Chapter 0

3.1K 146 14
                                    

PUDDING

Chapter 0 (Introduce)
Cast:
Nam Woo Hyun (Didi)
Nam Sung Kyu (Mimi)
Nam An Hye (First son, 25)
Nam Woo Gyu (Second son, 20)
Nam An Woo (Daughter, 14)
*Ada sedikit perubahan untuk penyesuaian umur*
Genre: BL, Family, Marriage, Mpreg.
Author: Luksa Gyueren

An Woo's Pov

Langit mulai berubah warna jadi orange, awan putih yang seperti jeli fish kini menghilang, aku masih sendirian di lapangan bermain bersama boneka jerapah pemberian mimi. Di hadapanku ada sekop mini, ember biru kecil, cetakan dan istana pasir yang roboh karena diinjak tiga lelaki asing berseragam SD, pasir itu membuat rok'ku jadi kotor.
"An Woo anak aneh." Kata salah seorang dari mereka.
"Tak punya mama, tapi papanya ada dua."
"AKU TIDAK ANEH!" balasku sambil mengibaskan boneka jerapah yang daritadi kupeluk.
"Orangtuanya keduanya lelaki, masa panggil ayahnya dengan sebutan mimi? Anak aneh!"
"TIDAK ANEH! AKU TIDAK ANEH! HIKS.... MIMI! DIDI! Huwe..... hiks...."

Mereka menyebalkan, beraninya sama anak perempuan yang masih TK.
Aku benci mereka!

"Dasar cengeng!"
"Aneh!"
"BERHENTI MELEDEKKU, MIMI...... MIMI..... DIDI........"
"Eh! Lihat! Orangtuanya datang!" Mereka berteriak seperti itu lalu lari terbirit-birit saat melihat didi'ku datang. "Oiiii! Ayo kabur!"
"An Woo!" Didi berjalan cepat menghampiriku lalu mengaisku. "Kenapa sendirian!? Woogyu oppa mana?"
"Woogyu oppa beli es krim tapi beyum pulang."
"Dasar Woogyu, masa adik perempuannya ditinggal!?"
Lelaki tampan sedang mengaisku adalah didi kesayanganku, Didi Woohyun. Aku sangat sayang didi, dia didi terbaik di seluruh dunia.
Keluargaku mungkin sedikit berbeda dari keluarga pada umumnya. Aku tidak punya ibu, tapi aku punya dua ayah. Secara teknis, aku bisa saja menyebut mereka 'Daddy 1' dan 'Daddy 2', tapi aku menolak dan lebih memilih untuk memanggil mereka dengan sebutan 'Didi' dan 'Mimi'.
Didiku Woohyun adalah seorang pengusaha di kantor miliknya sendiri, meski didi kaya tapi ia lebih memilih hidup sederhana dan tinggal bersama kami di rumah yang sederhana pula, padahal aku ingin tinggal di istana seperti putri di dongeng.
Mimiku Sungkyu adalah seorang namja (lelaki), ya... dia bukan yeoja (perempuan), mimi sangat manis-cantik tapi tetap menampilkan sisi manly'nya. Di rumah kami, didi dan mimi membuka usaha cafe yang menyajikan banyak makanan puding. (Nanti kuceritakan kenapa harus puding).
Aku punya kakak pertama, An Hye Oppa yang berumur 25 tahun. Hye Oppa seorang ulzzang yang sangat tampan, sikapnya kalem-baik hati dan benar-benar tipe kakak yang bisa diandalkan.
Kakak keduaku yaitu Woogyu Oppa, umurnya 20 tahun, wajahnya persis seperti mimi tapi kelakuannya mirip didi. Meskipun sudah berumur 20 tahun tapi sifatnya masih sangat polos dan menggemaskan. Aku masih ingat dulu Woogyu oppa disuruh mengasuhku di taman, ia beli es krim tapi tak lagi muncul karena ternyata dompetnya ketinggalan.
Kemudian aku, Nam An Woo, anak bungsu dari mimi Gyu dan didi Wooyun.

Pembully'an, ledekan dan hinaan yang diluncurkan padaku terus berlanjut.

Saat aku masih TK.
"Ayahnya An Woo itu lelaki garang berkumis, berjenggot seperti monster."
"An Woo bilang dia dilahirkan oleh mamanya, tapi mamanya kan lelaki? Berarti An Woo anak pungut dong?"
"Aku tak mau anakku bergaul dengan keluarga Nam."

Saat aku masih SD.
"Orangtuanya An Woo aneh, masa dua-duanya lelaki?"
"Mamanya An Woo namja!"
"Jangan dekat-dekat An Woo!"
"Kasian An Woo harus tinggal dengan dua lelaki egois yang menyebut diri mereka orangtua."

Saat aku masih SMP.
"Ayahnya An Woo parah, masa menikahi lelaki? Tapi yang lebih parah itu mamanya."
"Bagaimana rasanya punya dua ayah? Maaf saja, keluargamu tidak normal seperti kami."
"Kau pernah melihat bagaimana kedua orangtuamu bercinta? Antar namja? Sulit dibayangkan."

Saat aku SMA.
Aku berdiri bersandar dekat gerbang menunggu didi menjemput, disini sangat sepi karena sebagian siswa sudah pulang. Didi sedang rapat, wajar saja dia telat.
Tak lama kemudian dari arah gerbang muncul seorang siswa dan dua siswi, dari cara mereka berpakaian saja terlihat jelas kalau keduanya anak sok yang ingin kelihatan populer.
"Pssst.... dia An Woo kan?" gadis berambut bob dengan nametag Jiyun melihatku sambil bisik-bisik dekat temannya.
"Ya, dia tetanggaku."
"Kau sudah pernah bertemu orangtuanya? lelaki ya dua-duanya?"
"Bicara langsung di depanku, jangan bisik-bisik." Kataku.
"Kami bisik-bisik karena tak mau melukai perasaanmu." Jiyun bicara begitu tapi ia tertawa.
Siswa yang daritadi diam akhirnya ikut bicara;
"Apa? Dia punya dua ayah? Maksud kalian dua ayahnya saling suka? Ikh... aneh."
Aku masih menatap lurus tiga orang yang sedang membullyku.
"Kedua papanya pasti sudah tua renta, jelek tapi masih bercinta." Karla (tetanggaku) ikut membully.

Si murid lelaki kini berjalan mendekatiku;
"Keluargamu........ aneh ya?"

BUAGH!
PLAK!

Tanpa ragu aku langsung menonjoknya sampai ia jatuh, kemudian aku duduk di atasnya dan tetap melayangkan pukulan.

"Kau bilang apa barusan!? Keluargaku aneh!? Bertemu saja belum pernah!"
"Hentikan!" Karla berusaha menarikku tapi aku berhasil menggenggam tangannya dan memelintirnya.
"Argh! An Woo! Hentikan!"
"Siapa yang duluan cari masalah?" aku menatap tajam Jiyun, memberinya isyarat agar tidak macam-macam. Setelah puas memberi pelajaran, aku berdiri lagi dan merapikan rambutku yang sempat kusut. "Kuberitahu satu hal. Siapapun yang berani bicara jelek tentang mimi dan didiku, kupastikan dia akan babak belur."
Siswa tadi sepertinya tak terima karena dihajar perempuan, ia berusaha menyerangku tapi aku berhasil menendang anunya sampai ia lagi-lagi terjatuh.
Kali ini kukeluarkan cutter dari sisi tas, lalu kutarik kerah siswa tadi dan mengarahkan benda tajam itu ke dekat wajahnya.
"Ini peringatan. Mimi dan Didiku tidak pernah mengganggu kalian tapi kalian selalu bicara buruk tentang mereka. Sekali lagi kudengar kalimat mengesalkan, aku tak segan merobek mulutmu, mengerti?"

Sejak kecil aku menerima banyak bully'an.
Hal itulah yang membuatku tumbuh jadi gadis yang kuat.
Dulu aku gadis lemah yang hanya bisa menangis saat dibully,
Tapi sekarang aku akan memberikan pelajaran setimpal bagi mereka yang mengusikku.

Sebenarnya aku gadis normal sama seperti gadis pada umumnya. Aku senang pakai makeup minimalis, mengoleksi banyak pakaian menarik, jalan-jalan dan karokean bersama temanku, kemudian fangirlingan dengan boyband kesayanganku, streaming, beli merchandise, dan hal lainnya yang dilakukan gadis seusiaku.
Aku hanya bersikap galak dan tak segan jika diganggu, percayalah... aku ini tipikal gadis yang bersahabat dan menyenangkan.
Mimiku mungkin bisa jauh lebih sadis dariku, tapi entahlah... bagiku dia mimi yang lembut.

Aku sayang Didi Woohyun, mimi Gyu, An Hye oppa dan Woogyu oppa.
Mereka adalah keluarga terbaikku.
Kuharap kami bisa selalu bersama dan bahagia.

Tapi ternyata tidak.
Sebuah kejadian tak terduga menimpa keluarga kami, sebuah kejadian tak mengenakan yang membuat mimi dan didi kesayangaku menjadi.........

HOMOPHOBIC (Anti Homo)

Tunggu....
Apa aku bercerita terlalu cepat?
Tidak, tenang saja, aku akan menceritakan semuanya secara bertahap karena ini hanyalah fase perkenalan. Aku akan menceritakan pada kalian bagaimana mimi saat dia masih mengandungku, bagaimana mimididi merawatku saat masih bayi dan alasan yang membuat didimimiku jadi homophobic sehingga aku harus mati-matian mempersatukan mereka lagi! Dan biarkan kuberitahu sesuatu....
Siapkan tisyu, oke?
Entah kau akan menangis karena tertawa atau menangis karena sedih, semua bercampur aduk.

To Be Continued

PUDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang