah lamban ia berjalan ke sisi Pek si- hiang, ternyata gadis itu tidak menyadari kehadirannya, Dengan cepat ia lepaskan satu totokan kilat ke atas jalan darah Cian cing-hiat pada bahu nona itu.

Pek si-hiang kelihatan gontai lalu roboh terjengkang ke atas tanah, Dengan cepat Lim Han-kim menyambar tubuhnya dan membaringkan gadis itu ke lantai. Ketika berpaling kembali, ia saksikan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong masih berlatih ilmu silat ajaran dari Pek si- hiang itu tiada hentinya, Dengan perasaan terkesiap ia berpikir "Tak kusangka begitu dahsyat daya pengaruh ilmu sesat sembilan iblis ini, aku harus segera mengambil keputusan"

Dengan langkah lebar ia menghampiri Li Tiong-hui, menotok jalan darahnya lalu berbalik ke arah seebun Giok-hiong dan menotok pula jalan darahnya, suasana dalam ruang perahu pun pulih kembali dalam keheningan yang luar biasa, yang tersisa hanya kerdipan sinar lilin yang mendampingi kehadiran Lim Han-kim.

Pelan-pelan anak muda itu menghembuskan napas panjang, sambil memandang ketiga orang gadis yang berbaring di atas lantai diam-diam pikirnya: " perselisihan dan percekcokan yang terjadi dalam dunia persilatan dewasa ini sebagian besar disebabkan oleh kehadiran ketiga orang nona ini. Andaikan aku bisa berhati keji dengan melemparkan tubuh mereka bertiga ke dalam sungai, kendatipun perselisihan dalam dunia kangouw belum tentu akan padam, paling tidak tak bakal terjadi situasi yang meruncing seperti saat ini..."

Tapi kemudian ia teringat kembali bagaimana ketiga orang gadis itu mempunyai budi kepadanya serta rasa persahabatan yang tebal. Ambil contoh keputusan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong yang sampai mau mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, semuanya ini tak lain lantaran ingin menolong dirinya.

Dari hal tersebut, berarti satu-satunya orang yang pantas dibunuh saat ini hanyalah Pek si-hiang satu ingatan kembali melintas dalam benaknya: "Seebun Giok- hiong memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, Dengan kecerdasan otaknya ia berhasil menghimpun kekuatan yang begitu besar sehingga gadis ini memiliki kemampuan untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran dalam dunia persilatan satu-satunya orang yang dapat membuatnya jeri hanyalah Pek si-hiang.

Bila sekarang kubunuh pek Si-hiang, maka di dunia ini sudah tak ada orang kedua lagi yang bisa membuat takut seebun Giok hiong. saat itu dia pasti akan malang melintang tak terkendali dalam dunia kangouw, Dunia persilatan pasti akan diobrak-abrik tak karuan lagi,bahkan bisa jadi mayat akan bertumpuk setinggi bukit dan darah akan mengalir sepenuh sungai.

Yaaa, aku harus tetap mempertahankan kehidupan Pek si-hiang. selama Pek si-hiang masih hidup berarti dunia persilatan akan aman dari ancaman seebun Giok- hiong.

"sedangkan Li Tiong-hui... selain kelewat kemaruk akan kedudukan dan nama besar, sesungguh nya ia cukup baik dan berbudi luhur. Aku tak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan dirinya."

Berpikir sampai di situ, ia berkesimpulan bahwa ketiga orang gadis ini tak ada yang pantas dibunuh, Hal ini justru membuatnya bimbang dan kebingungan sambil menghela napas panjang, ia bergumam: "Aaaai... urusan dunia persilatan memang susah untuk ditebak."

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang