Rahasia Yang Terbongkar

464 32 25
                                    

Sore itu, mentari baru saja berlabuh di peraduan, sedang Aditya menurunkan bendera di buritan. Itu telah menjadi tugasnya setiap sore. Setelah ia lipat bendera itu dan memasukkan ke lemari-lemari kecil yang menempel di tiang itu, iya kembali terdiam di situ. Baginya, menatap mentari yang akan terbenam sambil mengingat kekasihnya, memiliki keindahan tersendiri. Seketika teleponnya bergetar di sakunya. Dengan rasa penasaran Aditya bergegas memeriksanya. "Vina!" bisik hati kecilnya.

"Halo!" jawab Aditya sambil memosisikan ponsel itu di telinga kanannya.

"Assalamualaikum, Yank! Apa kabar?" sapa Vina di seberang.

"Waalikumsalam, Yank!" jawab Aditya. "Aku baik-baik saja. Ada apa, Yank? Bukankah sangat mahal tarif-nya jika panggilannya dari sana ke sini?"

"Iya aku tahu, Yank!" Vina terdiam sebentar. "Aku kangen, tapi kamu lagi tidak mau diganggu, ya?" Vina sedikit tersinggung.

"Bukan begitu, Yank!" balas Aditya secepat mungkin. "Sayang, kan... kalau kau harus menghabiskan uangmu hanya untuk membeli pulsa lalu menelepon ke sini, sementara kamu, kan tau sendiri, kalau aku ada pulsa, aku pasti menelepon."

"Iyakah?" kata Vina. "Yank, aku mau mengatakan sesuatu yang penting."

"Apa Yank! Cepat katakan!" paksa Aditya penasaran.

"Yank, aku ingin kamu mengetahui yang sebenarnya, dan semua teman dekatku juga sudah tahu mengenai hal ini, tapi aku tidak tau mau memulainya dari mana," ujar Vina berbelit, membingungkan Aditya.

"Apa Yank? Buruan!" balas Aditya memaksa. "Aku penasaran, Yank!"

"Tut... tut... tut...." bunyi yang menandakan putusnya sambungan telepon itu.

"Akhh...!" Aditya emosi. "Pulsanya pasti sudah habis," lanjutnya berteriak kesal.

Karena rasa penasaran itu, Aditya terpaksa mencari voucher pulsa agar ia dapat menelepon kekasihnya kembali. Untung saja salah satu temannya yang dari Myanmar punya stok voucher pulsa yang belum ia gunakan.

Bergegas Aditya menggosok-gosok voucher pulsa itu lalu mengetik nomor yang ada di voucher pulsa itu ke teleponnya. Kemudian, ia langsung menghubungi nomor Vina. Dengan cepatnya panggilan itu tersambung.

"Halo, assalamualaikum!" sapa sang pujaan hati. "Siapa?"

"Waalaikumsalam!" jawab Aditya. "Yank! ini aku, emang tidak tersimpan nomor teleponku di situ?" tanya Aditya sedikit curiga.

"Ada, sih!" kata Vina "Tidak tau kenapa, setiap kamu menelepon, nomor yang tampil di sini selalu berbeda."

"Iya juga, sih!" batin Aditya membenarkan. "Yank, tadi kamu mau bilang apa?" Aditya kembali mempertegas pita suaranya.

"Aku tidak bisa mengatakannya, Yank!" jawab Vina. "Sebaiknya kau bertanya sama Yory saja. Dia dan teman-temanku yang lainnya, semuanya tau rahasia yang aku sembunyikan selama ini," jelas Vina dengan nada suara yang tak bergairah.

"Yank, aku tidak mau mendengar berita itu, kalau harus melalui orang lain. Maka dari itu, aku mohon sebelum rahasia itu aku dengar dari orang lain, aku mau mendengarnya langsung dari kamu, tidak dengan orang lain." Aditya sungguh penasaran. "Yank, tolong katakan!" Aditya kembali memaksa.

"Iya Yank, tapi aku tidak bisa mengatakannya," jawab Vina. "Saya beritahu melalui SMS saja  ya!"

"Baiklah, kalau begitu, aku tunggu SMS-nya ya sayangku!"

"Iye Yank!" jawab Vina, sambil mematikan teleponnya.

Sekitar 15 menit telah berlalu, tetapi SMS Vina belum datang-datang juga. Sedangkan Aditya telah risau menunggu SMS itu Ia semakin penasaran dengan apa yang telah dirahasiakan Vina darinya.

The Story of SailorWhere stories live. Discover now