Chapter 2.3 : Sudah dimulai

Start from the beginning
                                    

"Diam! Slenderman sudah tahu kita menyusup kemari!" Aku membelalakkan mataku tidak percaya. Tunggu itu artinya ... Paman sudah mengambil tindakan?? Kenapa ia bisa tahu? Berbagai macam pertanyaan menghujamku, membuatku tidak tahan untuk segera hilang dari sini.

"Jeff aku bisa lari sendiri," Ucapku ketakutan.

"Tidak. Slenderman itu sangat kuat, dia bisa menyuruh siapa saja untuk menarikmu dari sini dalam hitungan detik." Penjelasannya membuatku menelan ludah, bisa kurasakan keringat dingin mengalir dipelipisku.

Apa sebentar lagi aku akan menjumpai ajalku? Apa ini akhir dari semuanya? Kalau begitu aku akan menyerahkan diriku dan bertanya pada paman tentang apa yang selama ini ia sembunyikan dariku.

"Tapi, kenapa kau harus menggendongku Jeff? Aku bisa lari bersamamu," Tanyaku.

"Agar, kalau Slenderman menarikmu, aku tetap bersamamu," Perkataan tersebut keluar begitu lancar dari bibirnya tanpa beban tanpa nada kebohongan seolah itu benar-benar atas keinginannya. Pipiku memerah, walaupun aku tahu saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk tersipu, akan tetapi, bersama Jeff aku dapat merasakan aman, waktu berjalan lambat dan kurasa mengeluarkan ekspresiku saat bersamanya bukanlah suatu masalah.

Disaat aku melamun lebih jauh.
Suara tawa menggema terdengar tepat dihadapanku. Sontak aku menatap kedepan dan sial! Disana sudah ada sosok Ticci Toby yang memegang kapak. Bukankah mereka seharusnya diluar?? Menjaga kawasan hutan Creepypasta??

"Minggir Toby," Ujar Jeff dingin.

"Serahkan gadis itu baru kubiarkan kau lewat," Aku tidak tahan lagi. Ketakutanku sudah melebihi batas wajar. Aku benar-benar takut kalau aku akan mati disini. Kurapatkan wajahku kedada Jeff, mencoba mengenyahkan penglihatanku yang menangkap sosok Ticci Toby.

Sepertinya Jeff mengetahui bahwa aku ketakutan karena dia mengeratkan gendongannya padaku. Kemudian aku dapat merasakan hembusan nafas Jeff tepat ditelingaku, ia berbisik kalau aku akan baik-baik saja.

"Maukah kau menjauh sebentar saja? Aku akan mengurus pemuda itu," Kuanggukkan kepalaku pelan. Ia menurunkanku perlahan sembari tetap memegang tanganku.

"Ah, ternyata ini lebih mudah dari dugaanku!" Seru Ticci Toby menenteng kapaknya berjalan pelan menujuku. Aku menatapnya tajam, kukumpulkan sedikit keberanian untuk mengeluarkan suara.

"S-seharusnya kau diluar sana! Menjaga perbatasan!" Bentakku. Bisa kurasakan bahwa sekarang Jeff melotot tidak percaya padaku.

"Diam! Seorang gadis kecil sepertimu tidak tahu apa-apa!" Balas Ticci Toby meninggikan suaranya.

"Oi, Toby, aku tidak akan menyerahkan perempuan ini semudah itu," Ujar Jeff. Aku mengadahkan kepalaku menatapnya, menunggu apa yang akan keluar dari bibirnya.

"Langkahi mayatku terlebih dahulu," Sambung Jeff penuh penekanan.

Aku membelalakkan mataku tidak percaya, jantungku berpacu sangat cepat. Kenapa dia sangat berani?? Aku bukan siapa-siapanya!

Ticci Toby tergelak.

"Jadi, kau menawarkan nyawamu hanya untuk seorang gadis kecil? Sungguh bodoh!" Ticci Toby mengangkat kapaknya kelangit-langit, bersiap menyerang.

Namun sebelum Jeff hendak bersiap-siap juga sebuah suara menginterupsi kami. Suara tawa membahana yang sangat khas. Lagi, aku tidak percaya akan fakta.

"Bantuan datang!!!" Teriak pemuda ala kurcaci berpakaian serba hijau yang tiba-tiba keluar dari arah belakangku. Aku berjengit kaget begitu Ben menatapiku. Dia dipihak siapa?

"Bagaimana kau bisa keluar!?" Teriak Toby tidak percaya.

Ben membuat wajah polos lalu tersenyum kearah Toby dan menjawab.

"Karena aku hantu,"

Uh oh.

Jawabannya simple sekali.

"Tapi, kau bersama Madness tadi!"

"Madness baik padaku, jadi dia mengizinkanku kemari,"

Aku merinding begitu mendengar suara Ben yang sangat dibuat-buat. Aku tahu kalau pemuda itu tidak sabar menghabisi Toby. Lalu, aku mendengar suara Jeff tertawa. Ia menyeringai pada Ben.

"Habisi dia kurcaci,"

"Tidak perlu kau suruh, aku melakukannya atas kemauanku sendiri, muka dempul,"

Aku menelan ludah. Ketakutanku sedikit reda karena kehadiran Ben, tapi pertanyaannya.

Apakah Ben sanggup melawan Ticci Toby?

Jeff berdehem. Otomatis aku menoleh padanya.

"Jangan remehkan orang yang selalu diam dikamar bermain game sepanjang hari," Suara Jeff terdengar misterius.

Kutatap punggung Ben yang menjauh dengan cepat karena ia berlari menuju tempat berdirinya Ticci Toby.

Benar juga.

Dia bukan manusia, kenapa aku meragukannya?

#

#

#

#

#

Fyuhh! Kelar juga ni chapter😰
Sorry kalo kelamaan update, masih ada yang inget cerita ini gak, ya?

Vote dan komen buat kelanjutannya.

Komen paling menarik bakal aku dedikasiin chapter selanjutnya.

-Farraay

Deathly Love [ Jeff The Killer × Reader ]✔Where stories live. Discover now