Chapter 1.3 : Code

1.3K 248 7
                                    

"Jeff?" Aku memanggil nama pemuda tersebut dengan suara pelan. Sedari tadi ia melamun saja. Sepertinya jiwa Jeff yang sempat melayang kemana-mana sudah kembali ke raganya, karena Jeff menoleh padaku dan bertanya "Apa?"

Aku menggeleng kepalaku dan mengulas senyum kecil. Aku jarang melihat Jeff melamun, aku jadi penasaran apa yang dipikirkannya. Lantas aku bertanya padanya.

"Jeff, kau sedang memikirkan apa?" Tanyaku penasaran.

Jeff menggeleng kepalanya dan bergumam tidak memikirkan apa-apa. Saat bibirku terbuka kembali bersiap untuk meluncurkan pertanyaan, pemuda ahlinya membunuh itu menyanggahku. Apa ia tidak suka jika orang lain menanyainya ya?

"Lempar sekali lagi." Perintah Jeff sambil memberiku sebuah pisau untuk yang kesekian kalinya. Sejujurnya aku tidak suka diperintah, tapi aku akan melakukannya jika perintah tersebut mempunyai manfaat untukku.

"Jeff, apa kau memikirkan apa yang kuceritakan tadi?" Tanyaku hati-hati. Aku tidak tahu kalau Jeff sedang melamun itu pertanda suasana hati dia sedang baik atau buruk.

"Hm." Aku mengerutkan dahiku. Bingung. Hm yang dia maksud apa? Iya atau tidak?

"Meskipun Jane bilang begitu, aku sama sekali tidak berniat untuk mendekatimu kok." Pembohong! Ya, aku berbohong. Siapa bilang aku tidak berniat mendekatinya? Jelas-jelas hatiku sudah kegirangan daritadi karena Jane berkata kalau aku boleh mendekati Jeff! Aku ingiiiiin sekali menjadi temannya. Jeff itu misterius jadi aku penasaran. Kalau aku menjadi temannya itu artinya aku sudah diterima bukan?

"Jane, fuck you." Gumam Jeff yang masih dapat kudengar. Aku berpura-pura tidak mendengar dan melanjutkan melempar pisau seperti yang diperintahkannya tadi. Apa dia marah pada Jane, tapi kenapa saat ia bergumam kalimat itu ia seperti sedang berusaha menahan tawanya? Aku menghela napas dan berjalan kedekat pohon untuk mencabut kembali pisau yang telah tertancap dibatang pohon.

"Kau lelah?" Tanya Jeff. Aku menggeleng dan kembali melempar pisau berulang-ulang.

"Sudah petang. Masih sanggup?" Ia bertanya lagi membuatku terdiam sesaat. Ia bertanya, tapi tidak peduli. Untuk apa aku menjawabnya?

CTAKK!

BRUKK!

PRANGG!!

Aku memandang datar pada mata pisau yang pecah berkeping-keping akibatku. Aku melakukannya. Aku memecahkan mata pisaunya, tapi aku tidak merasakan apapun. Aku tidak senang ataupun sedih. Tadinya kupikir aku akan merasa bangga walaupun sedikit.

"Kau melakukannya." Ucap Jeff. Aku mengangguk lalu berjalan menjauh darinya. Aku pergi meninggalkannya dan berjalan menuju mansion.

**

"Setelah itu?" Suara Masky kembali terdengar. Aku menghela napas dan menarik pengocok adonan dari tangan Masky lalu menambahkan air kedalam semangkuk adonan panekuk yang super kental.

"Maklumi, ini pertama kalinya aku didapur." Masky terkekeh kecil. Aku tersenyum bersabar menghadapi Masky yang katanya ingin 'belajar memasak'.

Aku tidak tahu kenapa aku menerima permohonannya dan berada didapur sekarang. Tadinya aku mengira setelah aku meninggalkan Jeff tanpa berkata apa dan sampai dimansion creepypasta aku bakalan mendekam diperpustakaan mansion. Namun, ternyata tidak.

Kejadian berlangsung begitu saja. Masky muncul disaat aku tengah melamun didepan pintu mansion. Dia mengatakan kalau dia ingin membuat panekuk seperti yang pernah kubuat dulu. Kupikir Masky pemuda anti pada dapur.

"[Y.N]." Aku menolehkan kepalaku dan terkejut begitu kusadari Masky amat dekat denganku. Aku bahkan gemetaran karena kaget. Refleks aku membuang wajahku dan menjauhi Masky.

"A-ada apa Masky?" Tanyaku.

"Kau melamun lagi. Apa kau memikirkan Jeff?" Aku menelan ludahku. Tidakkah ia berpikir untuk meminta maaf setelah mengagetkanku??

Dan... apa aku memikirkan Jeff? Sama sekali tidak.

"Tid- Aku tahu kau berbohong." Bagaikan adegan kilat, aku terkejut dan membelalakkan mataku begitu kusadari, bahwa Masky menahanku. Pemuda bertopeng dihadapanku ini mengunci tanganku dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku berontak dan berusaha melepaskan tanganku darinya, namun sepertinya tidak berefek sedikitpun pada Masky. Aku menelan ludahku dan aku menyadari keringat dingin mengucur dipelipisku.

"M-m-masky a-apa maksudnya ini??" Tanyaku ketakutan. Aku gelisah dan mendapatkan firasat bahwa sesuatu yang buruk akan menimpaku.

Masky diam. Ia hanya menatapku saja.

Ini tidak seperti Masky yang kukenal!

Dimana Masky yang terkekeh saat aku melakukan suatu hal yang konyol? Dimana Masky yang berbaik hati meminjamkan kamarnya untukku? Dimana!?

"M-m-masky... apa... kenapa?" Aku menahan air mataku yang hampir menetes.

Lagi. Masky tidak menjawabku. Ia mendekatkan wajahnya kepadaku sampai aku bisa mendengar bunyi deru nafasnya.

Aku memejamkan mataku. Ingin berteriak, tapi aku tidak tahu resiko apa yang akan terjadi nantinya.

TREKK

Aku lagi-lagi terkejut bercampur ketakutan begitu pemandangan gelap gulita. Apa aku memakai sesuatu? Apa... t-topeng Masky!?

"Basement ke 2, nomor 2430, loker 67." Suara Masky terdengar jelas di indera pendengaranku. Aku mengerutkan dahiku dan tidak lama tengkukku membentur sebuah benda keras dan semua yang dapat kulihat hanyalah : Kegelapan.

**

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku begitu nyawaku yang sempat berkeliaran dialam mimpi kembali ke tubuhku.

Tempat ini tidak asing bagiku. Kamar Masky. Aku menarik napas dan memutar kepalaku kekanan dan kekiri untuk memastikan ini benar kamar Masky dan apa ia ada disekitarku.

"Tidak ada siapa-siapa." Gumamku pelan. Aku merasa lega.

Tunggu... bagaimana aku bisa merasa lega?

Apa yang Masky lakukan mungkin beberapa jam yang lalu tidak bisa disebut sekadar candaannya. Ia melakukan sesuatu yang tidak bisa kutoleran.

Masky...

Dan, kata-kata yang keluar darinya.

Ada apa sebenarnya?

#

#

#

Gomen kalo kurang memuaskan. Saya aja yang nulis puyeng sendiri XD.

Tinggalin votednya boleh lah ya? *kedipkedipgajelas* *Ditabok readers*

Deathly Love [ Jeff The Killer × Reader ]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang