LDR

424 37 22
                                    

Sulit bagi Aditya bercampur baur dengan mereka. Dia sering kali berpikir: bagaimana caranya bisa akrab dengan mereka? Jika hendak bicara, ia harus membolak-balik otaknya menyusun kalimat itu dalam bentuk bahasa Inggris. Namun, kepribadian yang selalu haus akan belajar dan belajar, maka tidak heran jika setiap hari dan malamnya ia manfaatkan untuk mempelajari bahasa Inggris itu, bahasa yang telah membuat lidahnya seolah berdarah. Buku-buku panduan Belajar Bahasa Inggris yang isinya tiga bahasa (Inggris, Myanmar. Indonesia) milik temannya yang dari Myanmar, selalu ia buka dan dia pelajari. Dengan buku-buku itu, ia dapat belajar dengan keras sehingga sedikit demi sedikit bahasa Inggris itu, telah melekat di kepalanya

* * *.

Sekitar 3 bulan ia bergulat dengan buku-buku tersebut. Saat ini, ia sudah mampu menggunakannya dengan sedikit lebih mudah. Di sini, Aditya dapat menyimpulkan,  ternyata segala sesuatu yang sulit, jika dipelajari dengan sungguh-sungguh pasti dapat juga ditaklukkan.

Walaupun sibuk di kapal dalam hal bekerja dan belajar. Namun, tak lupa setiap malamnya, ia menyempatkan diri untuk memberi kabar kepada kekasih hatinya. Vina..., ia tidak pernah lepas dari ingatannya, bahkan foto yang sempat ia cetak sebelum ia berangkat ke Malaysia dulu, ia setia menemani malam-malamnya. Kadang foto itu, dia tatap-tatap sebelum ia terlelap dari tidurnya.

Tak dapat juga dia pungkiri, kalau saat ini, rasa rindu terhadap mama dan keluarganya di kampung tidaklah terlalu berat, tetapi kerinduan terhadap Vina sungguh teramat mendalam; seolah tak dapat dia tahan lagi. Meskipun ia tahu, jika menelpon antar negara teramat mahal. Namun, tetap dia usahakan agar rasa rindu itu, dapat sedikit redam.

* * *

Setelah empat bulan lamanya, Aditya berada di kapal itu, hari ini hatinya kalut, terdiam dia di kamarnya sendirian.

"Adit, aku akan pulang minggu depan," kata Fandi saat mereka sedang makan bareng di meja makan tadi siang.

"Serius!" Aditya tersentak, dan hampir saja keselak karena mendengar pernyataan Fandi.

"Santai aja kali, Dit!" Fandi tertawa kecil melihat ekspresi Aditya yang seperti mendengarkan berita kapal tenggelam. "Bukankah kalau saya pulang pekerjaanmu akan sedikit lebih ringan! Hah...?" Fandi kembali menyendok makanannya.

"Iya juga, sih!" jawab Aditya. "Kalau kau pulang... saya cerita dan berbagi sama siapa lagi?" lanjutnya pelan, dan mengaduk-aduk makanannya tidak jelas.

"Sabar, Dit! Semua pasti bisa kau Atasi!" kata Fandi menyemangati. "Dulu aku juga pernah sendiri ABK (anak buah kapal) dari Indonesia di sini."

"Ialah, aku akan mencobanya."

"Nah, gitu dong! Semangat!" kata Fandi sambil mengepalkan tangannya.

* * *

Walaupun sang kapten orang Indonesia, tetapi sejauh ini Aditya belum lagi mengenalnya, dan yang di pikirannya akan tinggallah ia sendiri ABK dari Indonesia di kapal itu.

Ada rasa sedih saat Aditya mendengar Fandi akan pulang, tetapi di lain sisi, ia juga senang. Itu karena posisi Fandi dapat dia gantikan; dari kelasi (tukang bersih-bersih) ke AB (juru mudi). Dengan pulangnya Fandi situasinya akan berbeda. Orang baru akan menggantikan posisi Aditya, dan Aditya sendiri akan menggantikan posisi Fandi sebagai AB. Di samping itu dia juga akan kenal lebih dalam sama kapten, dan akan belajar dengannya.  

Yah... kerja dengan posisi sebagai kelasi bukanlah hal yang mudah bagi Aditya. Setiap hari ia harus membersihkan bagian-bagian kapal itu sendirian. Di tambah lagi cip Engineer sebagai penguasa kapal asal China itu, atau biasa di sapa dengan panggilan manis sebagai cincu. Dia cukup kejam. Lidahnya tajam. Mudah mengucapkan kata-kata yang pedas, menyakitkan hati.

* * *

Pagi-pagi sekali pengganti Fandi telah pun datang dan ternyata dia orang Myanmar juga. 

"Huff...! Di ruang ABK hanyalah aku orang Indonesia." Aditya kesal, membayangkan nasibnya. "Bagaimana caranya bisa curhat? Ngomong sepotong-sepotong saja susahnya bukan main."

***

Apa pun itu, jika dijalani dengan sabar yang disertai dengan usaha yang maksimal, pasti bisa membuahkan hasil yang diinginkan. Hanya sebulan lamanya setelah Fandi pulang. Aditya sudah bisa bergurau menggunakan bahasa Inggris sama teman-temannya yang dari Myanmar itu, bahkan teman-temannya juga takjub terhadapnya. Mereka tidak lagi kesusahan mengajak Aditya berbicara, jalinan kerja sama pun jadi lancar. Aditya sudah mengerti apa yang mereka ucapkan dan mereka pun mengerti apa yang Aditya sampaikan.

Hari ini, ia menyadari dan takjub terhadap dirinya sendiri. Mengingat hari pertamanya di kapal itu, bahkan ia tidak bisa menyampaikan sepatah kata pun kepada mereka. Namun, saat ini Aditya sudah bisa bercanda bareng, mengobrol bareng, semuanya terjalin dengan harmonis.

Punya kebahagiaan tersendiri di saat ia telah menyadari, kalau semua yang ingin dia ucapkan, saat ini, semuanya dengan mudah terucap dalam bentuk bahasa Inggris.

* * *

Karena kesibukan bekerja, terkadang Aditya lupa memberi kabar kepada kekasihnya. Namun, tidak ada alasan tertentu sehingga ia terkesan sangat sibuk. Itu murni karena terlalu banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di atas kapal. Tidak ada yang lain. Tidak ada seorang gadis dalam benaknya selain Vina. Namun, Vina terkadang bertanya-tanya: kenapa ada perubahan. Ada perubahan dengan nada bicara pacarnya, sungguh Aditya tidak mengerti dengan tanggapan Vina itu.

Aditya kembali bertanya terhadap dirinya sendiri, "Apa iya, aku cuek? Apa iya, aku perhatian?" Aditya berdiri, dan terdiam menghadap buritan (belakang) kapal itu, sambil memandangi pecahan ombak bekas yang di lalui kapal. Ia memikirkan pernyataan Vina terhadapnya.

Tanya punya tanya dalam hatinya, sehingga ia menyadari. "Ah, iya uang pembelian vocer pulsa bulan ini memang masih banyak di dompet," katanya sendiri. Padahal uang itu memang disimpan khusus untuk pembelian pulsa. 

Itu artinya: Vina memang benar. Tanpa Aditya sadari, ternyata ia memang jarang menghubungi kekasihnya bulan ini, tetapi itu bukan karena bosan terhadap kekasihnya. Tidak! Tidak lain ia hanya sibuk bekerja. Namun, tanggapan Vina lain terhadapnya. Vina malah menyangka: kalau Aditya sudah punya yang lain. 

Di mana coba kesempatan Aditya untuk berselingkuh? Sementara, ia hanya bisa main ke darat, jika kapal itu sandar di salah satu dermaga di Malaysia. Dan ... itupun hanya 4 atau 5 jam saja ia bisa berada di bandar (kota). Siapa kira-kira yang bisa selingkuh jika hati dan pikiran hanya tertuju untuk satu perempuan saja. 

Ah, tapi Vina tetap saja selalu membuat Aditya marah, lantaran ia cemburu. Meskipun Aditya selalu menjelaskan bahwa tidak ada perubahan yang terjadi, melainkan dia hanya fokus bekerja. Namun, Vina malah merasa tersisihkan, merasa Aditya telah berselingkuh. Walaupun kenyataannya tidak. Tidak pernah sekalipun Aditya berniat untuk berselingkuh, karena di dalam hatinya hanya ada Vina dan Vina, tidak ada yang lain, tetapi kalau perempuan itu telah cemburu, begitulah jadinya.

JANGAN LUPA DI BERI BINTANG YA! DAN JANGAN LUPA BERI KOMENTAR BIAR RAMAI!

KADANG AKU SEDIH TAU, KALIAN TIDAK ADA YANG MENYEMPATKAN DIRI UNTUK MEMBERI KOMENTAR, PADAHAL SETIAP SAAT AKU MENUNGGUNYA, LOH! 

JADI INGIN MENANGIS SI PENULIS.


The Story of SailorWhere stories live. Discover now