Bab 4 - Sabiya, Naila, dan Mengalah

68.5K 6.7K 975
                                    

Catatan Mellyana Dhian

Biasanya aku nulis catatan di akhir, tapi kali ini beda. Aku tahu pasti ada yg seneng sekaligus terkejut tiba-tiba cerita ini update setelah sekian dasawarsa 🤪

Kalau kalian lupa, tolong baca lagi dari prolog ya hehehe...

Mau tes ombak dulu masih banyak gak yang nunggu? Absen dulu coba sambil sebutin nama kota.

Nanti kalau emang banyak yang nunggu. Aku usahakan update rutin, setalah Senja di Istanbul tamat. Padahal ya gaes, aku dah siapin cerita baru juga. Tapi, tapi aku juga gak tega lihat kalian nunggu.

Dahlah banyak bener catatannya.

Selamat membaca. Et ada teaser nih. Tonton deh. Aku mo nangis nontonnya

Gimana videonya 🥲😭?
***

Wanita memang sering melibatkan perasaan, tetapi bukan menjadi patokan kelemahannya.

~Sabiya (Luka yang Kau Torehkan) ~
Karya Mellyana Dhian

Tag @mellyana.i jika kalian share apapun ttg cerita ini.

***

Cerita yang diakhiri kedua tokohnya menikah adalah cerita berakhir happy ending. Tapi, kita gak tahu makna ending yang sebenarnya. Sama dengan diriku, penikahanku kini hanyalah luka. Ya, memang nyatanya pernikahan bukanlan akhir yang sebenarnya. Arti selesai itu ada ketika kita telah tiada.

Aku menidurkan Viola perlahan di kamarku. Tidak akan kuatarkan dia pulang. Itu sama saja memperlihatkan kepada kakak ipar tentang lukaku. Kak Agnes akan membaca bahwa hubungan suami-istri kami sedang tidak baik. Di keluarga Abizard itu bukan hal kecil. Mereka bisa mengadakan pertemuan keluarga besar secara mendadak lalu berusaha memberikan titik tengah. Begitulah budayanya.

"Biaku Sayang," panggil Abizard masih berusaha membujukku untuk bicara.

Kulepas jarum pentul di meja, melepas jilbab, dan ikat rambut, lumayan meredakan sakit kepala yang kurasakan. Dari pantulan kaca rias aku melihat dia melepas dasi sendiri. Mungkin dia yakin aku tak akan memlepas dasi seperti biasanya.

"Wanita itu dia, kan? Yang kamu bilang bukan orang kantor." Ya Rabb, air mataku ingin jatuh lagi. Rasa sakit ini sungguh membuatku sulit bernapas. Aku masih sangat mencintai Abizard. Aku masih sangat mencintainya. Semoga kalian tidak menggangapku bohong.

"Aku mandi dulu." Alih-alih menjawab, dia malah masuk ke kamar mandi. Tanpa bisa kukendalikan, kulempar wadah serum berbahan kaca hingga tepat mengenai depan pintu kamar mandi yang sudah tertutup. Kalau tidak terbuat dari kaca premium yang tebal, aku yakin pintu itu sudah pecah atau minimal retak.

Istri tidak punya adab? Biarkan saja! Aku lelah dilatih sabar! Sabar memang tidak ada batasnya, tidak berlaku dengan wanita yang diselingkuhi suaminya. Aku memang bodoh! Tidak punya gelar sarjana seperti Nala. Namun soal rasa aku tidak mau dibodohi lagi. Pokoknya aku harus C-E-R-A-I.

Amarah semakin menjadi pada diriku. Di masa lalu aku selalu pandai menahannya, tetapi setelah menikah dengan Abizard dia mengajariku untuk menjadi manusia normal. Tidak apa marah, tidak masalah tidak baik-baik saja. Itulah yang membuatku bisa mengekpresikan perasaan dengan baik sekarang. Tidak bisa dipungkiri lelaki itu memang punya banyak bakat dan peran dalam hidupku. Dia lelaki sejati, calon ayah idaman, suami hebat ... tapi itu dulu. Dulu dia selalu sempurna di mataku. Sampai kesempurnaan itu sirna ditelan waktu.

Sabiya (Luka Yang Kau Torehkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang