Part 16

3.9K 220 3
                                    

Tesya POV

Aku kira kak Raya akan menanyakan sesuatu yang penting, ternyata dia hanya menanyakan sesuatu yang membuatku mual. Lalu, apa yang aku harapkan dari pertanyaan kak Raya?

"Brengsek banget si Aldino! Berani-beraninya dia nyakitin kamu"kak Raya mengepalkan tanganknya dipermukaan kasur terlihat sangat marah

"Tapi, yaudahlah kak . Aku males untuk memperpanjang masalah ini. Karma masih berlaku ini . Iyakan?" Aku yakin karma masih berlaku.

"Gak bisa dibiarin kaya gini Sya! Pokonya kakak mau dia babak belur! " wajah kak Raya memang terlihat sangat marah. Semarah itukah? Kak raya memang menyayangiku.

"Kak ga usah, please yaa . Jangan nambah beban aku. Aku gak mau kalo liat kakak luka" aku tidak mau masalahku bertambah lagi lebih tepatnya aku tidak mau melihat kak Raya disakiti.

aku mengusap pipinya dengan lembut. Sebagai tanda bahwa aku sangat menyanginya. Kak raya diam menatapku saat aku menyentuh pipinya. Kami saling bertatapan satu sama lain. Terlihat dari matanya kak Raya mengetahui bahwa aku sangat ingin dilindungi olehnya .

Entah kenapa aku ingin merasakan kasih sayang yang lebih dari kak Raya. Akh memejamkan mata memberi kode bahwa dia harus mengikutiku. Bibir kecilku menyentuh bibirnya dengan suhu tubuhnya gang khas . Hangat dan terasa sangat lembut sekali. Dia membalas ciumanku tanpa nafsu. Dia seakan memjawab apa yang akh inginkan darinya. Kak Raya coba jelaskan kenapa aku bisa melakukan hal ini tanpa perasaan benci? Aku rasa semua jni adalah kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Bisakah berjanji akan selalu bersamaku?

Heninng .....

Saat berakhir aktivitas kami tidak ada satupun diantara kami yang bersuara entah kenapa? Aku hanya bahagia bisa metasakan semua ini, tapi kami masih saling berhadapan dengan jarak dekat. Tuhan telah menjawab semua pertanyaanku.

"Aku sayang kakak" aku hanya bisa berbisik sederhana utuk saat ini.

"Aku juga, Sya" kak Raya tersenyum memandangku.

"Kak jangan pernah tinggalin aku lagi yaa" ucapku penuh harapan. Kak Raya adalah bahagiaku.

"Iyaa, kakak janji Sya" apakah janjikan akan dia tepati? Aku terlalu trauma dengam janji . Tapi, aku percaya kak Raya tidak akan permah mengecewakanku.

"Kakak orang satu-satu yang selalu ada buat aku, orang yang nerima aku dengan tulus padahal aku pernah nyakitin kakak . Pokonya aku gak mau kehilangan kakak" jelasku, ku lihat dari jarak sedekat ini matanya muali berbinar. Dia menangis? Apa aku salah berbicara seperti itu?

"Kok nangis sih kak? Aku salah ngomong ya? " ucapnku heran menghapus air matanya.

"Kakak seneng aja orang yang kakak cint ......." "Kakak sayang sama kamu Sya"
aku mendengar kak Raya mengalihkan perkataannya. Kenapa aku bisa seteliti itu? Karena aku sangat mengharapakan jawabannya.

"Cin? " cin? Cinta? Apa benar dia mencintaiku? Adub pikiranku terlalu jauh. Eh lho kok?

"Cin ... emmm Cin" aku sangat menunggu jawabannya.

"Cin apa kak? Ngomong kok dipotong-potong" aku mencubit bibirnya dengan gemas.

"Cina, iyaaa cina wkwkwkw" Cina? Dari mana hubungannya? Kenapa tidak nyambung sekali? Kak raya berbohong?

Aku sangat tidaknpuas dengan jawaban kak Raya. Sepertinya bukan itu jawaban yang sebenarnya. Jika aku boleh jujur aku sedikit kecewa dengan jawabannya yang berbohong padaku.

"Kakak gaje deh"

"Kamu cantik deh"

"Kakak jelek deh"

Why Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang