BAB 24 Mendapat Obat Pemulih Wajah

1.5K 29 0
                                    

Dengan ilmu meringankan tubuh yang begitu sempurna, kecepatan gerak seebun Giok-hiong boleh dibilang bagaikan petir yang membelah bumi, apalagi Lim Han-kim berada dalam keadaan lengan kanannya terluka, otomatis gerakan tubuhnya sangat terpengaruh. Tak heran kalau dalam lompatan tersebut, gadis tersebut berhasil menyusul ke belakang tubuh Lim Han-kim seraya melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

Dengan adanya kejadian tersebut, maka posisi mereka berdua pun berada sangat dekat dengan pintu lapisan kedua, sementara itu Ciu Huang telah mempersiapkan diri menghadapi setiap ancaman yang datang, tatkala melihat Lim Han-kim segera akan terluka di tangan seebun Giok-hiong, ia pun membentak keras sambil melancarkan sebuah pukulan pula untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut.

"Nona, jangan kau lukai orang ini"

Angin pukulan yang kuat dan disertai suara desingan tajam segera menumbuk ke depan.

Apabila seebun Giok-hiong mengesampingkan keselamatan dirinya dengan melanjutkan serangan terhadap Lim Han-kim, meski ia akan berhasil melukai pemuda tersebut namun dia sendiri juga akan terluka oleh tenaga pukulan ciu Huang yang maha dahsyat itu.

situasi yang kritis dan sangat berbahaya ini memaksa seebun Giok-hiong mau tak mau harus menyelamatkan diri terlebih dulu, Telapak tangan kanannya yang dipakai untuk menggempur Lim Han-kim mendadak diputar balik arahnya dan menyongsong datangnya ancaman dari ciu Huang.

Rupanya Ciu Huang sudah menduga sampai di situ, maka sewaktu melancarkan serangannya ini dia telah mengerahkan kekuatan tubuhnya sampai delapan puluh persen-

Meski ilmu silat seebun Giok-hiong tinggi, namun pos isi tubuhnya yang masih bergelantungan di udara sangat tidak menguntungkan baginya. Terlebih lagi ia meski menyambut serangan itu secara tergopoh-gopoh, alhasil begitu pukulan baling beradu, tubuhnya segera berjumpalitan dua kali di udara sebelum berhasil meluncur turun ke bawah dengan selamat.

Memanfaatkan kesempatan di kala dua orang itu sedang beradu kekuatan, Lim Han- kim segera melejit ke udara naik ke atas atap rumah dan melarikan diri dari sana.

Pada saat itu Li Tiong-hui yang sudah keluar dari pintu lapis kedua segera mengajak Li Bun-yang balik kembali setelah mendengar suara ribut di belakang tubuhnya.

Dengan gemas seebun Giok-hiong melototi wajah ciu Huang, tegurnya ketus: "Mengapa kau melancarkan serangan untuk menolongnya? Kau tahu siapa dia itu?"

Mula-mula Ciu Huang tertegun, menyusul kemudian sahutnya sambil tertawa hambar:

"Ditinjau dari niat nona seebun hendak membunuhnya, jelas dia bukan anak buahmu, terlebih bukan anggota perguruan dari Cau-hua-bun."

"Jadi dia anak buahmu?" seru seebun Giok-hiong dengan alis mata berkernyit.

Li Tiong-hui berpaling memandang sekejap para jago yang berada di sekitarnya, kemudian menggeleng:

"Bukan, dia bukan anak buahku. Aku, Li Tiong-hui, datang secara terbuka dan blak-blakan, kenapa mesti berbuat munafik?"

"Hmmm, dalam posisi saling bermusuhan sekarang bisa muncul sebuah perguruan Cau-hua-bun, masa tak mungkin akan muncul pula perguruan lain yang ingin meraih keuntungan di air keruh?"

Li Tiong-hui mengangkat wajahnya memandang kedelapan malam yang membentang di mata, setelah yakin tak nampak lagi bayangan tubuh Lim Han- kim, ia menjawab sambil tertawa jengah: "Tapi sayang perguruan cau-hua-bun sudah berpihak pada cici."

setelah berhenti sejenak. la meneruskan: "Terlepas siapa gerangan dia sesungguhnya, toh orangnya sudah lenyap tak berbekas, buat apa kita persoalkan lagi?"

Dengan sorot mata yang tajam pelan-pelan seebun Giok-hiong menyapu sekejap wajah para jago yang diajak Li Tiong-hui, lalu katanya dengan suara dingin:

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang