Chapter 1.7 : Plan

1.2K 226 18
                                    

Aku mengetuk-ngetukkan jemariku diatas permukaan nakas sambil sesekali menggigit bibir.

Kemudian disaat keheningan hanya terpecahkan oleh gemeretuk suara jemariku yang menghantam permukaan nakas pintu kamarku berderit menandakan seseorang membukanya.

"[Y.N], tumben kau mengajakku kekamarmu, apa ada hal penting?" Tanya Masky begitu ia sampai dikamarku.

Aku yang sedari tidak sabaran lansung bangkit dari tepi tempat tidur berjalan ketempatnya.

"Masky, kau ingat perkataanmu saat kita didapur?" Masky tampak kaget. Ia mengusap tengkuknya lalu menjawab.

"Ya, tapi itu tidak penting," Aku mengerutkan dahiku, kuselipkan beberapa helai rambutku yang menjuntai bebas kebelakang daun telingaku. Dari nada bicaranya ia seolah mengelak.

"Tidak, itu penting Masky, aku tahu kau menyembunyikan sesuatu."

"Dan kau juga sama," balas Masky.

"Maksudmu?"

"Lupakan saja, aku tidak ingin berbicara. Aku harus pergi dengan Hoodie sebentar lagi,"

Aku menggeleng kepalaku. Refleks tanganku menggenggam tangan Masky yang terbalut jaket bewarna jingga. Masky tampak kaget untuk sekali lagi, ia sedikit bergetar saat kupegang.

Aku tahu ini sedikit memaksa, tapi aku yakin sekali bahwa Masky mengetahui sesuatu yang tidak aku ketahui tentangku.

"Masky, kumohon. Apa maksud basement 2, nomor 2430 dan loker 67?" Tanyaku sedikit merengek.

"B-baiklah," Kudengar helaan nafas berat dari Masky.

"Basement kedua adalah ruangan setelah basement kesatu. Hanya orang yang telah diberi izin oleh Slenderman yang bisa masuk kesana,"

"Lalu ... aku adalah keponakannya, kenapa ia tidak pernah memberi izin untukku?" Tanyaku kebingungan. Sepercik kecurigaan mulai timbul dihatiku.

"Aku tidak tahu juga kenapa. Hanya saja, ada rahasia dibasement kedua yang seharusnya kau sendiripun tidak tahu." Masky menaikkan sedikit topengnya.

"Kata kau, hanya orang tertentu saja yang bisa masuk kesana. Kalau aku boleh mengetahui, siapa-siapa saja orangnya?"

"Astaga, kau sangat cerewet [Y.N]." Dapat kudengar Masky terkekeh kecil. Tanpa sadar pipiku merona.

Aku tidak cerewet, cuma banyak kalimat yang keluar saja dari bibirku.

"Slender Proxy, Jeff, Madness dan Eyeless Jack."

Aku menaikkan alisku.

Aku tidak yakin.

"Sudah dulu ya, aku mau berangkat," Masky berpamitan. Aku mengangguk dan melamun sejenak lalu buyar akibat Masky yang mengacak-ngacak rambutku.

"Masky!" Teriakku kesal. Dia tertawa lalu keluar dari kamarku. Aku memandang punggungnya tersenyum sambil berbisik - Dasar -

**

Siang ini tidak banyak yang bisa kulakukan selain berdiam diri dipustaka. BEN tidak ada seperti biasanya. Mungkin, ia sedang bermain game dikamarnya sendiri. Baguslah, karena perpustakaan bukan tempat untuk main game.

Namun, kalau aku diberi pilihan ulang. Aku lebih memilih BEN bermain PSP dipojokan ruangan seperti biasa daripada ... Jeff yang duduk dikursi tidak jauh dariku.

Ia terus memandangiku intens sehingga aku menjadi tidak nyaman. Ingin bertanya ada apa dengan tatapannya itu, tetapi aku tidak berani.

Aku menghela napas panjang lalu kembali membuka kembali sebuah buku tentang kesehatan. Mengabaikan tatapan Jeff padaku.

"[Y.N]." Aku mengadahkan kepalaku spontan.

"Y-ya?" Jawabku.

"Bagaimana ?" Tanyanya balik. Bagaimana apanya??

"Bagaimana apanya??"

"Catatan yang kau temukan diruang arsip kemarin," Aku meneguk salivaku.

"I ... itu ... kau sudah tahu?" Jeff mengangguk. Aku bangkit dari kursi tempat penjaga pustaka lalu perlahan mendekatinya.

"Kalau kau mau, aku akan mengantarmu kebasement kedua," Aku membelalakkan mataku.

Seriously!?

"Hanya saja, resikonya tinggi, aku bahkan tidak menjamin kau bisa keluar dari situ dengan selamat." Maksudmu ... aku memang dilarang masuk kesana?

"T-t-tapi kenapa? Aku berhak tahu."

"No, you didn't,"

"Seharusnya begitu. Apa ada yang paman sembunyikan? Aku ingin tahu lebih jauh! Dan apakah iya keluargaku benar-benar telah tewas dibantai?!" Jeritku frustasi. Astaga, aku terus memikirkan ini dari semalam. Aku bahkan insomnia.

"Jangan berteriak, bodoh!" Jeff menyentil dahiku spontan.

Aku refleks mengusap dahiku yang kesakitan. Dia pikir dia menyentil beton hah!? Keras sekali!

"Itu sakit, Jeff." Aku mengembungkan pipiku kesal. Jeff menyeringai.

"Jadi?" Aku mengerutkan dahiku. Jadi apanya?

Jeff menepuk dahinya lalu memutar bola matanya.

"Kau terima tawaranku atau tidak?" Aku membelalakkan mataku. Dia tidak main-main.

"But how?"

"Use your brain, ladies." Jeff tersenyum misterius.

**

Aku menahan napasku. Dadaku sesak sementara jantungku berdegup tak karuan.

Mataku perlahan melirik tangan Jeff yang tidak melepaskan tanganku daritadi. Bahkan aku bisa merasakan jemarinya bertautan kuat dengan jemariku. Kutelan salivaku yang terasa pahit.

"Percaya padaku, ini akan berhasil." Jeff menatapku dalam seolah ia meyakinkanku.

"T-tapi, bagaimana jika ketahuan?" Tanyaku dengan bibir bergetar. Kupandangi karung mayat yang terletak diatas tempat tidur Jeff.

"Selagi kau tidak bersuara, semua aman." Aku menggigit bibirku. Kupandangi karung mayat itu sekali lagi.

"Kau tidak terlalu buruk," Perkataannya sontak membuatku tergelak. Maksudnya?

"Maksudku, persepsiku berubah terhadapmu," Jeff tersenyum simpul. Seolah ia mengetahui apa yang sedang kutanyakan dalam pikiranku. Tapi, tunggu ... Jeff tersenyum? Padaku???

Aku ternganga sesaat. This isn't normal!

"Cepatlah! Sebelum aku berubah pikiran!" Jeff setengah membentak menarikku lalu mendorongku kearah tempat tidurnya.

"Cepat masuk kedalam karung!" Perintah Jeff. Aku setengah menggerutu mengikuti perintahnya.

Aku memasukkan kakiku perlahan lalu badanku.

Syukurlah karung ini tidak terlalu sempit.

"Kusarankan kepada kau, lakukan diet." Sindir Jeff. Aku mendecih. Jeff tersenyum seperti menahan tawa. Melihat reaksinya aku meringis. Apa aku tampak gemuk?

"Just kidding," Jeff tertawa lepas. Uh oh, Jeff benar-benar membuatku takut sekarang. Apa dia kesurupan? Maksudku sesosok mahluk halus sekarang tengah berdiam ditubuhnya, bisa saja kan?

Setelah resleting tertutup sempurna suara Jeff kembali terdengar.

"Tahan nafasmu. Jangan mati." Bisik Jeff. Aku mengulum senyum tipis, semoga.

#

#

Haihai! Gimana chapter ini?

Btw, aku ulang tahun loh hari ini :v

Gada yg niat kirim kado gitu? Wkwkwk.


Deathly Love [ Jeff The Killer × Reader ]✔Where stories live. Discover now