07 : RATNA?

3.2K 188 2
                                    

Di mulmed itu aliandra yaa.

~°°~

"Yang ga kayak lo"

Deg

"K-kenapa?" Tanyaku. Ah mungkin ia sedang bercanda.
"Soalnya lo suka sama cowo lain" jawabnya santai.
"Hah? Lo ngomong apa sih? Karna gue suka cowo lain? Ihh ganyambung sumpah" jawabku. Aku tidak mengerti apa yang ia katakan.
"Dasar lemot"
"Ya elo tuh yang gajelas. Eh iya kriteria cewe idaman lo kaya gimana ish"
"Yang kaya ratna."

Ratna?

Siapa ratna? Atau jangan jangan ratna itu cewe yang waktu itu pulang bareng Keenan? Betulkan ia itu pacarnya.

"Ratna siapa? Pacar lo? Yang waktu itu pulang bareng sama lo ya? Bener kan dugaan gue dia itu pacar lo." Tanya ku kembali.

"Ahahahhahaha" dia menertawakan ku. Memangnya aku badut sampai sampai ditertawakan sebegitunya.

"Ih galucu tau ga. Orang nanya serius ish keenan mah. Ratna itu siapa?"

"Cari tau aja sendiri."

***

Ratna siapa sih? Ahh Keenan udah kayak matematika, sama sama bikin pusing. Ah tapi masih mending keenan sih, keenan enak diliat, kalo matematika mah enek diliat.

Aku sangat senang keenan sudah mau ngomong panjang. Aku juga senang ia meledek ku, entah kenapa hal itu selalu membuat ku senyum sendiri.

Ratna

Tiba tiba nama itu terlintas di pikiran ku. Argghh siapa sih ratna itu? Semoga ia bukan pacarnya.

Memikirkan keenan dan ratna membuat ku lelah. Aku ingin tidur.

***

Bel masuk berbunyi.

Sebenarnya hari ini aku berniat membolos. Aku tidak ingin sekolah karna hati ku terus bertanya siapa itu ratna. Tapi karna papa ku memaksa ku untuk sekolah ya jadi aku bersekolah. Aku tidak berani menentangnya karena mama, karena kejadian itu. Mama ku sudah meninggal satu tahun yang lalu. Aku sangat menyayangi mamaku.

*flashback*

"Lia ayo sayang sekolah, kamu sudah kelas sembilan. 1 bulan lagi kamu ujian nasional sayang." Ucap mamaku dengan lembut.

"Aku gamau mah. Pokoknya aku gak mau sekolah titik."

"Kenapa?"

"Aku capek, mama tuh ga pernah ngertiin aku. Aku capek mah" ucapku membentak mama ku.

"Itu kan demi masa depan kamu sayang. Mama ngertiin kamu kok"

"Alah basi."

Aku berlari menaiki tangga menuju kamar ku.

"Sayang tunggu sayang" teriak mama ku sambil mengejarku.

*dug*

Mamaku jatuh dari lantai dua saat mengejarku.

"M-mamah?" Aku terkejut. Saat itu aku terdiam. Aku mematung. Perasaan ku campur aduk antara sedih, takut, menyesal, dan kesal pada diri sendiri.

Kepala mama bocor. Mama segera dilarikan ke rumah sakit.

Aku menunggu mama dari luar ruang operasi. Pintu ruang operasi pun terbuka. Terlihat seorang dokter keluar dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya papa ku. Aku tidak berani mengeluarkan kata. Aku hanya terdiam.

"Maaf pak, istri anda..." dokter itu menggantungkan kata katanya.
"Istri anda tidak bisa diselamatkan"

Papaku berusaha menahan tangisnya.

Aku berlari menyetop taksi. Aku ingin pulang. Satu satunya hal yang ingin ku lakukan saat itu hanyalah menyendiri di kamar.

Aku mengunci pintu kamarku. Aku menangis sekencang kencangnya. Aku marah pada diriku sendiri. Andai aku bisa membalikkan waktu.

Mama adalah orang yang sangat ku sayangi. Ia juga sangat menyayangiku. Tapi ia telah tiada. Aku tidak bisa menerima kenyataan itu. Aku sangat menyesal se menyesal nyesalnya.

Aku sayang mama.

Banyak di luar sana yang menyia-nyiakan mamanya seperti ku. Banyak yang membentak mamanya sepertiku. Ingat, waktu tidak dapat diulang kembali. Jangan sia siakan orang yang kalian sayangi.

Kini tidak ada senyuman dari mama, tidak ada masakan lezat dari mama, tidak ada yang pengertian seperti mama.

*flashback off*

Aku menjatuhkan setitik air mata.

"Lo gapapa li?"

~°°~

Hai semuanyaaaa
Pakabar?

Bingung mau ngomong apa h3h3
Yaudah deh.
Jangan lupa voments yaa~

FeelingsWhere stories live. Discover now