Chapter 1.9 : Stage two

1.1K 222 37
                                    

Kutatap kagum seluruh permukaan basement kedua yang amat rapi dan bersih. Jauh berbeda dari yang kubayangkan. Aku melangkahkan kakiku pelan dan sedikit mengitari ruangan ini.

"Jangan jauh-jauh dariku," Ucap Jeff tiba-tiba.

"Hah?"

"Kau tidak tahu apa saja yang ada disekitaran ruangan terkutuk ini,"

Benarkah? Kalau begitu akan kucoba.

Aku melangkah lebih jauh darinya sambil tersenyum. Perkataan seorang maniak darah sepertinya mana bisa dipercaya, bukankah begitu? Dia sama saja seperti paman, berbohong padaku dan kemungkinan besar setelah ini aku pasti akan ditangkap basah karenanya di basement lalu aku akan disepak dari mansion Creepypasta so, hidupnya tidak akan terganggu lagi.

Dia 'kan membenciku sejak pertama kali melihatku, bukankah aneh bila secara tiba-tiba ia berubah total?

Tidak seluruhnya sih.

"Hei, hati-hati dua langkah dihadapanmu ada perangkap," Jeff memperingatiku, tapi matanya tidak memandangiku. Ia terfokus pada sebuah lemari dan sepertinya ia tengah memikirkan sesuatu.

Aku menyunggingkan senyum miring.

Lihat aku saat kau berbicara Woods!

Dua langkah lagi ...

CTAKK!!

"HOI!" Aku membelalakkan mataku begitu aku sadar bahwa kini aku sudah dipelukan Jeff.

Kejadian tadi berlangsung begitu cepat. Seperti ada pisau yang hendak keluar terlempar keatas dari bawah lantai, tapi gagal mengenaiku karena ditangkis oleh Jeff. Aku mengerjap-ngerjapkan mata [E.C]ku.

Dia menangkapku untuk menjauh?

"Fuck, sudah kubilang bukan agar tidak melangkah lebih jauh? Kau cari mati ya?" Jeff memelototiku kesal. Aku tersenyum tipis.

"Ugh, lihatlah, rambutmu terpotong setengah," Jeff menegakkan kembali badanku kemudian menunjukkan helaian rambut bewarna [H.C] dilantai.

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah menolongku,"

Aku menggeleng kecil seraya membungkuk untuk mengutip helaian rambutku yang terpotong dilantai. Tidak ada suara dari Jeff, ia mungkin melanjutkan lamunannya meski kuyakin tadi ia terkena heart attack saat menarikku menjauh agar tidak terkena pisau.

Kuperhatikan sepatu hitamnya yang kelewat kumuh. Jika nanti aku bisa keluar dari basement ini dengan membawa kabar baik tentang diriku yang sebenarnya aku akan menyuci sepatunya itu. Sebagai ucapan terima kasih karena telah membantuku.

"Kenapa kau memperhatikan sepatuku?"

"Eh?" Aku mendongakkan kepalaku keatas, menatap langsung pada matanya yang sedang memperhatikanku juga.

"Lupakan, kutip helaian rambutmu dan jangan tersisa," Aku mengangguk lalu kembali menundukkan kepalaku memandang lantai.

Suasana kemudian hening membuatku dapat mendengar detak jantungku sendiri serta alunan nafas Jeff yang teratur.

"[Y.N], apa kau membawa foto dari ruang arsip?" Aku mengangguk pelan lalu memasukkan potongan rambutku kedalam saku bajuku sambil berdiri. Jeff menatapku lurus lalu menyodorkan tangan kosongnya kehadapanku.

Mengerti bahwa Jeff meminta foto tersebut akupun mengeluarkannya dari saku bajuku yang sebelah.

"Ini, aku juga punya sticky notesnya," Ujarku.

Jeff mengambil selembar foto dan secarik sticky notes dari tanganku dan mulai memperhatikannya seksama.

Dia terdiam cukup lama, membuatku bosan dan akhirnya memilih untuk memandangi wajahnya saja. Jeff yang sedang serius tampak sangat keren sekaligus menyeramkan dimataku. Well, baru kali inipun aku bebas memandangi wajah pucatnya itu, biasanya dia selalu memasang tampang dingin padaku. Aku tersenyum tipis mengagumi sosok nyata dihadapanku ini.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?" Sadar akan kenyataan bahwa aku tertangkap basah sedang memandanginya akupun segera memalingkan wajahku kearah lain.

Entah kenapa sekarang aku malah merasakan ada yang melihatku, tepat kearahku.

Disaat keheningan menyergapi kami dan membuat atmosfir sekitar menjadi kikuk, tangan Jeff tiba-tiba menarik tanganku. Ia mengaitkan jemarinya kesela-sela jemariku, seolah merekatkan agar aku tidak kemana-mana.

"Kalau kau berjalan sendiri bahaya, sudah kubilang bukan banyak sekali perangkap disekitar sini?"

Aku mengangguk.

Dia mencemaskanku eh? Hah, lagi-lagi aku terlalu percaya diri.

Aku terus mengikuti langkah besar kaki Jeff, aku tidak tahu ia berjalan kemana, tapi sepertinya ketempat yang lebih aman.

"Kita mau kemana?" Tanyaku dengan volume suara yang sangat rendah.

Jeff berdehem sejenak lalu menjawab bahwa kita menuju ruangan berisi data dan dokumen penting.

Setibaku didepan sebuah pintu yang terbuat dari besi, Jeff segera memasukkan sandi dan kamipun masuk kedalam ruangan tersebut.

Ruangan ini ... aneh sekali. Dominan oleh batu bewarna hitam yang selebihnya bewarna merah pekat.

Aku menundukkan kepalaku dan berharap agar aku dapat keluar sekarang juga. Perasaanku tidak enak.

"Ada apa?" Suara Jeff tiba-tiba terdengar, membuatku mendongak sesaat lalu kembali menunduk lagi.

"Aku tidak suka tempat ini," Jawabku pelan.

"Jangan takut," Tanpa sadar perkataan Jeff yang seolah menenangkanku itu membuat pipiku merona.

"Kita sampai, [Y.N]," Aku terpaksa mengangkat kepalaku lagi dan memandang kesekitar. Kami berhenti diposisi paling strategis, kenapa strategis? Karena tempat pemberhentian kami tidak jauh dari ruangan bewarna merah pekat menyeramkan itu.

Sekarang aku mengerutkan dahiku, banyak sekali loker disekitar sini.

"Loker 67 kan?" Aku mengangguk pasti.

Jeff berjalan pelan berhenti didepan setiap loker sambil menunduk. Aku menggigit bibirku dan melakukan hal yang sama.

"J-jeff, tidak ada loker 67," Beritahuku. Aku meneliti lebih detail lagi dan memang benar, dari sekitar 35 loker diruangan gila ini, tidak ada satupun bernomor 67. Aku menyeka pelipisku yang tiba-tiba berkeringat.

"Sial!" Jeff mulai terlihat kesal ia mengumpat sambil menendang salah satu loker.

Aku menundukkan kepalaku. Apa jangan-jangan paman sudah mengetahui kalau aku berencana mencari tentangku yang sebenarnya??

"Cih, [Y.N] cepat masuk kedalam salah satu loker!" Perintah Jeff tiba-tiba. Aku membelalakkan mataku, ada apa??

"Cepatlah! Ada seseorang yang hendak kesini!" Dengan gemetar aku membuka salah satu loker, terkunci, nomor 25 terkunci, nomor 35 terkunci, nomor 14 terkunci. Astaga! Semua loker disini terkunci!!

"Jeff semuanya terkunci!" Teriakku panik. Aku memeluk diriku sendiri dan yang benar saja, aku dapat mendengar suara langkah kaki.

"Jeff, bagaimana ini!?" Aku menarik-narik ujung hoodie putihnya kalut. Jeff mengacak rambutnya frustasi dengan cepat ia menarik tanganku dan menggeser salah satu loker, aku membelalakkan mataku begitu kulihat ada sebuah ruang rangkak disitu, dibalik loker tadi.

"Cepat masuk!" Jeff sedikit mendorongku menyuruhku untuk segera merayap kedalam sana.

Aku menahan napasku begitu diriku sudah sepenuhnya diruangan gelap, kotor juga sempit ini. Untung saja ruangan ini sedikit besar, kalau tidak aku bisa ketahuan.

Jeff menunduk dan menatapku tajam.

"Hati-hati,"

DREEEETTTT!!

Dan bagian belakang lokerpun menutupi celah celah ruang rangkak ini. Aku menghela napas panjang.

Jeff, jangan sampai ketahuan, kumohon ...

#

#

#

#

#

Ada yang deg-degan?

:v

Deathly Love [ Jeff The Killer × Reader ]✔Where stories live. Discover now