BAB 30 Menjadi Kejam

1K 28 0
                                    

"Hmmm... mau apa kau memandangi aku terus?" tegur Pek si- hiang sambil tertawa dingin.

"Ingin kuamati wajahmu dengan lebih teliti, benarkah kau Pek si hiang yang pernah kukenali."

"Omong kosong" hardik Pek si-hiang marah. "Kau anggap ada orang lain yang berani menyaru sebagai aku?"

"Bila kau benar-benar adalah enci Pek yang pernah kukenal dulu, aku benar-benar tak berani percaya."

Mendadak Pek si- hiang mendongakkan kepalanya dan tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... ada apa? Bisa kau tunjukkan bagian mana ku yang tidak mirip dengan keadaan dulu?"

"Enci Pek si-hiang yang kukenal dulu."

"Tunggu dulu" sela Pek Si-hiang mendadak "siapa sih yang kesudian jadi enci- mu? Kau tak perlu memanggil enci, enci terus, muak rasanya perutku"

setelah dipermainkan berulang kali, habis sudah kesabaran Li Tiong-hui. Hawa amarahnya mulai berkobar, dengan wajah berubah jadi merah padam ia tertawa dingin, ia berseru:

"Pek si- hiang yang kukenal dulu orangnya halus, sopan dan berjiwa ksatria. Dia tak segan-segan menolong kesulitan orang lain hingga setiap orang menaruh hormat kepadanya"

"Bagaimana dengan Pek si-hiang yang sekarang?" tukas gadis itu.

"Kejam, berhati busuk tak punya perasaan dan sadis" Pek si- hiang tidak banyak komentar lagi, berpaling ke arah siok-bwee, perintahnya:

"Berikan pedang kepadanya, biar dia potong kaki sendiri"

Pada saat itu Lim Han-kim hanya menyaksikan semua adegan itu dari samping tanpa komentar, ia perhatikan juga sikap serta tindak-tanduk siok-bwee serta Hiang- kiok. Dia ingin tahu setelah sifat Pek si-hiang berubah jadi kejam dan tidak berperasaan, apakah sifat kedua orang dayangnya turut berubah juga.

Tampak siok-bwee mencabut keluar pedangnya dengan kening berkerut, perlahan bisiknya "Nona Li..."

Pek si- hiang menyambar pedang itu lalu... Traaaang Dilemparkannya pedang itu ke hadapan Li Tiong-hui sambil berseru:

"Li Tiong-hui, bila kau turun tangan sendiri mengurungi sepasang kakimu itu, mungkin kau masih punya harapan untuk terus hidup, Bila aku mesti turun tangan sendiri, mungkin bukan hanya sepasang kakimu saja yang bakal kutung"

Li Tiong-hui membungkukkan badan memungut pedang itu dari lantai, setelah ditimang-timang sebentar, tiba-tiba ia tertawa tergelak, "Hei, apa yang lucu?" tegur Pek si-hiang gusar.

"Seandainya kau adalah Pek si-hiang yang sebenarnya, jangan lagi mesti mengurungi sepasang kaki ku, biar ditambah sepasang tanganpun aku, Li Tiong-hui, akan melaksanakan tanpa berkerut keinng. Betul aku hanya seorang wanita, tapi aku tak takut menghadapi rasa sakit. Aku bersedia mengorbankan diri demi kepentingan orang banyak"

Dengan pandangan mata yang sedih dipandangnya Lim Han-kim sekejap. kemudian lanjutnya:

"Tapi sayang... saat ini aku tidak percaya bahwa kau adalah Pek si-hiang yang sesungguhnya, Pek si- hiang yang pernah kukenali"

selama ini Lim Han-kim hanya duduk melulu tanpa bertindak atau komentar sekecap pun, tapi kini secara tiba-tiba ia bangkit berdiri Dipandangnya Pek si- hiang dengan sorot mata tajam, lalu katanya:

"Apa yang dikatakan nona Li tepat sekali. Terlepas kau adalah nona Pek yang sebenarnya atau bukan, tapi satu hal sudah jelas, semua perbuatan dan tingkah lakumu sekarang sudah bukan merupakan tingkah laku nona Pek yang dulu"

"Tutup mulut" hardik Pek si- hiang. "Siapa suruh kau ikut komentar?"

Lim Han-kim tertawa tergelak:

Pedang Keadilan IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang